Jurus Emiten Grup Pelindo (IPCC) Pulihkan Kinerja Saham Seperti Saat IPO
- PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) berambisi agar kinerja sahamnya pada tahun ini dapat mengungguli nilai saat perusahaan tersebut melakukan penawaran umum perdana.
Bursa Saham
JAKARTA – Emiten Grup Pelindo, PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) berambisi agar kinerja sahamnya pada tahun ini dapat mengungguli nilai saat perusahaan tersebut melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham.
Direktur Utama IPCC, Sugeng Mulyadi, mengungkapkan bahwa dengan peningkatan kondisi bottom line perseroan yang saat ini lebih tinggi daripada saat IPO, pihaknya optimistis bahwa harga saham akan mengalami peningkatan yang signifikan, setidaknya setara atau melebihi harga kala go public.
Terlebih lagi, IPCC merupakan salah satu perusahaan yang bebas dari beban utang seperti obligasi dan instrumen utang lainnya, sehingga perusahaan ini memiliki likuiditas kas yang sangat solid.
- Pertama di Indonesia, PLN Operasikan Stasiun Pengisian Hidrogen untuk Kendaraan
- Produksi Hingga 10 Juta Unit Per Tahun, Xiaomi Bangun Pabrik baru
- Mantan Bintang Disney Luncurkan Startup Antariksa dengan Pendanaan Awal Rp97,65 Miliar
"Kami berharap, harga saham IPCC dapat kembali ke angka pada saat IPO dan berkomitmen menebar dividen tiap tahunnya. Mengingat, kinerja keuangan IPCC setiap tahun juga mengalami kenaikan," ujar Sugeng dalam keterangan resminya dikutip pada Kamis, 21 Februari 2024.
Ke depan, perusahaan berencana melanjutkan ekspansi operasional terminalnya di wilayah Indonesia Timur. Langkah ini merupakan implementasi dari komitmen IPCC setelah merger resmi Pelindo.
Sebelum penggabungan dengan Pelindo, perusahaan telah aktif beroperasi di Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta Utara) dan Pelabuhan Pontianak. Dan setelah merger, IPCC menambah beberapa area operasional yaitu di Pelabuhan Belawan (Medan), Pelabuhan Makassar, dan Pelabuhan Semayang di Balikpapan.
“Jadi, kami ingin memberikan informasi terkait prospek bisnis IPCC kepada calon investor dan stakeholder bahwa di 2024 ini, IPCC akan terus menepati visinya sebagai world class car terminal ecosystem dan menjadi integrated car terminal network di Indonesia," imbuhnya.
- BI Umumkan Suku Bunga Hari Ini, Saham MDKA hingga ERAA Patut Dicermati
- Proyek Jalan Tol Jakarta - Cikampek (Japek) II Diproyeksikan Selesai Tahun 2024
- Negara Tekor Besar, Ini Alasan Kebijakan Harga Gas Murah Gagal Capai Target
Soal IPO IPCC
Ketika IPCC meluncurkan Penawaran Umum Perdana (IPO) pada 28 Juni 2018, harga saham ditetapkan pada Rp1.640 per lembar, dengan menempatkan sebanyak 509,15 juta saham modal disetor. Dengan demikian perseroan berhasil mengumpulkan dana segar sebesar Rp835 miliar.
Namun, dalam rentang lima tahun terakhir, performa saham IPCC mengalami penurunan bertahap hingga mencapai 55,19%. Bahkan, sahamnya sempat mencapai harga terendah Rp226 per saham, sementara harga tertingginya mencapai Rp1.760 per saham.
Berdasarkan data IDX Mobile, pada sesi perdagangan Rabu, 21 Februari 2024 kemarin, saham IPCC ditutup pada harga Rp690. Nominal tersebut mengalami penurunan sebesar 0,72% dari penutupan sebelumnya di harga Rp695.
Sementara itu, pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis, 22 Februari 2024, harga saham emiten Grup Pelindo menguat 1,45% ke level Rp700 per saham. Adapun kapitalisasi pasar IPCC mencapai Rp1,26 triliun.
Oleh karena itu, jika emiten pengelola peti kemas dengan kode saham IPCC bermaksud untuk memulihkan kinerja sahamnya ke tingkat yang tercatat pada saat IPO, dengan mempertimbangkan kenaikan harga saham di atas 55%.
Kinerja Kuartal III-2023
Sebagai informasi IPCC mencatat laba sebesar Rp141,94 miliar pada kuartal III-2023, naik 30,35% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan laba ini sejalan dengan pertumbuhan pendapatan perseroan, yang mencapai Rp548,16 miliar pada kuartal tersebut, naik 7,83% year-on-year dari Rp508,33 miliar tahun sebelumnya.
Pendapatan IPCC didukung oleh pelayanan jasa terminal sebesar Rp504,73 miliar, pelayanan jasa barang di pelabuhan sebesar Rp30 miliar, pelayanan jasa lainnya senilai Rp7,07 miliar, dan bisnis pengusahaan tanah, bangunan, air, dan listrik Rp6,34 miliar.
Secara geografis, wilayah pelabuhan Tanjung Priok menyumbang pendapatan terbesar sebesar Rp510,17 miliar, diikuti oleh Belawan, Sumatera Utara (Rp16,99 miliar), Makasar, Sulawesi Selatan (Rp10,53 miliar), dan Pontianak, Kalimantan Barat (Rp10,46 miliar).
Meskipun pendapatan meningkat, beban pokok pendapatan IPCC juga naik 9,16% menjadi Rp288,19 miliar. Beban tersebut sebagian besar disebabkan oleh biaya kerja sama mitra usaha, penyusutan, dan tenaga kerja.
Dari segi keuangan, total aset IPCC turun 20,5% menjadi Rp1,74 triliun, sementara liabilitas turun menjadi Rp529,18 miliar dan ekuitas naik menjadi Rp1,21 triliun. Pada perdagangan terakhir, saham IPCC naik 9,35% menjadi Rp760, dan sepanjang tahun ini telah mengalami kenaikan sebesar 33,33%, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp1,38 triliun.