Jurus Vale Indonesia (INCO) Genjot Efektivitas Produksi di Semester II-2024
- Penurunan laba INCO ini tercatat setelah memperhitungkan kerugian belum terealisasi sebesar US$6,1 juta terkait dengan pengakuan nilai wajar aset derivatif (hak partisipasi dalam investasi Perseroan di PT Kolaka Nickel Indonesia).
Korporasi
JAKARTA – Emiten tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) langsung menyiapkan berbagai strategi produksi untuk menghadapi sisa tahun ini, mengingat realisasi laba bersih sepanjang paruh pertama tahun ini mengalami penurunan.
Berdasarkan laporan keuangannya, emiten bersandikan INCO, ini mencatat laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$37,28 juta atau sekitar Rp611,26 miliar (kurs per dolar Rp16.394).
Angka tersebut menunjukkan penurunan tajam sebesar 82,05% secara year on year (YoY) dibandingkan dengan posisi US$207,80 juta atau sekitar Rp3,41 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
- Harga Sembako di DKI Jakarta Selasa, 30 Juli 2024, Cabe Merah Besar Naik, Cabe Merah Keriting Turun
- Harga Emas Batangan Antam Hari Ini Turun Rp2.000
- Perbankan Digital Makin Diminati, DPK dan Kredit Bank Jago Tumbuh di Atas 40 Persen
Kendati begitu, CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia, Febriany Eddy, mengungkapkan bahwa laba ini tercatat setelah memperhitungkan kerugian yang belum terealisasi sebesar US$6,1 juta atas pengakuan nilai wajar aset derivatif (hak partisipasi dalam investasi Perseroan di PT Kolaka Nickel Indonesia).
"Penyesuaian harga derivatif ini adalah kerugian yang tidak terealisasi yang bersifat non-operasional. Oleh karena itu, jika dinormalisasi, kami mencatat laba sebesar US$35,9 juta pada kuartal II-2024, lebih tinggi 122% dibandingkan dengan laba pada triwulan sebelumnya," ujar Febriany Eddy pada Senin, 30 Juli 2023.
Nah, peningkatan laba secara kuartalan INCO sebenarnya tercermin dari realisasi pendapatan kuartal II-2024 yang melonjak sebesar 8% menjadi US$248,8 juta, naik dari US$229,90 juta pada kuartal I-2024.
Sayangnya, pendapatan INCO sepanjang paruh pertama tahun ini harus menguap ke level US$478,7 juta atau sekitar Rp7,83 triliun pada semester I-2024, yang turun 27,34% YoY dibandingkan dengan US$658,90 juta pada semester I-2023.
Mengapa demikian? Penurunan tersebut disebabkan oleh harga nikel pada kuartal I-2024 lebih rendah dibandingkan dengan harga realisasi rata-rata nikel yang meningkat 12% menjadi US$14.214 per ton pada kuartal II-2024, naik dari US$12.651 per ton pada kuartal sebelumny.
Jurus Efektivitas
Selain itu, INCO mencatat penjualan sebesar 17.505 metrik ton nikel matte pada kuartal II-2024, turun dari 18.175 metrik ton pada kuartal I-2024. “Meskipun kondisi pasar yang tidak menentu, kami tetap berkomitmen untuk mengoptimalkan kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya,” ungkapnya.
Yang terpenting, kas dan setara kas perseroan meningkat menjadi US$832,1 juta pada 30 Juni 2024, naik dari US$730,8 juta pada 31 Maret 2024. "Vale mengeluarkan belanja modal sekitar US$61,0 juta pada triwulan II-2024, meningkat dari US$57,4 juta pada triwulan I-2024. Kami akan terus menerapkan manajemen kas secara hati-hati untuk menjaga ketersediaan kas," katanya.
Febriany juga menambahkan bahwa perseroan tetap berkomitmen untuk memprioritaskan peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya, memastikan daya saing jangka panjang sambil menerapkan praktik pertambangan yang baik untuk mencapai tujuannya.
"Memasuki semester kedua tahun ini, kami akan terus proaktif mendorong inisiatif penghematan biaya untuk memastikan biaya tunai per unit tetap kompetitif dalam upaya menghasilkan margin yang sehat secara berkelanjutan," ulasnya.
Arah Saham
Terkait perubahan komposisi pemegang saham baru-baru ini, manajemen INCO melihat banyak ruang untuk memanfaatkan inisiatif strategis yang dapat membawa sinergi positif bagi perusahaan, seperti integrasi upaya pengadaan dalam grup untuk harga komoditas yang lebih baik, yang merupakan salah satu penggerak biaya terbesar perseroan.
Analis Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan dan Vanessa Taslim mengatakan penurunan laba bersih INCO berada di bawah perkiraan dan konsensus, yang diakibatkan (Average Selling Price/ASP) lebih rendah dari yang diharapkan.
Sementara itu, volume penjualan INCO sebagian besar sesuai dengan perkiraan. “Dengan demikian, kami melihat risiko penurunan terhadap perkiraan laba kami, terutama didorong oleh ASP yang lebih rendah,” jelasnya dalam riset yang terbit hari ini, Selasa, 30 Juli 2024.
Meski begitu, Mandiri Sekuritas tetap merekomendasikan beli saham INCO dengan target harga Rp5.500 per saham. Diketahui pada perdagangan berjalan hari ini, saham Vale diperdagangkan melemah 1,60% ke level Rp3.700 per saham.