Jutaan Rumah di Jepang Kosong Ditinggal Pemilik
- Jumlah rumah yang kosong atau telantar di Jepang terus meningkat beberapa tahun terakhir.
Dunia
JAKARTA—Jumlah rumah yang kosong atau telantar di Jepang terus meningkat beberapa tahun terakhir. Tercatat, ada 8,49 juta rumah kosong yang tersebar di penjuru Negeri Sakura. Sebagian besar akiya (rumah kosong) berada di kota kecil atau pedesaan.
Jumlah akiya tersebut bahkan diramal bakal mencapai 10 juta pada tahun 2023. Hal itu diketahui dari Survei perumahan dan Tanah Kementerian Dalam Negeri Jepang belum lama ini. Kondisi tersebut membuat pemerintah kelimpungan.
Pemerintah Jepang menawarkan pemberian pajak rendah bagi warga yang memiliki bangunan tersebut. Basis pajak real estate untuk tanah perumahan bakal dikurangi menjadi seperenam dari nilai appraisal jika tanah tersebut berukuran maksimal 200 meter persegi. Hal ini agar rumah-rumah kembali berpenghuni sehingga tidak rusak.
Dilansir dari The Asahi Shimbun, sebagian rumah yang tak berpenghuni diketahui sudah bobrok alias tidak bisa ditempati lagi. Survei pemerintah menyebutkan sekitar 3,49 juta rumah telah lama ditinggalkan penghuninya. Angka tersebut setara 5,6% dari total perumahan yang tak dihuni di Jepang. Jumlah itu belum termasuk rumah untuk liburan dan akomodasi sewaan.
- Eksperimen 4 Hari Kerja di Inggris Tuai Hasil Menggembirakan
- Elon Musk Kembali Terdepak Setelah Dua Hari Jadi Orang Terkaya Dunia
- Muncul Gerakan Tak Bayar Pajak, Dirjen Pajak Angkat Bicara
Turunnya Populasi
Menurunnya populasi penduduk disebut menjadi salah satu penyebab menjamurnya “rumah hantu” di Jepang. Beberapa rumah memang ditinggalkan ketika penghuninya menua. Sebagai informasi, Jepang memiliki populasi tertua lebih dari negara lain di dunia. Hampir satu dari tiga warga berusia di atas 65 tahun.
Mereka yang telah lanjut usia cenderung meninggalkan rumah keluarga di desa untuk mencari rumah yang lebih kecil dan dekat dengan akses kesehatan. “Ada penolakan untuk tinggal di pedesaan karena kurangnya akses ke fasilitas seperti rumah sakit dan toko,” ujar akademisi studi Jepang di National University of Singapore, Chris McMorran.
Selain itu, ada kecenderungan orang Jepang lebih suka membeli rumah baru daripada bekas. Chris McMorran mengatakan membeli rumah baru sudah seperti membeli mobil baru di Jepang. “Rumah akan kehilangan banyak nilainya begitu sudah keluar dari showroom,” ujar dia.