<p>Peserta BP Jamsostek mengantre untuk melakukan klaim melalui Layanan Tanpa Kontak Fisik (Lapak Asik) di kantor Cabang Jakarta Menara Jamsostek, Jakarta, Jum&#8217;at, 10 Juli 2020. Seiring dengan meningkatnya gelombang pemutusan hubungan kerja di tengah pandemi Covid-19, klaim BPJS Ketenagakerjaan turut melonjak. Pencairan tabungan di BP Jamsostek menjadi alternatif untuk mendukung daya beli pekerja yang tergerus. Sementara dalam rangka adaptasi kebiasaan baru dan untuk memutus penyebaran virus corona, BP Jamsostek telah menerapkan protokol pelayanan secara daring dan tanpa pertemuan secara fisik. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Kabar Baik! BP Jamsostek Mau Tambah Investasi Saham, Lirik Emiten Sawit ALII dan LSIP

  • BPJS Ketenagakerjaan alias BP Jamsostek membuka peluang untuk kembali menambah nilai investasi pada instrumen pasar modal.
Pasar Modal
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – BPJS Ketenagakerjaan alias BP Jamsostek membuka peluang untuk kembali menambah nilai investasi pada instrumen pasar modal. Perusahaan penjamin milik pemerintah Indonesia ini bahkan menyatakan ketertarikannya pada sejumlah saham emiten sawit (crude palm oil/CPO).

Direktur Jamsostek Edwin Michael Ridwan mengaku bakal menambah kepemilikan saham di emiten yang dinilai memiliki prospek cerah. Ia melirik saham sektor perkebunan sawit, seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).

Menurutnya, emiten CPO dalam negeri memiliki prospek yang cerah dalam beberapa tahun ke depan. Selain itu, lanjut Edwin, harga saham-saham CPO saat ini cenderung lebih rendah dibandingkan dengan sektor lainnya.

“Kami melihat prospek CPO masih jauh lebih baik, kami akan kaji rekomendasi cut loss untuk portofolio lain,” ujarnya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XI DPR RI, Rabu, 15 September 2021.

Selain itu, ia menyampaikan pihaknya telah melakukan aksi profit taking melalui penjualan saham PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP).

Dari transaksi tersebut, Jamsostek mengantongi capital gain sebesar Rp14,8 miliar. Namun, nilai aksi ambil untung itu masih belum bisa menutupi potensi kerugian (unrealized loss) dari portofolio Jamsostek lainnya.

Portofolio saham dan reksa dana Jamsostek mencapai 17% dan 8% dari keseluruhan dana investasi Rp486,38 triliun. Dana yang ditempatkan Jamsostek pada saham dan reksa dana masing-masing sebesar Rp82,68 triliun dan Rp38,9 triliun.

Adapun portofolio Jamsostek terdiri dari PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebanyak 150 juta unit, Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sebanyak 86,9 juta unit. Kemudian ada PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) masing-masing sebanyak 46,9 juta, 46,6 juta, dan 46,5 juta unit.

Adapun portofolio saham BPJS Ketenagakerjaan lainnya ditempatkan di PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) sebanyak 60 juta unit, hingga PT Astra International Tbk (ASII) 26 juta unit. Lalu PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masing-masing mencapai 25 juta dan 23 juta unit. 

Prospek Emiten CPO

Senada dengan rencana penambahan investasi saham BP Jamsostek, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan sektor perkebunan masih memiliki prospek menjanjikan di masa yang akan datang.

Perusahaan sekuritas asal Korea Selatan itu memulai dengan rekomendasi overweight pada sektor perkebunan Indonesia. Hal ini didorong oleh berbagai hal, yakni rendahnya produksi CPO dari Malaysia yang akan bertahan hingga semester II-2021.

Kemudian, potensi permintaan CPO yang lebih tinggi dari India, karena adanya tarif pajak efektif yang turun menjadi 30,25% pada tahun 2021 serta pemotongan retribusi CPO yang diprediksi bakal meningkatkan margin di sisi produsen.

Dengan analisis itu, Mirae lebih memilih saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) daripada PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) pada harga CPO yang tinggi saat ini. Pasalnya, hasil tandan buah segar (TBS) ALII lebih tinggi, yakni 8,8x dibandingkan dengan LSIP 7,2x pada semester I-2021.

Di samping itu, luas lahan tertanam ALII juga lebih besar yakni 289.000 Ha berbanding LSIP dengan luas laha 96.000 Ha. Dari sisi profil usia, sawit milik ALII juga dinilai lebih baik dengan usia 15,5 tahun dibandingkan dengan LSIP dengan usia 16,9 tahun.