Kabar Baik! di Luar Prediksi, Kasus Omicron Mulai Menurun
- Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa saat ini sduah ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Indonesia telah melewati puncak Omicron.
Nasional
JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa saat ini sduah ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Indonesia mulai menurun atau melewati puncak Omicron.
Kondisi ini terjadi di luar prediksi para ahli yang menyebut bahwa penyebaran kasus COVID-19 varian Omicron bakal meningkat 3-6 kali lebih besar dari varian Delta.
"Belum seperti yang diprediksi banyak orang tiga atau empat kali lebih tinggi dari Delta. Berita positifnya, tren kasus di DKI mulai menunjukkan tanda-tanda melewati puncaknya baik kasus harian, maupun kasus rawat inap mulai menunjukkan penurunan," katanya dalam konferensi pers PPKM secara virtual, Senin, 14 Februari 2022.
- Presidensi G20 Bisa Perluas Transaksi Digital, Kadin: Literasi dan Ketampilan Harus Ditingkatkan
- Kredit Mikro BRI Tumbuh 13 Persen Tembus Rp351,4 Triliun pada 2021
- Lampaui Target 2021, Bumi Serpong Damai (BSDE) Raup Marketing Sales Rp7,7 Triliun
Kasus aktif COVID-19 DKI Jakarta hingga 13 Februari tercatat mencapai 73.502 kasus, turun dibandingkan pekan sebelumnya di angka 80.162 kasus. Sementara positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir juga turun menjadi 23,8%.
Meski demikian, kata Luhut, terjadi peningkatan kasus di Provinsi Jawa Timur, Yogyakarta dan Jawa Barat. Namun, tingkat rawat inap masih lebih rendah dari Delta.
Hal yang sama dengan di luar Jawa-Bali, yang mana terjadi peningkatan di 10 provinsi. Meski begitu, tingkat rawat inap pun masih lebih rendah dari kondisi Delta.
Secara umum, lanjut Luhut, tingkat keterisian tempat tidur di seluruh provinsi di Indonesia, terutama di Jawa-Bali, masih lebih rendah dari kondisi Delta, bahkan masih lebih rendah dari standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Beberapa hari ke depan, kasus Omicron diprediksi akan mengalami penurunan. Jika hal ini terus terjadi maka mulai 1 Maret atau lebih cepat pemerintah akan memangkas waktu karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) menjadi tiga hari saja.
Namun jika kasus terus melandai, maka mulai 1 April atau lebih cepat pemerintah akan meniadakan ketentuan karantina bagi PPLN. Saat ini, ketentuan karantina PPLN adalah tujuh hari dari sebelumnya 14 hari.
"Jika situasi terus membaik dan vaksinasi terus meningkat, tidak tertutup kemungkinan 1 April atau sebelum 1 April, PPLN tidak akan lagi menerapkan karantina terpusat. Namun ini bergantung pada situasi pandemi," tukas Luhut.
Dia menegaskan bahwa pemerintah terus mendorong percepatan vaksinasi dosis kedua terutama bagi kelompok lansia karena merupakan salah satu kelompok yang rentan terpapar COVID-19.
Seiring dengan itu, pemerintah menghimbau kepada masyarakat yang belum vaksin agar tidak mudah terprovokasi oleh opini dari oknum tertentu di tengah masyarakat yang melarang vaksinasi massal.
Hal itu karena berdasarkan data yang dihimpun pemerintah, penyebab kematian pasien pada umumnya karena belum vaksinasi lengkap, memiliki penyakit bawaan dan merupakan lansia.
"Saya mohon jangan ada rakyat diprovokasi tidak boleh ikut vaksin karena rata-rata yang
orang yang belum divaksin lengkap, belum vaksin booster apalagi memiliki komorbid dan juga sudah tua," tandas Luhut.
Vaksinasi nasional hingga 14 Februari telah mencapai 321.211.718 dosis, yang terdiri dari 188,33 juta dosis pertama (90,43%), 135,81 juta dosis kedua (65,21%) dan dosis ketiga 7,06 juta (3,39%).
Untuk vaksinasi lansia sendiri telah mencapai 15,92 juta untuk dosis pertama (73,9%), 10,86 juta dosis kedua (50,4%) dan 1,05 juta untuk dosis ketiga (4,85%).
Dia menambahkan bahwa pemerintah melakukan penyesuaian aturan mengenai pembukaan pintu masuk internasional baik bagi warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA), baik bandara maupun pelabuhan laut.
Selain Bandara Ngurah Rai Bali yang dibuka sejak pekan lalu, pemerintah juga membuka pintu masuk internasional di Bandara Juanda Surabaya. Bandara ini juga akan menjadi lokasi pemberangkatan jemaah haji Indonesia ke Arab Saudi.
"Pemerintah akan membuka perjalanan jemaah umroh melalui Bandara Surabaya," ungkap Luhut.