<p>Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore, 24 Juli 2020, ditutup melemah seiring kekhawatiran ancaman resesi ekonomi Indonesia. / Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Nasional & Dunia

Kabar Baik! Di Tengah Resesi dan Pandemi, Tiga BUMN Ini Tetap Untung Rp39,57 Triliun

  • Jakarta – Bank-bank milik negara menyampaikan kabar positif sepanjang pekan lalu. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk berhasil melewati pandemi COVID-19 dan resesi ekonomi pada 2020 dengan tetap mencatatkan laba bersih. BRI sebagai bank dengan aset terbesar mencatat keuntungan bersih senilai Rp18,65 triliun, […]

Nasional & Dunia

Ananda Astri Dianka

Jakarta – Bank-bank milik negara menyampaikan kabar positif sepanjang pekan lalu. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk berhasil melewati pandemi COVID-19 dan resesi ekonomi pada 2020 dengan tetap mencatatkan laba bersih.

BRI sebagai bank dengan aset terbesar mencatat keuntungan bersih senilai Rp18,65 triliun, Mandiri sebagai runner up meraih untung Rp17,64 triliun dan BNI menutup 2020 dengan keuntungan bersih Rp3,28 triliun. JIka diakumulasikan tiga bank milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu mencatat total laba bersih Rp39,57 triliun.

Laporan keuangan yang dipublikasikan ketiga bank plat merah itu juga menggambarkan bahwa fundamental bisnis mereka tetap solid. Hal ini tercermin dari rasio kredit bermasalah yang tetap terjaga, permodalan yang tetap kuat dan nilai simpanan masyarakat yang justru terus meningkat.

Alhasil di tengah biaya pandemi yang besar, pemerintah memiliki sumber uang untuk menarik deviden dari tiga bank itu.

Strategi perbankan untuk menjalankan relaksasi restrukturisasi kredit, sebagaimana diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui POJK No.11/POJK.03/2020, terbukti manjur untuk mengurangi kerugian dan risiko bisnis yang lebih besar.

Aturan yang memberikan keringanan pembayaran cicilan kredit kepada debitur itu telah diperpanjang dari semula berakhir pada Maret 2021 menjadi Maret 2022.

Jika dibandingkan tahun sebelumnya, keuntungan ketiga Bank BUMN tersebut memang turun jauh. Namun, sebagai salah satu pilar utama penggerak ekonomi nasional, keberhasilan manajemen BRI, Mandiri dan BNI berhasil mencatatkan laba dalam situasi pandemi yang menghajar ekonomi di seluruh dunia, termasuk menciptakan resesi ekonomi di Indonesia, merupakan prestasi yang patut diapresiasi.

“Tahun lalu pertumbuhan ekonomi terkontraksi, namun kita masih bisa mengucap syukur bahwa di tengah kondisi sangat berat ini BRI bisa merancang dan eksekusi strategi [bisnis yang] tepat sepanjang 2020. Oleh karenanya tema tahun ini, tahun terberat telah lewat BRI semakin sehat dan kuat,” ujar Direktur Utama BRI Sunarso dalam paparan kinerja secara virtual, Jumat, 28 Januari 2021.

“Dalam situasi pandemi kami menerapkan kebijakan penyaluran kredit secara prudent dan selektif kepada targeted customer dengan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat. Hasilnya, kami mampu menjaga kualitas kredit sehingga rasio NPL konsolidasi di 3,09%,” ujar Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam paparan kinerja secara virtual, Kamis (28/1).

“Kami juga sudah menambah pencadangan untuk debitur yang (kualitas kreditnya) turun menjadi NPL. Sekaligus untuk menghadapi tantangan perekonomian ke depan,” ujar Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati  dalam Video Conference, Jumat (29/1). 

Berikut gambaran singkat kondisi tiga Bank BUMN selama pandemi dan resesi ekonomi pada 2020.
Bank BRI
Gedung BRI di Kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. / Bri.co.id

Sebagai bank dengan aset konsolidasi terbesar, sebesar Rp1511 triliun, Bank BRI berhasil meraih laba bersih sebesar Rp18,65 triliun oada 2020. Laba itu turun dibandingkan 2019 sebesar Rp34,41 triliun. Duit BRI banyak tergerus untuk menyiapkan bantalan buat kreditnya yang kualitasnya menurun.

Sepanjang 2020, BRI melakukan restrukturisasi kredit sebagai dampak pandemi hingga senilai Rp186,6 triliun atau setara 21,2% dari portofolio kreditnya. Imbasnya, bank yang fokus ke UMKM ini harus melakukan pencadangan kredit hingga senilai Rp65,16 triliun berbanding Rp38,36 triliun pada 2019.

Dari sisi simpanan, uang masyarakat dan pihak ketiga lainnya yang disimpan di bank ini justru meningkat. Tabungan sebesar Rp475,84 triliun (berbanding 2019 Rp414,32 triliun ), deposito Rp452,17 triliun (Rp431,93 triliun), dan giro Rp193,07 triliun (Rp174,92 triliun )

BRI sebagai konsolidasi kini juga makin kuat dengan berkembangkan sejumlah anak usaha seperti BRI Syariah yang telah menjadi bank konsolidasi hasil merger dengan BNI Syariah dan Bank Mandiri Syariah. BRI juga tengah mengembangkan bank digital dengan memperkuat posisi Bank BRI Agroniaga.

“BRI Agro saat ini memiliki bisnis yang cukup lincah sehingga sangat memungkinkan bagi perseroan jika sewaktu-waktu mengubah bisnis model anak usahanya itu dan bermain dalam ekosistem digital,” jelas Dirut BRi Sunarso dalam pers konferensi virtual, Kamis (28/1).

Bank Mandiri
Gedung Bank Mandiri / Facebook @bankmandiri

Di tengah resesi, Bank Mandiri secara konsolidasi berhasil mendorong pertumbuhan kredit secara average balance atau baki debet rata-rata sebesar 7,08% year on year (yoy) menjadi Rp871,3 trilun.

Penghimpunan DPK Bank Mandiri secara konsolidasi pada akhir 2020 juga tumbuh 12,24% yoy menjadi Rp1.043,3 triliun. Kenaikan DPK itu lebih tinggi daripada industri perbankan yang tumbuh 11,1%.

Laporan keuangan konsolidasi tahun 2020 bank ini mencatat porsi terbesar simpanan adalah tabungan yaitu sebesar Rp390,69 triliun (pada 2019 Rp359,16 triliun), deposito Rp351,25 (Rp323,54 triliun), dan giro Rp305,36 triliun (Rp250,41 triliun).

Mandiri juga mencatat uang elektonik senilai Rp1,39 triliun meningkat dibandingkan dengan 2019 sebesar Rp1,30 triliun.

Pencapaian laba bersih pada 2020 juga berasal dari pertumbuhan fee based income 4,9% yoy menjadi Rp28,7 triliun. Salah satu sumber pendapatan ini adalah transaksi online. Selama 2020 transaksi aplikasi Mandiri mencapai lebih dari 600 juta transaksi dengan nilai transaksi lebih dari Rp1.000 triliun.

“Kami senang karena aplikasi ini semakin menjadi pilihan nasabah dalam bertransaksi. Ini terlihat dari jumlah pengguna aktif aplikasi ini yang naik signifikan sebesar 40% menjadi 4,5 juta pengguna pada tahun lalu,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam paparan kinerja secara virtual, Kamis (28/1).

Sebagai bagian dari program relaksasi restrukturisasi kredit, pada 2020 Bank Mandiri melakukan pencadangan atas kreditnya sebesar Rp62,75 triliun berbanding Rp30,35 triliun pada 2019.

Membesarnya beban pencadangan inilah yang membuat laba bersih perseroan turun menjadi Rp17,64 triliun daripada 2019 sebesar Rp28,45 triliun.

Bank BNI
Wisma BNI 46 menjadi simbol gedung-gedung pencakar langit di Jakarta / Shutterstock

Memburuknya ekonomi di 2020 tetap mendorong BNI untuk menjalankan fungsi intermediasinya. Kredit BNI tumbuh sebesar 5,3% menjadi Rp586,21 triliun daripada tahun sebelumnya sebesar Rp556,77 triliun.

Untuk mengurangi risiko kredit akibat program relaksasi restrukturisasi kredit, pada 2020 BNI melakukan pencadangan kredit hingga senilai Rp22,59 triliun, meningkat daripada tahun sebelum pandemi COVID-19 pada 2019 sebesar Rp8,84 triliun.

Secara kumulatif laporan keuangan BNI mencatat total pencadangan kredit di 2020 sebesar Rp42,93 triliun berbanding Rp15,85 triliun.

Lonjakan pencadangan itulah yang membuat laba BNI pada 2020 menjadi Rp3,28 triliun, berbanding Rp 15,38 triliun. Karena laba sebelum provisi dan pajak tahun lalu sebenarnya mencapai Rp27,8 triliun, mendekati posisi sebelum pandemi COVID-19.

Namun yang menggembirakan, kepercayaan publik terhadap BNI justru meningkat. Hal ini terbukti dari kenaikan DPK yang tumbuh hingga 10,6% yoy menjadi Rp679,45 triliun.

Secara konsolidasi, tabungan BNI mencapai Rp236,64 triliun, naik dibandingkan dengan 2019 sebesar Rp202,41 triliun, deposito Rp222,47 triliun (2Rp07,04 triliun pada 2019), dan giro Rp215,28 triliun (Rp205,18 triliun pada 2019).

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menegaskan, di saat pandemi, di mana bisnis secara umum menurun, BNI berinisiatif melakukan transformasi sebagai upaya akselerasi peningkatan kinerja keuangan secara berkelanjutan, serta menyempurnakan rencana jangka panjang BNI. Program Transformasi BNI ini berbasiskan value BNI RACE, yaitu Risk Culture, Agile, Collaboration, dan Execution Oriented.

“Dengan nilai-nilai BNI RACE yang diimplementasikan sehari-hari tersebut BNI pun dapat bersaing dengan kompetitor, mempersiapkan diri untuk melaju lebih kencang, memimpin persaingan, dan meraih kemenangan,” ujar Royke.