Pekerja di PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Korporasi

Kabar Terbaru Pabrik Baterai EV di Halmahera Timur Milik Antam

  • Pabrik baterai EV di Halmahera Timur yang kelola Antam bertujuan untuk membentuk aliansi strategis dalam mendukung ekspansi bisnis hilirisasi nikel.
Korporasi
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam memberikan update terbaru mengenai progres proyek pembangunan pabrik ekosistem baterai untuk kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) di Halmahera Timur, Maluku Utara. 

Direktur Pengembangan Usaha Antam I Dewa Wirantaya menjelaskan bahwa perusahaan sedang berupaya memenuhi arahan dari pemegang saham untuk membangun aset hilirisasi dengan skala global, serta membentuk aliansi strategis untuk mendukung ekspansi bisnis hilirisasi nikel. 

“Keterlibatan Antam dalam proyek ini juga merupakan salah satu bentuk pengembangan bisnis perusahaan melalui hilirisasi nikel,” jelas Dewa dalam Public Expose Live 2023 pada Kamis, 30 November 2023. 

Dewa menambahkan sebagai anggota Holding Mining Industry (MIND ID), Antam secara langsung terlibat dalam pengembangan ekosistem baterai EV terintegrasi di Indonesia bersama dengan mitra strategis.

Dia menjelaskan bahwa proyek ini, yang mencakup sektor hulu, tengah, dan hilir (upstream, midstream, downstream), diperkirakan akan menghabiskan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$ 4-5 miliar, tidak termasuk fasilitas infrastruktur power plant supply.

“Di mana pada upstream di hulu adalah bagian dari tambang nikel, kemudian di midstream di pabrik Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF)& High-Pressure Acid Leach (HPAL), di downstream mulai dari pabrik material baterai, pabrik baterai sendiri, sampai dengan pabrik daur ulang baterai,” kata Dewa.

Disebutkan Antam akan terlibat secara langsung dengan kepemilikan mayoritas atau minoritas di sektor hulu dan tengah. Sementara itu, partisipasinya secara tidak langsung melibatkan sinergi dengan PT Industri Baterai Indonesia (IBC) sebuah anak perusahaan yang dimiliki bersama oleh BUMN Antam, PLN, Pertamina, dan Inalum, masing-masing memiliki kepemilikan saham sebesar 25%.

Dalam konteks hulu, dia menjelaskan bahwa Antam, sebagai pemegang izin usaha pertambangan (IUP), akan menjadi pemilik mayoritas melalui anak perusahaan, yaitu PT Sumberdaya Arindo (SDA).

“Di sektor RKEF dan HPAL, kita memiliki bagian minoritas. Sementara itu, untuk sektor downstream, Antam akan terlibat melalui keterlibatan korporatif bersama dengan IBC, dan IBC akan menjadi mitra di sektor hilir," katanya.

Dia menjelaskan bahwa saat ini sedang dalam proses penyelesaian conditional precedent untuk menandatangani kesepakatan joint venture (JV). Pihaknya mengatakan untuk penandatanganan JV akan dilakukan pada bulan Desember mendatang yang diikuti dengan penyelesaian transaksi tersebut.

Partner ANTM

Sebagai informasi Antam, bersama IBC dan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL) telah menandatangani framework agreement pada 14 April 2022 lalu, untuk kerja sama dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia. 

Proyek ini melibatkan aktivitas pertambangan bijih nikel yang akan dilaksanakan oleh anak usaha Antam, yaitu SDA di Halmahera Timur, Maluku Utara. Pada 16 Januari 2023 lalu, Antam dan Hong Kong CBL Limited (HKCBL) ana menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat (CSPA) terkait kepemilikan saham Antam dalam PT SDA.

Setelah penyelesaian transaksi, Antam akan tetap menjadi pemegang saham pengendali di PT SDA tanpa mengubah status SDA sebagai anak perusahaan yang terkonsolidasi di laporan keuangan ANTM.

Dewa menambahkan, alasan Antam dalam memilih partner tersebut sudah pasti market adalah menjadi orientasi perusahaan. “Dan kita ketahui bersama bahwasanya Hong Kong CBL ini dibaliknya ada CATL dan saat ini memiliki 30 persen market untuk EV battery di dunia dan ini adalah salah satu menjadi kekuatan kita dalam membangun kerja sama dengan Hong Kong CBL,” sambung Dewa.

Kinerja Nikel ANTM

Sebagai informasi kontribusi penjualan segmen nikel (produk feronikel dan bijih nikel) pada kuartal III-2023 tercatat sebesar 33% dari total penjualan Antam dengan nilai penjualan mencapai Rp10,10 triliun. Nilai penjualan tersebut tumbuh sebesar 19% dari capaian periode sama tahun lalu, yakni Rp8,48 triliun. 

Tercatat hingga kuartal ketiga tahun ini, volume produksi feronikel Antam mencapai 15.787 ton nikel dalam feronikel (TNi), dengan capaian volume penjualan produk feronikel sembilan bulan pertama 2023 (9M23) mencapai 14.132 TNi. 

Sementara itu, dari sisi produk bijih nikel, Antam berhasil mencatatkan volume produksi bijih nikel konsolidasian sebesar 10,67 juta wet metricton (wmt). Angka tersebut meningkat 72% dibandingkan capaian pada sembilan bulan pertama 2022 (9M22) sebesar 6,22 juta wmt. 

Pertumbuhan tingkat produksi bijih nikel seiring dengan peningkatan permintaan dalam negeri.  Alhasil, volume penjualan bijih nikel konsolidasian Antam pada 9M23 mencapai 9,41 juta wmt, meningkat 98% jika dibandingkan capaian penjualan pada 9M22 sebesar 4,75 juta wmt.