Ilustrasi perkebunan tebu.
Nasional

Kadin Optimistis Produksi Gula di Jatim Bisa Ditingkatkan Lagi

  • Pada tahun 1930 produksi gula di Jatim berhasil mencapai tiga juta ton hanya dengan lahan seluas 200.000 hektar.
Nasional
Bintang Surya Laksana

Bintang Surya Laksana

Author

SURABAYA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur (Jatim) optimistis secara teori produksi gula di provinsi ini bisa lebih ditingkatkan lagi.

Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto memaparkan pada tahun 1930 produksi gula di Jatim berhasil mencapai tiga juta ton hanya dengan lahan seluas 200.000 hektar.  "Sekarang dengan modal 500.000  hektare lahan tebu keluarnya mencapai 2,4 juta ton. Mestinya dengan lahan seluas itu kita sudah bisa surplus dalam memenuhi kebutuhan gula nasional, tidak harus impor," ujar Adik.

Adik menyampaikan langkah ekstensifikasi pemerintah untuk menambah lahan tebu bukan merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi defisit kebutuhan gula nasional. Menurutnya, peningkatan produksi gula nasional seharusnya dicapai melalui pendekatan intensifikasi dan pemberian insentif, bukan dengan cara ekstensifikasi.

Bahkan, Adik menyebutkan kebijakan pemerintah dalam menambah lahan untuk mendorong produksi adalah kebijakan putus asa. Pasalnya, masalah defisit produksi ini hampir terjadi tidak hanya pada komoditas tebu namun di seluruh komoditas pangan lainnya.

Dengan kondisi tersebut, Adik menyampaikan yang perlu dilakukan adalah riset mendalam terkait dengan intensifikasi yang meliputi pengolahan lahan hingga efisiensi pupuk dan penggunaan teknologi pertanian yang baik.

“Insentif untuk komoditas tebu juga harus diberikan, misalnya subsidi pupuk. Dulu pupuk ZA untuk tebu itu subsidi, tetapi sekarang tidak subsidi, ” katanya dikutip dari Antara Jumat, 24 November 2023. 

Dia menambahkan kalau bicara intensifikasi, maka harus teknologi yang dibicarakan. Mulai dari penggunaan teknologi untuk mengetahui kondisi lahan lahan, bagaimana teknologi pengolahan, sampai teknologi pemupukan.

Adik memberikan contoh seperti yang telah dilakukan PT Saraswanti, sebuah industri pupuk dalam negeri, yang disebut sudah memanfaatkan teknologi drone dalam layanan pengobatan hama. Hal tersebut menurut Adik telah meningkatkan efisiensi dan ketepatan sasaran dalam penggunaan bahan kimia dan air. Selain itu, pupuk yang diproduksi oleh perusahaan ini juga bersifat "customized" dengan disesuaikan dengan kondisi tanah dari konsumen yang membelinya.

Adik menyampaikan saat ini tren penggunaan pupuk adalah yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik tanah. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki lahan apel di Kota Batu, PT Saraswanti akan mengirim tim untuk melakukan analisis tanah guna menentukan pupuk yang diperlukan. Dengan pendekatan ini, pupuk yang digunakan akan sesuai dengan kebutuhan tanah sehingga menciptakan efisiensi yang lebih baik. 

“Ini lebih efisien. Ini teknologi semua. Dengan teknologi, pasti akan mengefisienkan biaya produksi. Ini yang selama ini ditunggu-tunggu petani, bagaimana biaya produksi bisa ditekan tetapi produksi meningkat."