<p>Warga melintas di depan gerai BNI Digital Branch Gandaria City, Jakarta, Kamis, 4 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Perbankan

Kala Simpanan Lesu, BNI Beberkan Jurus Ampuh Hadapi Tantangan Likuiditas

  • PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI tengah menyiapkan jurus untuk menghadapi laju simpanan nasabah atau dana pihak ketiga (DPK) yang lesu. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga likuiditas supaya tidak terdampak.

Perbankan

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI tengah menyiapkan jurus untuk menghadapi laju simpanan nasabah atau dana pihak ketiga (DPK) yang lesu. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga likuiditas supaya tidak terdampak. 

Dijelaskan bahwa data per Oktober 2023 laju DPK perbankan hanya bertumbuh 3,43% secara tahunan year-on-year (YoY). Alhasil, presentase angka DPK tersebut melambat dibandingkan September 2023 yang mampu menembus 6,54% YoY. 

"Ini bisa menunjukan likuiditas yang mengetat," ungkap Direktur Human Capital & Compliance BNI Mucharom dalam Public Expose Live yang disiarakan virtual oleh Bursa Efek Indonesia pada Senin, 27 November 2023.

Perlambatan DPK perbankan, kata Mucharom, disebabkan oleh pengetatan kebijakan moneter dan fiskal yang diperlukan guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Lalu, dalam konteks valuta asing (valas), penurunan laju simpanan dipengaruhi oleh ekspor komoditas dan aliran keluar dana asing.

Menyikapi kondisi tersebut, BNI juga telah menyiapkan beragam strategi, misalnya menggenjot transaksi digital untuk mendorong raupaan dana murah atau current saving account (CASA) berbasis tabungan dan giro. 

Mucharom menekankan bahwa strategi tersebut ditujuan supaya likuiditas tetap terjaga. Sebab, porsi CASA yang berhasil dikumpulkan perbakan yang identik warna orange ini berada di level 69%. "Kami pantau rasio CASA yang nilainya terus membaik. Semakin banyak kredit didanai dana murah untuk mengurangi ketergantungan dana mahal," kata Mucharom.

Selain itu, BNI menjalankan penetrasi cross selling dan peningkatan volume transaksi ke segmen enterprise, comercial, dan wealth client. "Kami proyeksikan likuiditas akan membaik seiring belanja pemerintah akhir tahun ini," katanya.

Di tempat berbeda, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan meskipun simpanan nasabah di bank melambat, namun, likuiditas perbankan tetap terjaga dan mampu menopang laju kredit. 

"Likuiditas perbankan yang masih memadai mendukung ketahanan stabilitas sistem keuangan," ujar Perry Warjiyo dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada pekan lalu. 

Kinerja DPK Kuartal III-2023

Diberitakan sebelumnya, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menjelaskan, di tengah meningkatnya risiko ekonomi global, BNI telah mengambil langkah-langkah yang bijak dengan membangun likuiditas yang kuat. Hingga September 2023, DPK tumbuh sebesar 9,1% YoY mencapai Rp 747,6 triliun. 

Meskipun tren kenaikan suku bunga acuan mempengaruhi biaya bunga dana atau cost of fund  (COF) dan tren ini terjadi di seluruh sektor perbankan, COF BNI saat ini tetap rendah, yaitu sekitar 2%, yang secara struktural masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi yang berada di atas 3%.

“Di tengah kondisi tersebut, kami bersyukur COF kami saat ini di kisaran 2%, masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi di atas 3%,” ujar Royke dalam konferensi pers paparan kinerja BNI kuartal III-2023 yang digelar secara virtual, pada Selasa, 31 Oktober 2023.

Keberhasilan ini, kata Royke, juga diatributkan kepada peran krusial channel digital BNI, yang mampu menyediakan layanan yang bersaing untuk merangsang pertumbuhan rekening giro dan tabungan CASA berbasis transaksi yang solid.

Selain itu, rasio kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) terus meningkat, dari 18,9% tahun lalu menjadi 21,9% per September 2023, melebihi persyaratan modal minimum sebesar 13,8%. Tingginya rasio kecukupan permodalan ini memberikan BNI kemampuan yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan ekspansi bisnis dan investasi BNI group.