Kalahkan Brazil, China, dan India, e-Commerce Tumbuh Paling Subur di Asia Tenggara
- Facebook baru-baru ini merilis data mengenai penetrasi pertumbuhan ritel daring di kawasan Asia Tenggara. Hasilnya, pertumbuhan ritel daring di Asia Tenggara melampaui kenaikan di Brazil, China, dan India.
Fintech
JAKARTA – Facebook baru-baru ini merilis data mengenai penetrasi pertumbuhan ritel daring di kawasan Asia Tenggara. Hasilnya, pertumbuhan ritel daring di Asia Tenggara melampaui kenaikan di Brazil, China, dan India.
Mengutip publikasi Facebook, Senin 6 September 2021, kontribusi ritel daring terhadap total ritel naik dari 5% pada 2020 menjadi 9% pada 2021. Dengan kata lain, kontribusinya naik sebesar 85%.
Pertumbuhan ini mengalahkan pertumbuhan tahunan di India (10%) dari 3% pada 2020 menjadi 4% pada 2021, China (2%) dari 33% pada 2020 menjadi 35% pada 2021, dan Brazil (14%) dari 7% pada 2020 menjadi 8% pada 2021.
- Tetap Kokoh, Total Aset Industri Asuransi Tumbuh 8 Persen Jadi Rp949,44 Triliun
- Badut ke Sekolah Kampanyekan Prokes Untuk Siswa Yang Mengikuti PTM
- Perdana Melantai di Bursa, Saham Geoprima Solusi (GPSO) Langsung Melejit
Dalam lima tahun mendatang, pertumbuhan e-commerce di Asia Tenggara diprediksi terus memimimpin dari negara-negara tersebut dengan pertumbuhan sekitar 14% per tahun.
Estimasi pertumbuhan 14% berasal dari rata-rata pertumbuhan tahunan gross merchandise value (GMV) di Asia Tenggara sepanjang 2021-2026.
Dari kuatnya pertumbuhan ritel online di Asia Tenggara, terlihat pula kenaikan penetrasi berdasarkan kategori produk. Pertumbuhan tertinggi berasal dari kategori bahan pokok yakni 2,8x, disusul oleh produk perawatan dan kecantikan naik 2,1x.
Kemudian, produk elektronik dan aksesoris naik 1,9x, pakaian, alas kaki, dan aksesoris naik 1,9x, dan produk rumah tangga dan furnitur tumbuh 1,7x.
“Apa yang kami lihat di China dan AS lebih merupakan pergeseran saluran dari offline ke online, sedangkan di Asia Tenggara pertumbuhan belanja konsumen dan ritel didorong oleh saluran online. Di masa depan, kita akan berbicara tentang perdagangan digital alih-alih nilai dan penetrasi barang dagangan kotor, sehingga bisnis perlu fokus untuk mendorong nilai terbaik dari perjalanan pembelian omnichannel,” kata Magnus Ekbom, Chief Strategy Officer, Lazada Group.