Kalbe Farma dan Genexine Korea Selatan Kerja Sama Rp15,4 Triliun
Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) lewat anak usahanya PT PT Kalbe Genexine Biologics (KGBio) menandatangani perjanjian lisensi dengan Genexine Korea Selatan dengan nilai US$1,1 miliar setara Rp15,4 triliun (asumsi kurs Rp14.000 per dolar Amerika Serikat).
Korporasi
JAKARTA – Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) lewat anak usahanya PT Kalbe Genexine Biologics (KGBio) menandatangani perjanjian lisensi dengan Genexine Korea Selatan dengan nilai US$1,1 miliar setara Rp15,4 triliun (asumsi kurs Rp14.000 per dolar Amerika Serikat).
Kerja sama lisensi itu untuk mengembangkan dan mengomersialkan obat imuno-onkologi GX-I7 (Efineptakin Alpha), yaitu long-acting interleukin-7 yang menggunakan platform teknologi hyFc Genexine.
Perjanjian lisensi tersebut bernilai US$1,1 miliar termasuk pembayaran di muka senilai US$27 juta. Setelah penandatanganan, akan diikuti milestone registrasi, komersialisasi, dan royalti penjualan sebesar 10%.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Presiden Direktur Kalbe Farma Sie Djohan mengungkapkan bahwa kesepakatan ini sangat strategis dan penting bagi KGBIo untuk membangun portofolio produk. Sehingga, KGBio dapat menyediakan produk therapeutic yang inovatif kepada 655 juta populasi di Asia Tenggara melalui jaringan Kalbe.
Lisensi ini meliputi wilayah Timur Tengah, Oceania, India, Afrika dan seluruh wilayah Asia kecuali China, Jepang dan Korea.
“Jaringan ini terus dikembangkan di wilayah India, Oceania dan Timur Tengah, “ katanya dalam keterangan resmi, Kamis, 18 Februari 2021.
Melalui lisensi ini, terang Djohan, akan terbangun kolaborasi antara KGBio dengan banyak partner global yang akan membawa KGBio ke level berikutnya, untuk menjadi perusahaan bioteknologi terkemuka di Asia Tenggara.
CEO Genexine Dr. Sung mengatakan bahwa ksepakatan lisensi dengan KGBio telah membuktikan produk GX-I7 memiliki nilai yang sangat tinggi.
“Genexine akan terus berkolaborasi secara aktif dengan partner global untuk membuktikan agar obat GX-I7 diakui sebagai obat imuno-onkologi yang inovatif,” kata dia.
Uji Klinis
Selain uji klinis GX-I7 yang dilakukan sebagai obat imuno-onkologi, KGBio juga melakukan uji klinis fase 2 untuk obat COVID-19 di Indonesia.
Sebelumnya KGBio telah mendapat persetujuan pelaksanan uji klinis (PPUK) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
GX-I7 adalah satu-satunya long-acting interleukin-7 dalam pengembangan di dunia yang dapat meningkatkan jumlah limfosit absolut.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- Tandingi Telkomsel dan Indosat, Smartfren Segera Luncurkan Jaringan 5G
- Bangga! 4,8 Ton Produk Tempe Olahan UKM Indonesia Dinikmati Masyarakat Jepang
Peningkatan jumlah limfosit oleh GX-I7 ini dapat mencegah perburukan kondisi pasien COVID-19 mild atau asymptomatic pada populasi manusia lanjut usia (manula), dengan mengaktivasi T-cells dan sistem imun pada tahap awal infeksi COVID-19.
Sebagai catatan, KGBio juga berencana melakukan kombinasi uji klinis GX-I7 dengan anti-PD1 HLX10 untuk meningkatkan dan memperluas value dari keseluruhan pipeline.
Akhir Januari 2021 KGBio juga telah menerima investasi dari General Atlantic suatu perusahaan finansial investor global dari Amerika Serikat sebesar U$55 juta sebagai modal inti (primary capital) kepada KGBIo.
Pada 2016, KGBio mendapatkan lisensi long-acting erythropoietin GX-E4 (Efepoetin alfa) dari Genexine untuk terapi anemia, dan saat ini sedang diuji klinis fase 3 di Australia, Taiwan, dan ASEAN.
Pada 2019, KGBio juga menandatangani perjanjian lisensi dengan Henlius (HK 2696), anak perusahaan Fosun Pharma, dengan nilai US$692 juta, dan
menambahkan immune checkpoint inhibitor HLX10 ke dalam portofolionya. (SKO)