<p>Ilustrasi produksi vaksin COVID-19. / Reuters</p>
Nasional

Kalbe, Kimia Farma dan Indofarma Jual Obat COVID-19, Apa Beda dan Berapa Harganya?

  • Pandemi seolah telah menjadi ajang perlombaan bagi tiga emiten farmasi di Indonesia untuk menemukan obat ampuh bagi pasien positif COVID-19. Tiga emiten itu, yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF), dan PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF).

Nasional

Fajar Yusuf Rasdianto

JAKARTA – Pandemi seolah telah menjadi ajang perlombaan bagi tiga emiten farmasi di Indonesia untuk menemukan obat ampuh bagi pasien positif COVID-19. Tiga emiten itu, yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF), dan PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF).

Mereka berlomba untuk mengimpor obat bernama Remdesivir yang diklaim ampuh mengobati pasien COVID-19 dengan kondisi parah. Semula, obat ini digunakan untuk penyembuhan penyakit ebola, namun ilmu pengetahuan membuktikan bahwa obat ini juga ampuh untuk penyembuhan pasien positif COVID-19.

Kalbe Farma menjadi perusahaan yang pertama kali mengimpor obat Remdesevir itu. Emiten bersandi KLBF ini mengimpor obat Remdesivir bermerek dagang Covifor dari PT Amarox Global Pharma (Amarox), anak usaha dari perusahaan farmasi Hetero, yang berbasis di India.

Direktur Utama Kalbe Farma Vidjongtius mengungkapkan, obat ini hanya direkomendasikan untuk emergency use authorization (EUA) atau keadaan darurat. Pasien yang diperbolehkan untuk mendapatkannya hanya orang dewasa atau remaja. Patokan usianya paling tidak 12 tahun ke atas dengan berat badan minimal 40 kilogram.

Saat rilis pertama kali, harga obat Covifor dipatok Rp3 juta per ampul. Namun, lantaran banyaknya masukan dari kementerian, tenaga kesehatan, dan pasien, akhirnya Kalbe Farma pun merevisi harga obat teresebut jadi Rp1,5 juta per ampul.

“Setelah diskusi bersama antara Kalbe, Hetero India dan Amarox, kami sepakat untuk memberikan harga jual khusus Cofivor (Rp1,5 juta),” kata Vidjontius.

Obat COVID-19 Covivor yang diimpor PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) / Istimewa
Desrem

Setelah Kalbe Farma, emiten farmasi lain yang juga turut meluncurkan obat Remdesivir adalah PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF). Direktur Utama Indofarma Arief Prumahanto mengatakan, pihaknya telah mengimpor obat Remdesivir dari Mylan Laboratories Limited, Amerika Serikat dengan jenama Desrem.

Obat ini, kata Arief, digunakan hanya keadaan darurat, sama seperti obat yang diimpor Kalbe Farma. Harga yang dipatok untuk obat ini Rp1,3 juta per ampul. Sedikit lebih murah dari obat Covifor yang diimpor Kalbe Farma.

Namun begitu, harga Rp1,3 juta ini rupanya masih banyak mendapat protes dari sejumlah pihak. Untuk itu, Arief pun menyebut bahwa harga Desrem ini masih akan terus dikaji ulang oleh perseroan tergantung banyaknya permintaan.

Ia sepakat bahwa harga bisa dikurangi jika permintaan dari dalam negeri cukup banyak.

“Harga ini akan sangat tergantung dengan supply and demand-nya. Jadi kami sedang mengumpulkan demand-nya. Kemudian dari pihak Kemenkes (Kementerian Kesehatan) juga sedang melakukan kajian berapa banyak demand untuk Remdesivir ini,” terang Arief dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI, 5 Oktober 2020.

Dalam waktu dekat, sambung Arief, harga Desrem bisa segera disesuaikan jika kajian atas jumlah permintaan itu sudah diselesaikan.

Obat COVID-19 Favipiravir produksi PT Kimia Farma (Persero) Tbk / Istimewa
Favipiravir

Selain Indofarma, ada juga emiten farmasi pelat merah lainnya yang juga dikabarkan bakal mengimpor obat Remdesivir, yakni PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF). Namun begitu, hingga artikel ini ditayangkan, pihak Kimia Farma masih enggan membocorkan berapa harga Remdesivir yang akan dijualnya.

Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno Putro hanya menyatakan bahwa harga Remdesivir yang diimpor Kimia Farma akan berbeda dengan harga Remdesivir dari Kalbe Farma. Dia memastikan bahwa kini perseroan tengah berproses untuk melakukan impor Remdesevir dari perusahaan berlisensi yang sudah mendapat izin untuk memproduksi obat tersebut.

“Kami belum bisa merilis hal tersebut karena ada perjanjian dengan mitra kami,” kata dia.

Di sisi lain, Ganti menerangkan bahwa saat ini Kimia Farma sejatinya sudah memiliki obat COVID-19 yang diproduksi sendiri. Obat itu antara lain, Favipiravir, Dexamethasone dan Methylprednisolon.

Namun demikian, kegunaan obat ini berbeda dengan Remdesivir. Jika Remdesivir adalah obat untuk pasien gejala berat, maka Favipiravir dan obat COVID-19 lain yang diproduksi Kimia Farma hanya untuk pasien bergejala ringan hingga sedang.

Saat ditanyai lebih lanjut terkait harga ketiga obat itu, Ganti enggan menjawab. “Saya lagi meeting, pak,” pungkas dia. (SKO)