Kaleidoskop 2021: Perkembangan COVID-19 dan Perjalanan Vaksinasi
- Tahun 2021 masih diawali dengan kekhawatiran mengenai perkembangan virus di seluruh dunia.
Dunia
JAKARTA- Selama lebih dari satu tahun menghadapi pandemi COVID-19, tahun 2021 masih diawali dengan kekhawatiran mengenai perkembangan virus di seluruh dunia.
Pandemi COVID-19 masih belum menunjukkan tanda-tanda melambat. Meskipun beberapa negara telah memulai program vaksinasi pada akhir tahun lalu, kecemasan akan virus ini masih dirasakan di negara yang belum siap melaksanakan vaksinasi.
Berbagai peraturan untuk menekan laju COVID-19 telah ditetapkan di berbagai negara. Namun, tahun 2021 masih menunjukkan beberapa pencapaian mengerikan oleh dunia dalam perangnya melawan pandemi.
- Dukung Ekspor Nasional, Mandiri Gandeng LPEI Sediakan Layanan Transaction Banking
- Tjokorda Raka, Tokoh di Balik Teknologi Proyek Jalan Layang Sosrobahu yang Mendunia
- Keren! 4 Fakta Halte Integrasi Cakra Selaras Wahana (CSW) Jakarta
Suntikan Vaksin Pertama di Indonesia
Pada tanggal 13 Januari 2021, Indonesia meluncurkan salah satu kampanye vaksinasi COVID-19 terbesar di dunia. Presiden Joko Widodo mendapatkan suntikan pertama vaksin asal China, Sinovac. Vaksinasi ini dijalankan setelah MUI memberikan lampu hijau penggunaan vaksin yang diberikan sertifikasi halal.
Selain Jokowi, beberapa pejabat lain juga menerima vaksinasi. Suntikan pertama ini menjadi titik awal program vaksinasi di Indonesia selama tahun 2021.
2 Juta Angka Kematian Akibat COVID-19
Awal tahun 2021 dimulai dengan berita mengenai kasus kematian COVID-19 yang mencapai 2 juta. Rekor ini dicapai setelah lebih dari setahun sejak kemunculannya untuk kali pertama di China.
Amerika Serikat menyumbang catatan kematian tertinggi dengan lebih dari 389.000 kematian dengan lebih dari 23 juta kasus, menurut angka dari Universitas Johns Hopkins seperti dikutip TrenAsia.com dari SkyNews. Brazil menyusul dengan 207.000 kematian, diikuti oleh India dan Meksiko dengan masing-masing sekitar 152.000 dan 137.000 kasus. Di peringkat kelima adalah Inggris, sekaligus menjadi angka kematian tertinggi di benua Eropa, dengan 87.000 kematian.
Kasus COVID-19 Tembus 100 Juta
Pada tanggal 26 Januari 2021, kasus COVID-19 yang terkonfirmasi menembus angka 100 juta. Angka ini berdasarkan data yang dihimpun Universitas Johns Hopkins.
Mengutip Reuters, hampir 1,3% populasi dunia telah terinfeksi COVID-19 saat itu. Rata-rata satu orang terinfeksi setiap 7,7 detik sejak awal tahun. Sekitar 668.250 kasus telah dilaporkan setiap hari selama periode yang sama, dan tingkat kematian global mencapai 2,15%.
Rata-rata satu orang terinfeksi setiap 7,7 detik sejak awal tahun 2021, dikutip dari Reuters. Sedangkan 668.250 kasus telah dilaporkan setiap hari selama periode yang sama.
Negara-negara yang terkena dampak terburuk seperti A.S., India, Brazil, Russia, dan Inggris menyumbang lebih dari setengah keseluruhan kasus COVID-19.
Untuk menembus angka 50 juta kasus terkonfirmasi, dunia butuh sekitar sebelas bulan sejak kasus pertama. Sebagai perbandingan, angka itu berlipat ganda dan mencapai 100 juta kasus hanya dalam waktu tiga bulan.
- Dukung Ekspor Nasional, Mandiri Gandeng LPEI Sediakan Layanan Transaction Banking
- Tjokorda Raka, Tokoh di Balik Teknologi Proyek Jalan Layang Sosrobahu yang Mendunia
- Keren! 4 Fakta Halte Integrasi Cakra Selaras Wahana (CSW) Jakarta
Angka Vaksinasi COVID-19 di Seluruh Dunia Mencapai 100 Juta
Per 1 Februari 2021, lebih dari 100 juta dosis vaksin COVID-19 telah diberikan di seluruh dunia, menurut perhitungan AFP. Namun, lebih dari 35% penduduk dunia belum menerima vaksin sama sekali.
Israel memimpin dengan 37% populasinya yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin dan seperlima penduduknya telah mendapatkan dosis kedua. Inggris menyusul dengan 13,7% penduduknya telah menerima vaksin dan diikuti oleh A.S dengan 7.9%.
Program Vaksinasi Bersama COVAX di Ghana
Ghana menerima vaksin COVID-19 melalui inisiatif vaksin bersama yang diberi nama COVAX pada 24 Februari 2021. Skema vaksin global oleh WHO ini menggunakan vaksin jenis AztraZeneca/Oxford yang diproduksi oleh Serum Institute of India. Negara di Afrika Barat itu menerima 600.000 dosis vaksin oleh negara-negara kaya.
Program ini diharapkan dapat mengurangi perbedaan signifikan antara negara kaya dan miskin yang tidak mampu membeli dosis vaksin. Ghana ditetapkan sebagai penerima vaksin gratis pertama lantaran janji untuk distribusi yang cepat. Selain itu Ghana dinilai memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh program “patungan” tersebut.
Indonesia menyusul penerimaan dengan 1,1 dosis vaksin AztraZeneca dari fasilitas COVAX pada tanggal 8 Maret 2021.
Angka Vaksinasi Mencapai 1 Miliar di Seluruh Dunia
Pada 24 April, dunia mencapai rekor pemberian satu miliar dosis vaksin COVID-19 menurut data milik AFP. Rekor ini dicapai dalam rentang waktu empat bulan sejak WHO menyetujui vaksin pertama untuk penggunaan darurat. Rata-rata sekitar 16 juta dosis vaksin diberikan setiap hari.
Israel menjadi negara dengan jumlah vaksinasi terbanyak dengan 56% penduduknya telah menerima vaksinasi penuh, menurut New York Times. Sementara itu, sekitar 58% dari dosis vaksin telah diberikan di tiga negara, yaitu Amerika Serikat dengan 225,6 juta dosis; Cina dengan 216,1 juta dosis; dan India dengan 138,4 juta seperti dikutip dari Al Jazeera.
WHO Memberikan Izin Penggunaan Darurat Terhadap Vaksin Sinopharm
Pada 7 Mei 2021, Vaksin Sinopharm produksi China mendapat persetujuan penggunaan darurat oleh WHO. Persetujuan itu didapat setelah studi tahap akhir memiliki tingkat efektifitas mencapai lebih dari 70% untuk kasus simptomatik. Vaksin ini diproduksi oleh Beijing Bio-Institute of Biological Products Co Ltd di Wuhan, China.
Sinopharm menjadi vaksin pertama dari negara non-barat yang diresmikan WHO selama tahun 2021. Melalui pengumuman resminya, WHO menyebutkan bahwa Daftar Penggunaan Darat adalah prasyarat untuk digunakan sebagai pasokan COVAX.
Dengan ini juga, negara-negara juga dimungkinkan untuk mempercepat persetujuan peraturan mereka sendiri untuk mengimpor dan mengelola vaksin Sinopharm.
- Dukung Ekspor Nasional, Mandiri Gandeng LPEI Sediakan Layanan Transaction Banking
- Tjokorda Raka, Tokoh di Balik Teknologi Proyek Jalan Layang Sosrobahu yang Mendunia
- Keren! 4 Fakta Halte Integrasi Cakra Selaras Wahana (CSW) Jakarta
Varian Delta
WHO mengkonfirmasi varian terbaru COVID-19 yang diberi nama Delta pada 31 Mei 2021. Varian ini pertama kali terdeteksi di India pada akhir 2020 sebelum ditetapkan menjadi Variant of Concern. Para ilmuwan di WHO mengingatkan seluruh dunia untuk bersiap menghadapi varian yang telah memulai dominasinya, seperti dikutip dari CNBC.
Kepala Ilmuwan WHO di Genewa menyatakan bahwa varian ini memiliki tingkat penularan mencapai 60% lebih dari varian-varian sebelumnya, menurut laporan CNBC.
“Walaupun penyebarannya yang mengkhawatirkan secara global, vaksinasi ampuh,” ujar Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky seperti dikutip dari CNN.
Menurut data Phyloenetic Assignment of Named Global Outbreak Lineages (PANGOLIN), varian ini menyumbang 1,1 juta dan 985 ribu kasus secara kesuluruhan di masing-masing A.S dan Inggris sampai tanggal 9 Desember 2021. Sementara menurut sumber yang sama, Delta menyumbang 1.600-an kasus per 9 Desember 2021.
WHO Memberikan Izin Penggunaan Darurat Terhadap Vaksin Sinovac
WHO memvalidasi vaksin Sinovac-CoronaVac COVID-19 untuk penggunaan darurat pada 1 Juni 2021. Sinovac menjadi vaksin non-negara barat kedua yang diberi izin oleh WHO.
Dalam pernyataan resmi, WHO menjelaskan bahwa validasi ini adalah jaminan kepada negara, penyandang dana, lembaga pengadaan, dan masyarakat bahwa vaksin itu memenuhi standar internasional untuk keamanan, kemanjuran, dan pembuatan.
Sinovac menunjukkan hasil efikasi sebesar 51% untuk mencegah penyakit simtomatik pada mereka yang menerima vaksin ini. Vaksin Sinovac adalah hasil produksi perusahaan farmasi asal Beijing, China dengan nama sama.
Angka Vaksinasi Tembus 3 Miliar
Rekor total vaksinasi global mencapai 3 miliar pada 26 Juni 2021, menurut laporan AFP. Negara-negara di seluruh dunia berlomba-lomba menjalani vaksinasi demi meredam gempuran varian COVID-19 terbaru yaitu Delta.
Menurut penghitungan oleh AFP, negara-negara berpenghasilan tinggi menurut Bank Dunia telah memberikan rata-rata 79 dosis per 100 penduduk, dengan Uni Emirat Arab, Bahrain dan Israel memimpin.
- Dukung Ekspor Nasional, Mandiri Gandeng LPEI Sediakan Layanan Transaction Banking
- Tjokorda Raka, Tokoh di Balik Teknologi Proyek Jalan Layang Sosrobahu yang Mendunia
- Keren! 4 Fakta Halte Integrasi Cakra Selaras Wahana (CSW) Jakarta
Konfirmasi Kasus COVID-19 di Seluruh Dunia Mencapai 200 Juta
Menurut penghitungan Reuters, kasus COVID-19 di seluruh dunia melampaui 200 juta per 5 Agustus 2021. Peningkatan kasus virus yang menggila ini diperkirakan sejalan dengan kemunculan varian Delta yang lebih mudah menular.
Lonjakan ini menyoroti kesenjangan tingkat inokulasi antara negara-negara kaya dan miskin. Peningkatan kasus terjadi di sekitar sepertiga negara di dunia, banyak di antaranya bahkan belum memberikan setengah populasi mereka dosis pertama seperti dikutip dari NBC.
Menurut analis, butuh lebih dari setahun untuk kasus COVID-19 menyentuh angka 100 juta, sementara 100 juta berikutnya dilaporkan hanya dalam waktu enam bulan.
Negara-negara yang melaporkan kasus terbanyak dalam rata-rata tujuh hari termasuk Amerika Serikat, Brasil, Indonesia, India, dan Iran yang mewakili sekitar 38% dari semua kasus global yang dilaporkan setiap hari.
Indonesia, yang menghadapi lonjakan eksponensial dalam kasus, melaporkan rata-rata kematian terbanyak dan melampaui 100.000 total kematian pada hari Rabu. Negara ini menyumbang satu dari setiap lima kematian yang dilaporkan di seluruh dunia setiap hari. Peningkatan kasus baru terbesar dalam satu hari terjadi pada 15 Juli 2021, dengan 56.757 kasus dilaporkan.
Angka Kematian Akibat COVID-19 Capai 5 Juta
Perhitungan yang dilakukan Universitas Johns Hopkins menunjukkan laporan angka kematian akibat COVID-19 yang menembus angka 5 juta. Setelah hampir dua tahun hidup di tengah pandemi COVID-19, angka kematian akibat virus itu hampir setara dengan total penduduk Selandia Baru seperti dikutip dari ABC Australia. Rata-rata, lebih dari 7.000 orang dilaporkan meninggal karena COVID-19 setiap hari.
Tetapi angka itu kemungkinan salah dengan kemungkinan kegagalan merangkum jumlah kematian sebenarnya oleh pemerintah masing-masing negara. WHO memperkirakan angka sebenarnya bisa mencapai dua hingga tiga kali lebih banyak dari angka itu.
A.S. menyumbang angka kematian tercatat yang terbanyak dengan 745 ribu kasus dan diikuti Brazil dengan 607 ribu angka kematian. India menyusul dengan jumlah kematian yang mencapai 458 ribu per 1 November 2021.
WHO Memberikan Izin Penggunaan Darurat Terhadap Vaksin COVAXIN
Pada tanggal 3 November 2021, WHO memberikan izin penggunaan darurat terhadap COVAXIN asal India. COVAXIN menjadi vaksin non-negara barat ketiga yang diverifikasi sepanjang tahun 2021.
Vaksin yang diproduksi oleh Bharat Biotech dari India ini memungkinkan negara-negara miskin di dunia untuk mendapat dosis vaksin yang aman.
WHO mengumumkan bahwa vaksin ini secara signifikan dapat melawan risiko COVID-19 dan telah memenuhi standar perlindungan untuk melawan COVID-19 seperti dikutip dari Reuters. Efektifitas COVAXIN dalam melawan COVID-19 mencapai 78%, meskipun telah diberi otorisasi penggunaan darurat di India sejak bulan Januari.
- Dukung Ekspor Nasional, Mandiri Gandeng LPEI Sediakan Layanan Transaction Banking
- Tjokorda Raka, Tokoh di Balik Teknologi Proyek Jalan Layang Sosrobahu yang Mendunia
- Keren! 4 Fakta Halte Integrasi Cakra Selaras Wahana (CSW) Jakarta
Varian Omicron
Varian terbaru dan terakhir dari COVID-19 sejauh ini, Omicron, pertama kali terdeteksi pada 22 November 2021. Laporan ini diterima WHO dari sebuah laboratorium di Afrika Selatan pada 24 November 2021. Pada 26 November, WHO langsung mengumumkan varian Omicron sebagai Variant of Concern karena jumlah mutasinya yang luar biasa.
Menurut laporan CDC, per 20 Desember 2021, varian ini menjadi COVID-19 yang mendominasi kasus di A.S. dengan presentase 73%. Omicron melewati presentase varian sebelumnya, Delta, yang mencapai 26,6% kasus.
Sementara itu varian ini pertama kali terdeteksi di Indonesia pada 16 Desember 2021 menurut seperti dikutip dari Reuters. Kasus di Indonesia ini datang dari salah satu pekerja kebersihan di Wisma Atlet, Jakarta.
Sejauh ini, ada dua kematian kasus COVID-19 dari varian Omicron. Yang pertama terjadi di Jerman pada 23 Desember 2021. Robert Koch Institute(RKI) dari Berlin mengumumkan bahwa pasien itu berusia antara 60 dan 79 tahun, seperti dikutip dari Deutsche Welle.