Kamera NASA yang Sudah Dinonaktifkan Menemukan Kembaran Planet Jupiter
- Objek ini terletak 17.000 tahun cahaya dari Bumi hingga menjadikannya planet ekstrasurya terjauh yang pernah ditemukan oleh Kepler.
Tekno
JAKARTA-Sebuah tim astrofisikawan internasional yang menggunakan teleskop luar angkasa Kepler NASA, yang berhenti beroperasi pada 2018, telah menemukan sebuah planet ekstrasurya yang mirip dengan Jupiter. Objek ini terletak 17.000 tahun cahaya dari Bumi hingga menjadikannya planet ekstrasurya terjauh yang pernah ditemukan oleh Kepler.
Planet ekstrasurya yang secara resmi ditunjuk K2-2016-BLG-0005Lb, terlihat dalam data yang ditangkap oleh Kepler pada 2016. Sepanjang masa hidupnya, Kepler mengamati lebih dari 2.700 planet yang sekarang dikonfirmasi.
"Kepler juga dapat mengamati tanpa gangguan cuaca atau siang hari, memungkinkan kami untuk menentukan secara tepat massa planet ekstrasurya dan jarak orbitnya dari bintang induknya," kata Eamonn Kerins, astronom di University of Manchester di Inggris, dalam sebuah penyataan yang dikutip Live Science Selasa 5 April 2022.
- Kemenhub Bidik PNBP Tahun 2022 Senilai Rp8,5 Triliun, Ini Strateginya
- Kominfo Blokir 4.220 Situs Komersial Bermasalah, Dua Platform Ini Termasuk
- Ini Alasan LPS Dorong Perbankan Segera Gunakan Aplikasi Single Customer View
"Ini pada dasarnya adalah kembaran identik Jupiter dalam hal massa dan posisinya dari matahari, yaitu sekitar 60% dari massa matahari kita sendiri,"
Tim yang dipimpin oleh David Specht, seorang mahasiswa Ph.D. di Universitas Manchester, memanfaatkan fenomena yang dikenal sebagai pelensaan mikro gravitasi untuk menemukan planet ekstrasurya. Dengan fenomena yang diprediksi oleh teori relativitas Einstein ini, objek di ruang angkasa dapat dilihat dan dipelajari lebih dekat ketika cahaya dari bintang latar dibelokkan dan dengan demikian diperbesar oleh gravitasi objek masif yang lebih dekat.
Dengan menggunakan cahaya yang dibelokkan dari bintang yang jauh untuk mendeteksi sebuah planet ekstrasurya, tim menggunakan pengamatan selama tiga bulan yang dilakukan Kepler terhadap bentangan langit tempat planet ini berada.
Tim kemudian bekerja dengan Iain McDonald, astronom lain di Universitas Manchester yang mengembangkan algoritma pencarian baru. Bersama-sama, mereka mampu mengungkapkan lima kandidat dalam data, dengan satu yang paling jelas menunjukkan tanda-tanda sebuah planet ekstrasurya. Pengamatan berbasis darat lainnya dari bentangan langit yang sama menguatkan sinyal yang sama yang dilihat Kepler tentang kemungkinan adanya planet ekstrasurya.
Tidak dirancang untuk misi ini
Selain kegembiraan menemukan sebuah planet ekstrasurya dengan instrumen yang bahkan tidak lagi digunakan, pekerjaan tim ini penting karena Kepler tidak dirancang untuk menemukan planet ekstrasurya menggunakan fenomena ini. Kamera NASA yang Sudah Dinonaktifkan Menemukan Kembaran Planet Jupiter
JAKARTA-Sebuah tim astrofisikawan internasional yang menggunakan teleskop luar angkasa Kepler NASA, yang berhenti beroperasi pada 2018, telah menemukan sebuah planet ekstrasurya yang mirip dengan Jupiter. Objek ini terletak 17.000 tahun cahaya dari Bumi hingga menjadikannya planet ekstrasurya terjauh yang pernah ditemukan oleh Kepler.
- Rekrutmen Pertamina 2022 Resmi Dibuka, Simak Formasi dan Cara Daftarnya
- Jalan Tol Binjai-Langsa Seksi 1 Mulai Diberlakukan Tarif, Cek Rinciannya!
- Sidomuncul (SIDO) Bakal Bagikan Dividen Rp1,1 Triliun April Mendatang
Planet ekstrasurya yang secara resmi ditunjuk K2-2016-BLG-0005Lb, terlihat dalam data yang ditangkap oleh Kepler pada 2016. Sepanjang masa hidupnya, Kepler mengamati lebih dari 2.700 planet yang sekarang dikonfirmasi.
"Kepler juga dapat mengamati tanpa gangguan cuaca atau siang hari, memungkinkan kami untuk menentukan secara tepat massa planet ekstrasurya dan jarak orbitnya dari bintang induknya," kata Eamonn Kerins, astronom di University of Manchester di Inggris, dalam sebuah penyataan yang dikutip Live Science Selasa 5 April 2022.
"Ini pada dasarnya adalah kembaran identik Jupiter dalam hal massa dan posisinya dari matahari, yaitu sekitar 60% dari massa matahari kita sendiri,"
Tim yang dipimpin oleh David Specht, seorang mahasiswa Ph.D. di Universitas Manchester, memanfaatkan fenomena yang dikenal sebagai pelensaan mikro gravitasi untuk menemukan planet ekstrasurya. Dengan fenomena yang diprediksi oleh teori relativitas Einstein ini, objek di ruang angkasa dapat dilihat dan dipelajari lebih dekat ketika cahaya dari bintang latar dibelokkan dan dengan demikian diperbesar oleh gravitasi objek masif yang lebih dekat.
Dengan menggunakan cahaya yang dibelokkan dari bintang yang jauh untuk mendeteksi sebuah planet ekstrasurya, tim menggunakan pengamatan selama tiga bulan yang dilakukan Kepler terhadap bentangan langit tempat planet ini berada.
Tim kemudian bekerja dengan Iain McDonald, astronom lain di Universitas Manchester yang mengembangkan algoritma pencarian baru. Bersama-sama, mereka mampu mengungkapkan lima kandidat dalam data, dengan satu yang paling jelas menunjukkan tanda-tanda sebuah planet ekstrasurya. Pengamatan berbasis darat lainnya dari bentangan langit yang sama menguatkan sinyal yang sama yang dilihat Kepler tentang kemungkinan adanya planet ekstrasurya.
Selain kegembiraan menemukan sebuah planet ekstrasurya dengan instrumen yang bahkan tidak lagi digunakan, pekerjaan tim ini penting karena Kepler tidak dirancang untuk menemukan planet ekstrasurya menggunakan fenomena ini.