(kanan ke kiri) Direktur Investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. Devin Wirawan bersama Hubungan Investor PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. Ryan Sual dalam Paparan Publik Tahunan Saratoga 2023 di Jakarta, Senin 15 Mei 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Kantongi Dividen Rp114 Miliar pada Kuartal I-2024, Perusahaan Investasi milik Edwin Soeryadjaya Bakal Bagi Dividen?

  • Pada kuartal I-2024, perusahaan investasi yang sahamnya dikuasai oleh Edwin Soeryadjaya ini sudah mencatatkan pendapatan dividen sebesar Rp114,08 miliar

Korporasi

Ananda Astri Dianka

JAKARTA - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) terus memupuk arus kas (cashflow). Pada kuartal I-2024, perusahaan investasi yang sahamnya dikuasai oleh Edwin Soeryadjaya ini sudah mencatatkan pendapatan dividen sebesar Rp114,08 miliar. 

Pada periode sama tahun 2023, Saratoga hanya mengantongi dividen sebesar Rp5,83 miliar. Laporan keuangan Saratoga kuartal I 2024 yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia mengungkapkan, kinerja investasi Saratoga pada 3 bulan pertama 2024 ini membaik. 

Dalam laporannya Saratoga menyampaikan kerugian investasi di perusahaan blue chip turun menjadi Rp1,99 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp5,33 triliun. Rugi investasi pada saham-saham blue chip tersebut terjadi sebagai akibat dari penurunan harga saham dari perusahaan yang menjadi portofolio Saratoga. 

Untuk diketahui, saham blue chip adalah saham dari perusahaan-perusahaan yang memiliki reputasi yang kuat, jejak keuangan yang stabil, dan sejarah pertumbuhan yang konsisten. Jenis saham ini banyak diburu investor karena berasal dari perusahaan yang merupakan leader di industri sejenis yang memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

Sejumlah perusahaan yang menjadi portopolio utama Saratoga adalah PT Adaro Energi Indonesia Tbk (ADRO). PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX).

Saratoga juga berinvestasi di PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) melalui Bersama Digital Infrastructure Asia Pte Ltd, kemudian saham PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII) dan PT Nusa Cipta Raya Tbk (NRCA).

Akibat penurunan nilai investasi di perusahaan portopolio, Saratoga menutup kuartal I-2024 dengan rugi berjalan sebesar Rp2,57 triliun, menurun dibandingkan tahun sebelumnya senilai Rp4,39 triliun.

Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan sebagai perusahaan investasi sumber utama keuntungan Saratoga berasal dari pendapatan dividen, divestasi portofolio dan kenaikan nilai saham dari portofolio investasinya. Namun kenaikan nilai saham hanya dicatatkan dalam pos investasi di neraca, dimana selisihnya dicatat sebagai laba masih belum terealisasi (unrealized).

Demikian sebaliknya jika terjadi penurunan terhadap nilai saham, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian investasi dan nilainya pun masih berupa unrealized.

Faktor inilah yang membuat kinerja perusahaan investasi seringkali mengalami fluktuasi. Berbeda halnya jika perusahaan melakukan divestasi atau penjualan terhadap portofolionya, sehingga keuntungannya bisa masuk ke kas perusahaan.

“Kinerja Saratoga tidak hanya bisa dilihat dari aspek bottom line, laba atau rugi bersih. Karena fluktuasi harga saham portofolio akan mempengaruhi nilai investasi sehingga berdampak terhadap perhitungan laba. Jadi yang harus dilihat cashflow dan pertumbuhan asetnya, itu yang menjadi acuan menilai perusahaan investasi," ujar Alfred beberapa waktu lalu.

Itu sebabnya, dalam kondisi bottom line negatif, tahun ini Saratoga tetap berpotensi untuk membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Pasalnya perusahaan memiliki cashflow yang kuat dari penerimaan dividen dan penjualan portofolionya.

Dalam penjelasannya, Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan mengatakan bahwa selama tahun 2023 Saratoga memiliki arus kas dividen dan divestasi hingga sebesar Rp3,9 triliun. Keberhasilan itu membuktikan efektifitas strategi investasi Saratoga.

Selain mendorong peningkatan dividen di tengah kondisi pasar yang dinamis, lanjut Devin, Saratoga juga berhasil melakukan divestasi dan monetisasi terhadap portofolio yang sudah matang dan menghasilkan return maksimal bagi perusahaan.

“Kami bersyukur pada tahun 2023 Saratoga mampu mencapai rekor pendapatan dividen tertinggi dari perusahaan portofolio, sehingga menjadikan likuiditas perusahaan sangat kuat. Dengan dana kas tersebut, kami mempunyai kapasitas yang luas untuk melakukan berbagai inisiatif strategi investasi, baik di tahun 2023 maupun pada tahun tahun yang akan datang,” kata Devin melalui keterangan resmi di Jakarta, Senin, 18 Maret 2024.

Pada tahun 2023 Saratoga membagikan dividen sebesar Rp 1 triliun atau Rp75 per saham. Nilai dividen tersebut merupakan yang terbesar sejak perusahaan ini melalukan IPO di BEJ tahun 2014 silam. Jumlah dividen tersebut naik dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 810 miliar dengan dividen Rp60 per saham.