Kapal Induk China Mulai Uji Sistem Ketapel
- Fujian akan menjadi kapal induk pertama di Angkatan Laut China yang meluncurkan pesawat dengan sistem ketapel
Tekno
BEIJING-Pengujian catapult atau ketapel pada kapal induk China Fujian telah dimulai. Ini merupakan langkah maju yang penting dalam pembangunan kapal tersebut.
Fujian akan menjadi kapal induk pertama di Angkatan Laut China yang meluncurkan pesawat dengan sistem ketapel. Bukan dengan sky jump. Video dan gambar muncul menunjukkan truk uji ketapel berwarna merah di dek Fujian.
Fujian juga dikenal sebagai Tipe 003, diluncurkan pada Juni 2022. Dan sekarang sedang dalam tahap akhir pemasangan di galangan kapal Changxing Jiangnan di Shanghai.
Truk berbobot seperti yang terlihat di dek Fujian biasanya digunakan oleh pembuat kapal dan angkatan laut di negara lain termasuk Angkatan Laut Amerika. Truk ini digunakan untuk menguji ketapel pada kapal induk. Entah itu sebagai bagian dari konstruksi atau setelah pemeliharaan. Mereka menawarkan cara untuk memastikan ketapel berfungsi sebagaimana mestinya.
Fujian yang dikembangkan di dalam negeri adalah kapal induk pertama China yang menampilkan konfigurasi take off menggunakan catapult dan pendaratan penangkapan (CATOBAR). Angkatan Laut China memiliki dua kapal induk yang sudah beroperasi. Tipe 001 Liaoning dan Tipe 002 Shandong. Namun keduanya merupakan tipe lepas landas pendek dengan pemulihan ditangkap (STOBAR). Di mana pesawat diluncurkan dengan bantuan sky jump.
- Indonesia Berpeluang Besar Jadi Produsen Baterai Kendaraan Listrik
- Digunakan 1,59 Miliar Kali, Nilai Transaksi QRIS Tembus Rp24,97 Triliun
- Jatim Memiliki 62 Jenis Potensi Komoditas Hutan
Video yang menunjukkan percikan dari truk uji dari dek Fujian juga tidak menunjukkan sisa embusan uap. Hal ini menyoroti penggunaan sistem peluncuran pesawat elektromagnetik (EMALS) oleh kapal induk itu. Bukan ketapel bertenaga uap tradisional.
EMALS saat ini hanya ditemukan secara operasional pada kapal induk Angkatan Laut Amerika USS Gerald R. Ford. Dan terbukti sulit untuk dikuasai. Meski demikian EMALS memberikan sejumlah keunggulan dibandingkan ketapel uap. Sistem elekgromagnetik menjanjikan peningkatan laju pembangkitan serangan. Ini karena waktu penyetelan ulang yang lebih rendah dan tuntutan mekanis yang lebih sedikit.
Selain itu, EMALS menawarkan kemampuan untuk menyesuaikan dengan lebih baik jumlah gaya yang diberikan pada pesawat saat peluncuran. Hal ini membantu mengurangi keausan pada masing-masing pesawat. Dan juga memperluas jangkauan jenis yang dapat diluncurkan dengan aman. Terutama pada spektrum yang lebih kecil dan ringan. Hal ini bisa sangat menguntungkan dalam hal penambahan drone dengan berbagai ukuran ke sayap udara Fujian. Sesuatu yang jelas ingin dilakukan oleh Angkatan Laut China di masa depan.
Sistem ketapel jenis apa pun juga akan memungkinkan peluncuran pesawat dengan bobot yang jauh lebih tinggi daripada yang mungkin dilakukan dengan ski jump.
Angkatan Laut China sebelumnya telah bereksperimen dengan sistem ketapel uap dan EMALS di lokasi uji coba darat.. Citra satelit menunjukkan pengujian ketapel kapal induk di darat dilakukan di sebuah lokasi di Shanghai. Pengujian dilakukan pada 2008-2009.
Komposisi pasti dari sayap udara kapal induk Fujian masih harus dilihat. Namun Angkatan Laut China telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan kesiapannya ketika kapal tersebut memasuki layanan. Versi J-15 berkemampuan ketapel yang dikenal sebagai J-15T, sudah ada. J-15 dasar, yang berasal dari Su-33 Flanker-D sudah beroperasi di China. Pesawat terbang dari Liaoning dan Shandong.
Turunan angkatan laut dari pesawat tempur siluman J-35 yang dirancang untuk diluncurkan melalui ketapel juga sedang dalam pengembangan. Jet-jet ini diharapkan menjadi komponen kunci sayap udara Fujian. Sekaligus memberikan kapal induk peningkatan kemampuan besar dibandingkan kapal induk China yang sudah ada.
J-35 angkatan laut merupakan evolusi dari desain yang dikenal sebagai FC-31. Jet yang pertama kali muncul pada awal tahun 2010-an. Bukti ketertarikan Angkatan Laut China terhadap desain tersebut terus meningkat. Termasuk citra satelit yang menunjukkan sepasang J-35 di Huangdicun pada November 2021.
Pesawat peringatan dini dan kontrol KJ-600 yang masih dalam pengembangan tampaknya akan beroperasi dari Fujian setelah. Pesawat ini mirip dengan E-2 Hawkeye milik Amerika. KJ-600 juga mewakili satu langkah maju yang besar bagi Angkatan Laut China. Ini karena pesawat tersebut akan memberikan kemampuan pengawasan udara dan manajemen pertempuran udara yang penting. Sesuatu yang saat ini tidak dimiliki oleh kelompok tempur kapal induk China lainnya. Berbagai tingkatan drone, pada akhirnya diyakni juga akan bergabung dengan sayap udara Fujian.
Kekuatan China
Ketika Fujian mulai beroperasi, Angkatan Laut China akan menjadi operator kapal induk sayap tetap terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Rusia hanya memiliki satu kapal induk, yaitu Admiral Kuznetsov. Kapal yang sudah lama absen dan rawan kecelakaan. Prancis juga memiliki satu kapal, Charles de Gaulle. Sedangkan Angkatan Laut Inggris memiliki HMS Queen Elizabeth dan HMS Prince of Wales.
Angkatan Laut China juga akan menjadi salah satu dari tiga angkatan laut di seluruh dunia yang saat ini mengoperasikan jenis CATOBAR. Dua lainnya adalah milik Amerika Serikat dan Perancis.
Angkatan Laut India akan mendapatkan kapal induk CATOBAR pada tahun 2030an. Dan Inggris telah mempertimbangkan kemungkinan untuk menambahkan kemampuan peluncuran ketapel pada kapal induk kelas Queen Elizabeth.