<p>Ilustrasi suku bunga acuan dan kurs rupiah. / Pixabay</p>
Industri

Kapan Tren Kenaikan Suku Bunga Akan Mencapai Puncaknya? Begini Pendapat Analis

  • Apabila resesi memang benar-benar menghantam perekonomian global dalam skala yang besar, Albert memperkirakan pasar keuangan membutuhkan waktu sekitar dua kuartal untuk berkonsolidasi.

Industri

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Chief Investment Officer PT UOB Asset Management Albert Zebadiah Budiman mengemukakan pendapatnya terkait perkiraan tren kenaikan suku bunga akan mencapai puncaknya.

Hal itu diungkapkan oleh Albert dalam ajang diskusi bertajuk "Resesi 2023: Apakah Perlu Khawatir?" yang merupakan bagian dari rangkaian acara UOB Indonesia Wealth Fair 2022 yang diselenggarakan di Gandaria City, Jakarta, Kamis, 24 November 2022.

Albert mengatakan, situasi resesi yang diikuti oleh tingkat inflasi yang tinggi sudah terjadi di beberapa negara, dan seperti yang dibunyikan dalam tajuk yang diangkat dalam diskusi, resesi ini diperkirakan akan menjadi semakin nyata pada tahun 2023.

Apabila resesi memang benar-benar menghantam perekonomian global dalam skala yang besar, Albert memperkirakan pasar keuangan membutuhkan waktu sekitar dua kuartal untuk berkonsolidasi.

Dengan demikian, Albert pun memperkirakan tren kenaikan suku bunga dari berbagai bank sentral akan mencapai puncaknya sekitar akhir semester I tahun depan.

"Kemungkinan kenaikan suku bunga ini akan mencapai puncaknya di akhir semester I tahun depan," ujar Albert.

Albert menambahkan, saat suku bunga masih melaju di tren yang terus menanjak naik, kinerja obligasi cenderung terbatas, dan pasar uang menjadi salah satu instrumen yang lebih stabil.

Namun, saat tren kenaikan suku bunga mencapai puncaknya, instrumen obligasi pun pada umumnya akan mulai kembali menguat.

"Makanya, Reksa Dana Pendapatan Tetap juga bisa jadi positif," kata Albert.

Walaupun dirinya memprediksi kenaikan suku bunga akan menyentuh klimaks pada akhir paruh awal tahun 2023, namun Albert juga mengatakan pada akhirnya tidak ada prediksi yang benar-benar pasti.

Ibarat cuaca, kondisi perekonomian di masa depan pun tidak bisa diprediksi dengan pasti. Tidak pernah ada yang benar-benar tahu akan ada peristiwa ke depan yang pada gilirannya bisa berdampak kepada pasar keuangan.

"Sama seperti cuaca, tidak ada yang pernah tahu apakah nanti akan hujan atau cerah," papar Albert.