Gedung Bank Rakyat Indonesia (BRI) di kawasan Sudirman, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Korporasi

Kapitalisasi Pasar BRI Diprediksi Tembus Rp1.000 Triliun pada 2025, Ini Alasannya

  • Kapitalisasi pasar Bank BRI diyakini bisa tembus Rp1.000 triliun pada tahun 2025.

Korporasi

Yosi Winosa

JAKARTA - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo optimistis kapitalisasi pasar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) bisa mencapai Rp1.000 triliun pada 2025. Saat ini kapitalisasi pasar bank pelat merah tersebut mencapai Rp670 triliun.

Kartika mengatakan bisnis utama BRI yakni kredit untuk segmen usaha mikro kecil menengah (UMKM) termasuk pembiayaan ultra mikro (UMi) menjadi salah satu motor penggerak kapitalisasi pasar Bank BRI. Selain itu, penerapan environment, social, and corporate governance (ESG) juga bisa mendukung perseroan dalam mencapai target kapitalisasi pasar.

“Pangsa pasar UMKM di Indonesia yang begitu besar terus dioptimalisasi oleh BRI sebagai komitmen Memberi Makna Indonesia. Di samping itu, penerapan ESG di BRI juga sejalan dengan ekosistem keuangan berkelanjutan dan inklusivitas yang diusung dalam Presidensi G20 Indonesia pada tahun 2022,” kata dia dalam keterangan resmi seperti dikutip Rabu, 2 Maret 2022.

Data Kementerian Koperasi dan UKM pada 2019 menyatakan 99,99% atau 65,46 juta pelaku usaha di Indonesia merupakan UMKM. Multiplier effect UMKM pun sangat kuat, tercermin dari serapan tenaga kerja yang menembus 119,5 juta tenaga kerja atau setara 96,92% dari total tenaga kerja Indonesia.

Ditambahkan Tiko, pada tataran global, saat ini banyak investor yang melihat dan mempertimbangkan penerapan aspek ESG ketika berinvestasi. Oleh karena itu, pihaknya memastikan dalam berbagai program akan selalu menempatkan ESG sebagai salah satu key selling factor dan key operational factor.

“Kita sedang melakukan kajian di berbagai aspek operasi BRI, bagaimana ESG bisa diadopsi secara menyeluruh baik dari sisi kredit, operasional, maupun sosial. Saat ini kapitalisasi pasar BRI mencapai Rp670 triliun dan kita mempunyai target dalam beberapa tahun ke depan Insyaallah kapitalisasi pasar bisa mendekati Rp1.000 triliun,” tmabah Tiko.

Pembiayaan Ultra Mikro

Menurut Kartika, BRI memiliki potensi besar menjadi leading global bank dalam implementasi ESG, khususnya mengenai social empowerment. Kemampuan BRI dalam memberdayakan sektor UMKM dan Ultra Mikro praktis menjadi nuansa baru yang dipamerkan pada investor global.

Aspek social empowerment bisa ditonjolkan BRI berkat inisiatifnya memimpin Holding Ultra Mikro bersama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Pegadaian. Terkonsolidasinya PNM dan Pegadaian dipercaya Tiko mempunyai implikasi besar terhadap social empowerment di sektor ultra mikro.

Holding Ultra Mikro akan terus mempertegas komitmennya untuk melayani 30 juta pelaku usaha ultra mikro yang hingga kini belum tersentuh layanan keuangan formal. Target besar lebih lanjut, Holding Ultra Mikro diharapkan dapat menjadi Lembaga keuangan bagi seluruh pelaku usaha ultra mikro yang jumlahnya mencapai 45 juta.

Di sisi lain, langkah strategis tersebut bukan sekadar upaya bisnis, melainkan social empowerment dengan memperkuat ekosistem UMi yang diharapkan dapat menopang ekonomi nasional melalui pelaku ekonomi akar rumput yang lebih berdaya.

“Kami di Kementerian BUMN terus melakukan transformasi dan melakukan inovasi bisnis modal tentunya diharapkan ini bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Dan juga bisa memberikan nilai kepada stakeholders secara sustainable,” kata Tiko.

Penerapan ESG

Senada dengan Tiko, Analis emiten dari Ciptadana Sekuritas Asia Erni Marsella Siahaan pun mengatakan, penyaluran kredit atau pembiayaan segmen UMKM, khususnya mikro akan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan perseroan. 

Oleh karena itu, penerapan prinsip ESG dapat diperkuat dalam pembiayaan di segmen UMKM. Hal ini dinilai akan memperkuat ketertarikan investor untuk mengoleksi saham BBRI. Terlebih, penerapan prinsip ESG pada bisnis inti perseroan juga menjadi pendorong pertumbuhan kinerja.

Direktur Utama BRI Sunarso menambahkan, perseroan sudah mengambil ancang-ancang membentuk unit khusus yang fokus kepada pengelolaan prinsip-prinsip untuk menjaga keberlangsungan bisnis, lingkungan, dan kehidupan sosial tersebut.

Unit tersebut ditempatkan perseroan di bawah Direktur Kepatuhan. Sunarso pun menegaskan, soal penerapan prinsip ESG pihaknya masuk kategori first mover. Ke depan, BRI Group menatap optimistis penerapan ESG dan bakal menjadi first runner bank dengan implementasi ESG di Asia Tenggara.

Sebagai first mover on sustainable finance di Indonesia, Sunarso menyebutkan 65,5% dari total kredit BRI atau setara dengan Rp 617,8 triliun disalurkan kepada aktivitas bisnis yang berkelanjutan (sustainable business activities). Jumlah tersebut meningkat kurang lebih 12,2% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan 2020 yang sebesar Rp550,4 triliun. 

Penyaluran kredit ini didominasi dari segmen micro and SME atau UMKM yang mencapai sekitar Rp547 triliun pada 2021. Ke depan, perseroan akan terus fokus dan meningkatkan pembiayaan ke segmen UMKM hingga mencapai 85% pada 2025. Kredit BRI untuk segmen UMKM sendiri mencapai 83,86% dari total portofolio pembiayaan perseroan secara konsilidasian pada 2021.

“Dalam penerapan prinsip ESG ini BRI memiliki visi tidak hanya yang memulai tapi juga yang terdepan menjadi bank yang paling concern dalam mengimplementasikannya di Indonesia. Berikutnya lagi kami ingin yang terdepan di Asia Pasifik, atau setidaknya di Asia Tenggara,” kata Sunarso.