Tekno

Kapuk Jawa Pernah Penuhi 85 Persen Kebutuhan Kasur Dunia

  • Bagi orang Indonesia, terutama yang tinggal di Pulau Jawa pohon Kapuk atau Randu bukan tanaman yang asing. Yang paling banyak digunakan dari pohon ini adalah bagian isinya yang disebut kapuk dan pada masa lalu menjadi bahan utama untuk membuat kasur atau bantal.
Tekno
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA-Bagi orang Indonesia, terutama yang tinggal di Pulau Jawa pohon Kapuk atau Randu bukan tanaman yang asing. Yang paling banyak digunakan dari pohon ini adalah bagian isinya yang disebut kapuk dan pada masa lalu menjadi bahan utama untuk membuat kasur atau bantal.

Pohon ini juga sering dijadikan pertanda bergesernya musim. Jika pohon randu mulai berbunga, maka itu pertanda akan hadirnya musim penghujan, jika kulit buah itu mulai pecah dan jatuh ke tanah, maka itu pertanda musim kemarau segera tiba. 

Pohon Kapuk atau Randu merupakan pohon tropis yang tergolong ordo Malvales dan famili Malvaceae berasal dari bagian utara dari Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Karibia. Pohon ini dibawa penjajah Belanda ke Jawa kemudian dibudidayakan di Jawa, ajaibnya, Kapuk yang ditanam di Jawa kualitasnya lebih unggul ketimbang Kapuk di tempat asalnya. 

Pemerintah kolonial Belanda yang pintar dalam memainkan peluang bisnis, dari mulai tahun 1900-an gencar melakukan budidaya pohon Randu di Jawa, diantara wilayah yang dijadikan tempat budidaya pohon Randu adalah Kudus, Pati, Jepara dan beberapa kabuapaten Lain di Jawa Tengah. 

Dikutip dari Indonesia.go,id, pada tahun 1928 hingga 1937, pemerintah Kolonial sudah dapat menuai hasil dari budidaya Kapuk Jawa, sebab pada tahun-tahun tersebut Kapuk Jawa di ekspor ke berbagai negara, bahkan Kapuk Jawa memenuhi 85% kebutuhan dunia. 

Kejayaan ekspor kapuk Jawa terbentur dengan meletunya perang Dunia II. Ketika Jepang masuk ke Indonesia, khususnya pulau Jawa, pohon Kapuk yang sudah dibudidayakan diabaikan oleh pemerintah kolonial Jepang, zaman ini ekspor Kapuk Jawa menurun. 

Selepas kekalahan Jepang oleh sekutu dan berdirinya negara Indonesia, kapuk Jawa sempat meningkat lagi pamornya, namun seiring ditemukannya busa dan pegas sebagai bahan bantal dan kasur, Kapuk Jawa berangsur-angsur menurun pamornya. 

Jika 1990 produksi Kapuk di Jawa bisa mencapai 80,000 ton dengan nilai Ekspor 28,000 ton per tahun, maka pada tahun 2012 ekspor kapuk Jawa betul betul anjlok, hanya 1500 ton saja pertahun. Sejak saat itu kejayaan Kapuk Jawa betul-betul hilang, pohon randu yang dahulu banyak dibudidayakan ditebnagi, digantikan dengan pohon lain yang lebih tinggi nilai jualnya.