Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Jawa Barat
Korporasi

Karyawan Sepatu Bata (BATA) Tuntut Pesangon Usai Pabrik Purwakarta Tutup

  • PT Sepatu Bata Tbk (BATA) telah memutuskan untuk menutup pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat, setelah mengalami kerugian yang berkelanjutan. Keputusan ini diikuti dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - PT Sepatu Bata Tbk (BATA) telah memutuskan untuk menutup pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat, setelah mengalami kerugian yang berkelanjutan. Keputusan ini diikuti dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan. 

Kini, para mantan karyawan emiten bersandikan BATA berupaya untuk memperoleh pesangon yang pantas atas PHK tersebut. Bahkan, para mantan pekerja telah mengajukan permohonan untuk mendapatkan pesangon yang sesuai melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). 

Berdasarkan video yang beredar, para mantan karyawan BATA menegaskan harapannya untuk mendapatkan pesangon sesuai ketentuan yang berlaku. Manajemen mengklaim penutupan pabrik BATA disebabkan oleh kerugian yang dialami perusahaan selama dua tahun terakhir.

Ketua Pimpinan Unit Kerja (PUK) SPSI Sepatu Bata Purwakarta, Atang menyampaikan, setidaknya ada 233 karyawan telah kehilangan pekerjaan, ditandai berkas PHK yang diterima baru-baru ini. 

Harapan terakhir, kata Atang, adalah pesangon dibayar penuh sesuai ketentuan yang berlaku. “Mudah-mudahan dari PT Sepatu Bata, manager, atau HRD-nya bisa membuka membuka hati untuk supaya bisa lebih dari yang ditentukan oleh perusahaan,” kata Atang dikutip pada Selasa, 7 Mei 2024. 

Atang bilang, segala upaya dilakukan para mantan pekerja untuk mendapatkan hak, termasuk melakukan aksi jika diperlukan. Namun demikian, pihaknya juga berharap mediasi dan pendekatan semacamnya bisa diambil untuk meredam situasi yang tidak diinginkan.

“Inilah prosedur yang dilakukan oleh pengusaha ini sudah sesuai prosedur, di mana waktu itu kita menginginkan dan kita mengharapkan untuk perundingan dulu tapi ditolak oleh perusahaan. 

Dengan menginginkan perusahaan untuk langsung bertemu dengan karyawan dan pada waktu itu bukan perundingan yang diadakan, tapi pemberitahuan langsung secara dadakan bahwa tanggal hari itu juga bata ditutup tidak ada produksi,” jelas Atang.

Sementara itu, salah seorang mantan karyawan BATA yang tidak ingin disebutkan namanya mengaku sedih operasional pabrik BATA mesti ditutup. Lantaran saat ini, ia yang juga seorang ibu tidak tau lagi dimana lagi harus mencari nafkah untuk anak-anaknya.

“Saya bekerja lebih dari dua puluh tahun, apalagi saya sebagai tulang punggung bagi anak anak yang masih sekolah, ya harapan kedepannya supaya dapat lagi pekerjaan, saya berharap pesangon mendapat yang terbaik,” kata seorang pekerja tersebut.

Alasan Tutup Pabrik

Berdasarkan publikasi keterbukaan informasi pada Jumat, 3 Mei 2024, manajemen BATA mengumumkan menghentikan aktivitas pabrik perseroan yang berada di Purwakarta, Jawa Barat yang diputuskan direksi pada 30 April 2024.

Sekretaris Perusahaan BATA Hatta Tutuko mengatakan seiring memutuskan menghentikan aktivitas pabrik di Purwakarta. Perseroan telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi COVID-19 dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat. 

“Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta, karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di Pabrik Purwakarta terus menurun,” kata Hatta Tutoko pada Jumat, 3 Mei 2024. 

Hatta mengatakan, keputusan ini merupakan hal terbaik yang dapat diambil berdasarkan evaluasi menyeluruh dan kesepakatan pihak-pihak terkait, dan bertujuan mengefektifkan operasional Perseroan. “Perseroan berkomitmen untuk memastikan kelancaran transisi bagi seluruh karyawan dan mitra kami yang terkena dampak perubahan ini,” jelas Hatta.

Kinerja BATA Pasca Pandemi

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2023, BATA mencatatkan rugi tahun berjalan senilai Rp190,29 miliar yang diatribusikan ke entitas induk. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 79,65% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp105,92 miliar pada tahun 2022.

Hal tersebut diakibatkan oleh penjualan neto BATA sepanjang 2023 yang mengalami penurunan 5,26% secara tahunan menjadi Rp609,61. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, penjualan neto perseroan berada di level Rp643,45 miliar.

Tren penurunan laba BATA telah terjadi selama empat tahun terakhir. Pada tahun buku 2020, saat dimulainya masa karantina Covid-19, BATA mencatatkan kerugian sebesar Rp177,76 miliar. Angka ini menurun drastis dari laba sebelumnya yang mencapai Rp23,44 miliar.

Sebetulnya, pada tahun buku 2021, rugi bersih sepatu Bata sempat mengalami perbaikan menjadi Rp51,2 miliar. Akan tetapi, pada tahun buku 2022, kerugian BATA kembali naik menjadi Rp105,91 miliar.

Dari lantai bursa, saham BATA pada perdagangan hari ini pukul 15:24 WIB terpantau minus 8,54% ke level Rp75 per saham. Sementara itu, mengacu data perdagangan lima hari terakhir nilai sahamnya telah menguap 21,88%.