Warga melintas di dekat ornamen pohon Natal yang dipajang di pedestrian Bundaran HI, Jakarta, Sabtu, 25 Desember 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Nasional

Kasus COVID-19 Melandai, BPS: Aktivitas Ekonomi Belum Pulih

  • Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa aktivitas ekonomi secara keseluruhan belum mengalami pemulihan ke jalur normal hingga Desember 2021.
Nasional
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa aktivitas ekonomi secara keseluruhan belum mengalami pemulihan ke jalur normal hingga Desember 2021. Padahal kasus COVID-19 telah melandai hingga berada di bawah 200 kasus per hari.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan hal itu terlihat dari grafik mobilitas masyarakat yang terekam belum mengalami perbaikan signifikan di beberapa sektor. Data mobilitas tersebut diambil dari Google Mobility.

Ada dua sektor yang masih berada di bawah baseline pemulihan aktivitas yaitu mobilitas masyarakat di tempat transit dan tempat kerja.

Hingga Desember 2021, mobilitas di tempat transit masih minus 10,56%, menyusut tipis dari bulan November sebesar minus 11%.

Sementara itu, mobilitas di tempat kerja juga masih minus 7,78%, kembali meningkat dari November yang sudah minus 4,5%.

"Secara umum mobilitas semakin bagus, di tempat perdagangan ritel dan rekreasi, tempat belanja dan di taman, sementara di tempat kerja ada perbaikan tapi kondisinya belum kembali pada kondisi normal," kata Margo dalam konferensi pers, Senin, 3 Januari 2022.

Dia menjelaskan, untuk aktivitas di tempat perdagangan ritel dan rekreasi telah mengalami pemulihan dimana tercatat meningkat menjadi 9,22% dari sebelumnya 5,2%.

Kemudian, aktivitas di tempat belanja kebutuhan sehari-hari juga mengalami kenaikan menjadi 27,96% dari sebelumnya 24%.

Peningkatan mobilitas masyarakat juga terjadi di taman yang tercatat sebesar 6,26% dari sebelumnya (November) hanya 0,2%.

"Kalau melihat data dari Google Mobility memperlihatkan bahwa untuk aktivitas di rumah mengalami penurunan yang menunjukkan berarti berbagai aktivitas di tempat lainnya mengalami peningkatan," papar Margo.

Margo menandaskan bahwa data mobilitas masyarakat menjadi salah indikator pemulihan ekonomi. Hal itu kemudian berpengaruh kepada peningkatan daya beli masyarakat yang berdampak terhadap tingkat inflasi.

Pada Desember 2021, BPS mencatat terjadi inflasi sebesar 0,57%. Inflasi ini meningkat jika dibandingkan November sebesar 0,37% dan menjadi yang tertinggi dalam dua tahun terakhir. Inflasi terjadi karena kenaikan harga pangan seperti minyak goreng, telur ayam ras dan cabai di beberapa kota di Indonesia.

"Komoditas yang dominan memberikan inflasi adalah cabai rawit memberikan andil (0,11 persen) kemudian diikuti minyak goreng (0,08 persen) dan telur ayam ras (0,05 persen)," terang Margo.

Margo menerangkan berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok makanan, minuman dan tembakau memberikan andil terbesar terhadap inflasi Desember 2021. Tercatat, inflasi dari kelompok ini mencapai 0,41%.

"Komoditas yang dominan memberikan inflasi adalah cabai rawit memberikan andil (0,11%) kemudian diikuti minyak goreng (0,08%) dan telur ayam ras (0,05%)," paparnya.

Sementara itu, komponen transportasi mengalami inflasi sebesar 0,07%. Ini karena kenaikan tarif angkutan selama akhir tahun dengan andil sebesar 0,06%.

Margo menambahkan berdasarkan komponen, inflasi terbesar disumbang oleh komponen harga bergejolak (0,38%), kemudian diikuti komponen inti (0,11%) dan komponen harga yang diatur pemerintah (0,08%).

Sementara menurut komponen khusus, inflasi terbesar masih disumbang oleh komponen bahan makanan (0,39%) akibat kenaikan harga minyak goreng, cabai dan telur ayam ras, kemudian komponen lainnya (0,18%) dan komponen energi (0,00%).

"Untuk kelompok inflasi inti ini menggambarkan kenaikan daya beli masyarakat yang menunjukkan sinyal ekonomi juga membaik," terang Margo.