Nampak petugas sedang mengambil sampel tes PCR acak untuk sejumlah pedagang di pasar anyar Kota Tangerang, Rabu 5 Januari 2022. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Gaya Hidup

Kasus COVID-19 Melonjak, Ketahui Fakta Ilmiah Terkini Tentang Varian Omicron

  • Kasus positif COVID-19 di Indonesia semakin melonjak. Simak fakta ilmia terkini terkait varian Omicron.

Gaya Hidup

Justina Nur Landhiani

JAKARTA - Kasus positif COVID-19 di Indonesia semakin melonjak. Seperti yang dilansir dari situs resmi Kemenkes, per 3 Februari 2022 ada 27.197 kasus positif COVID-19, 5.993 pasien sembuh, dan 38 orang meninggal dunia. 

Seiring dengan terus terjadinya kenaikan kasus COVID-19, dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid selaku juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan seperti yang dilansir pada laman Sehat Negeriku menyampaikan bahwa memang benar terjadi kenaikan positivity rate dalam seminggu terakhir. 

“Positivity rate mingguan kita ada kenaikan sebesar 3,65%. Hal ini selain seiring dengan kenaikan kasus konfirmasi, tapi juga sejalan dengan ditingkatkannya angka testing dan tracing,” ujar dr. Nadia seperti yang dilansir dari laman Sehat Negeriku pada 4 Februari 2022.

Menurut dr. Nadia, peningkatan kuota testing dan tracing ini merupakan bentuk dari upaya deteksi dini dalam mencegah perluasan penularan serta mencegah munculnya klaster penyebaran yang baru. Selain itu, kebijakan ini juga merupakan usaha untuk mendeteksi lebih awal gejala COVID-19 yang diderita oleh setiap individu. 

Hal ini juga penting untuk mencegah terjadinya keterlambatan penanganan kasus mengingat varian Omicron yang memiliki persebaran lebih cepat namun cenderung tidak bergejala.

Anda juga perlu mengetahui beberapa fakta ilmiah terkini mengenai varian terbaru COVID-19, Omicron seperti berikut ini.

Fakta Ilmiah Terkini Terkait Varian Omicron

  1. Omicron menyebabkan kenaikan kasus yang lebih tinggi dibandingkan varian Delta karena lebih mudah menular.
  2. Masa inkubasi atau munculnya gejala sejak pertama kali terpapar virus cenderung lebih cepat daripada varian lain.
  3. Gejala pada varian Omicron tidak spesifik, namun disinyalir lebih ringan.
  4. Angka rawat inap di rumah sakit lebih rendah daripada varian Delta.
  5. Dapat menular pada orang yang sudah pernah terinfeksi sebelumnya.
  6. Masih dapat terdeteksi dengan RT-PCR maupun rapid antigen.
  7. Vaksin masih banyak  berperan dalam mencegah keparahan gejala dan kematian, namun berkurang efektivitasnya.
  8. Obat yang dipakai untuk varian sebelumnya masih efektif digunakan untuk Omicron.

Dengan berbagai fakta baru ini, maka sebaiknya masyarakat tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan dan segerakan vaksinasi tetap jadi upaya utama untuk menghentikan penyebaran Omicron.