Ilustrasi greenwashing.
Dunia

Kasus Greenwashing Perusahaan Keuangan Global Naik 70 Persen

  • Sebagian besar kasus greenwashing yang terjadi setahun belakangan terkait dengan klaim tentang bahan bakar fosil.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Jumlah kasus greenwashing yang dilakukan bank dan perusahaan jasa keuangan di seluruh dunia meningkat 70% dalam 12 bulan terakhir. Institusi keuangan di Eropa menjadi yang paling banyak melakukan greenwashing. 

Temuan tersebut dibeberkan firma data Environmental, social and governance (ESG) RepRisk dalam laporannya, Selasa 3 Oktober 2023. Greenwashing merupakan strategi untuk memberikan citra ramah lingkungan, baik dari segi produk, nilai, atau tujuan perusahaan tanpa benar-benar melakukan kegiatan yang berdampak bagi kelestarian alam.

Dilansir dari Reuters, Selasa, 3 Oktober 2023, sebagian besar kasus greenwashing yang terjadi setahun belakangan terkait dengan klaim tentang bahan bakar fosil. RepRisk mencatat ada148 kasus greenwashing dari industri perbankan dan jasa keuangan secara global dalam 12 bulan hingga akhir September 2023. 

Angka itu naik dari 86 kasus dibanding 12 bulan sebelumnya. Dari 148 kasus tersebut, sebanyak 106 kasus dilakukan oleh institusi keuangan di Eropa. Greenwashing melibatkan organisasi yang membuat klaim terkait keberlanjutan yang menyesatkan kepada investor atau konsumen, biasanya untuk meningkatkan reputasi dan laba.

“Lebih dari 50% dari insiden risiko greenwashing khusus iklim ini entah menyebutkan bahan bakar fosil atau mengaitkan institusi keuangan dengan perusahaan minyak dan gas. Kejadian-kejadian ini tidak terjadi secara terpisah, dan regulator semakin menyadari besarnya masalah ini,” kata RepRisk.

Pada bulan Juni, pengawas Uni Eropa menyatakan bahwa bank, perusahaan asuransi, dan perusahaan investasi di seluruh wilayah tersebut telah membuat klaim yang menyesatkan tentang kredensial keberlanjutan mereka kepada investor.

Industri perbankan dan jasa keuangan hanya berada di bawah industri minyak dan gas dalam hal jumlah kasus greenwashing, menurut RepRisk. Firma data tersebut menemukan bahwa greenwashing secara umum mengalami peningkatan.

Social Washing

Satu dari empat insiden risiko ESG terkait iklim terkait dengan greenwashing, meningkat dari satu dari lima tahun lalu. Ada pula temuan bahwa satu dari tiga perusahaan yang terlibat dalam greenwashing juga terlibat dalam apa yang disebut sebagai “social washing.”

RepRisk mendefinisikan social washing sebagai tindakan perusahaan yang mempresentasikan diri dengan positif dengan menyembunyikan masalah sosial yang mendasar, seperti pelanggaran hak asasi manusia dan keterlibatan korporasi, atau dampak pada masyarakat—untuk melindungi reputasi dan kinerja keuangan mereka.

“Komunikasi yang menyesatkan seputar topik lingkungan dan sosial tidak hanya menghambat kemajuan menuju tujuan bersama, tetapi juga merusak kepercayaan konsumen dan investor,” tulis RepRisk dalam laporan terbaru.