Kasus Pertama, Seorang Wanita Meninggal Terkait Serangan Siber
DUSSELDORF-Serangan ransomware yang tampaknya salah arah menyasar sebuah rumah sakit besar di Dusseldorf, Jerman, awal pekan ini. Serangan mengakibatkan kegagalan teknologi informasi (TI) yang meluas dan memaksa petugas medis untuk mengarahkan pasien darurat ke fasilitas lain, termasuk seorang wanita yang kematiannya mungkin terkait langsung dengan serangan cyber seperti itu. Associated Press melaporkan, pihak berwenang Jerman […]
Nasional & Dunia
DUSSELDORF-Serangan ransomware yang tampaknya salah arah menyasar sebuah rumah sakit besar di Dusseldorf, Jerman, awal pekan ini. Serangan mengakibatkan kegagalan teknologi informasi (TI) yang meluas dan memaksa petugas medis untuk mengarahkan pasien darurat ke fasilitas lain, termasuk seorang wanita yang kematiannya mungkin terkait langsung dengan serangan cyber seperti itu.
Associated Press melaporkan, pihak berwenang Jerman mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan kontak dengan peretas anonim yang melakukan serangan siber ransomware yang secara tidak sengaja telah melumpuhkan sistem TI dari Klinik Universitas Dusseldorf sejak minggu sebelumnya.
Menurut laporan terbaru yang dikeluarkan oleh kementerian kehakiman negara bagian Rhine-Westphalia Utara Jumat 18 September 2020 sebanyak 30 server dienkripsi pada minggu sebelumnya,.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Meskipun catatan pemerasan ditemukan di salah satu server terenkripsi, serangan itu sebenarnya ditujukan ke Universitas Heinrich Heine, sekolah yang berafiliasi dengan, tetapi terpisah dari, rumah sakit. “Tidak ada permintaan tebusan yang konkret,” rumah sakit mengungkapkan.
Serangan dunia maya mengeksploitasi kerentanan yang ada dalam “perangkat lunak tambahan komersial yang banyak digunakan,” kata Klinik Universitas Dusseldorf.
Personel rumah sakit menemukan diri mereka tidak dapat mengakses data yang diperlukan setelah peretasan, memaksa mereka untuk menghentikan operasi di klinik dan mengarahkan pasien darurat ke fasilitas medis Wuppertal, sekitar 34 kilometer (21 mil) jauhnya.
Seorang wanita yang tidak disebutkan namanya yang membutuhkan perawatan segera tiba di Klinik Universitas Dusseldorf pada 11 September. Jaksa Jerman menyatakan bahwa para dokter di Wuppertal tidak dapat menjenguknya selama satu jam, termasuk sekitar 30 menit berkendara ke fasilitas kedua. Dia meninggal sebelum menerima perawatan yang menyelamatkan nyawa.
Pakar keamanan dunia maya berpendapat bahwa kematian wanita itu bisa menjadi kematian pertama terkait ransomware.
Teleivisi Jerman RTL merinci bahwa pihak berwenang dapat menghubungi para peretas dan memberi tahu mereka tentang dampak serangan ransomware di rumah sakit. Penjahat dunia maya kemudian memberi polisi Dusseldorf kunci digital untuk mendekripsi server.
Peneliti keamanan siber dan privasi independen Lukasz Olejnik, salah satu penulis laporan Komite Internasional Palang Merah tahun 2019 berjudul “The Potential Human Cost of Cyber Operations,” memperingatkan pada Mei 2019 bahwa peningkatan ketergantungan rumah sakit pada sistem digital untuk operasi sehari-hari secara bersamaan meningkatkan “risiko [rumah sakit] berantakan setelah serangan dunia maya”.