5 Kebiasaan Orang yang Hebat dalam Menghemat Uang
Gaya Hidup

Kaya Atau Miskin? Tiga Kebiasaan Ini Bisa Tentukan Nasib Anda

  • Pola pikir dan kebiasaan rupanya menentukan nasib Anda di masa depan
Gaya Hidup
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

JAKARTA- Kaya atau miskinnya seseorang rupanya tak sekadar bawaan lahir. Sejumlah kebiasaan bisa saja membawa Anda berpindah nasib, dari miskin menjadi kaya atau sebaliknya.

Berdasarkan pengamatan, selain previllage, pola pikir dan kebiasaan rupanya menentukan nasib Anda di masa depan. Akankah Anda menjadi orang kaya yang sukses, atau menjadi miskin dan bangkrut.

Berikut adalah kebiasaan yang menentukan masa depan Anda untuk jadi kaya atau miskin.

1. Gaya hidup

Hal pertama yang berpengaruh dalam menantukan kaya miskinnya Anda di masa depan adalah gaya hidup. Biasanya, orang kaya justru terbiasa hidup sederhana. Hal ini telah mereka lakukan bahkan sebelum mereka mencapai kemerdekaan dan keamanan finansial.

Hasil dari penghasilan ataupun bisnis yang didapatkan tak habis untuk gaya hidup mewah. Mereka biasanya lebih banyak mengalokasikan untuk tabungan dan investasi.

Sedangkan orang miskin biasanya mengedepankan gaya hidup dibanding visi masa depan. Prinsipnya, senang-senang dahulu baru bersakit-sakit kemudian. 
Itulah sebabnya yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Karena orang kaya lebih melihat tujuan jangka panjang dibanding kesenangan sekarang.

2. Menghargai Waktu

Kebiasaan lain yang membedakan antara orang kaya dan miskin adalah dalam hal menghargai waktu. Orang kaya biasanya memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.

Contohnya, orang kaya akan mengguna internet untuk kegiatan bisnis. Selain itu, ornag kaya juga biasa menghabiskan waktu untuk menambah wawasan dengan membaca buku.

Hal ini berbeda dengan orang miskin yang lebih banyak menggunakan waktunya untuk aktivitas tidak produktif. Sebagai contoh, menyimak berbagai berita gosip, atau hiburan lain yang malah menurunkan produktivitasnya.

3. Gigih

Orang kaya biasanya kenyang dengan kegagalan. Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk tidak pantang menyerah meski gagal berulang kali, sampai tujuannya berhasil. 
Berbeda dengan orang miskin yang baru gagal beberapa kali sudah menghakimi diri sendiri kalau tujuannya gak akan berhasil.