Irlandia
Dunia

Kebanjiran Uang, Pemerintah Irlandia Bingung Membelanjakan

  • Irlandia kebanjiran uang tunai yang melimpah hingga pemerintahnya kebingungan dalam menentukan cara terbaik untuk memanfaatkannya.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA – Sebagian besar negara kebingungan untuk mendapatkan uang guna menjalankan program pembangunan. Tetapi tidak dengan dengan Irlandia.  Negara ini justru kebingungan bagaimana membelanjakan uangnya.

Di seluruh Eropa, kebijakan fiskal memicu tantangan tersendiri. Pemerintah Inggris dan Prancis sama-sama menaikkan tarif pajak secara tajam. Sementara itu, Jerman terkendala oleh batasan utang yang ditetapkan sendiri, sementara Italia mengalami pemborosan utang.

Dilansir dari The Economist, Irlandia menghadapi masalah yang berbeda. Pemerintah kebanjiran uang tunai yang melimpah hingga kebingungan dalam menentukan cara terbaik untuk memanfaatkannya. 

Negara tersebut mengalami surplus anggaran hampir €9 miliar (Rp153,7 triliun) dan pertumbuhan ekonomi yang lima kali lebih cepat dari perkiraan. Kondisi ini menempatkan Irlandia dalam situasi yang tidak biasa bagi negara maju.

Baru-baru ini, Pengadilan Eropa memutuskan, Apple harus membayar €13 miliar (Rp220,6 triliun) kepada otoritas pajak Irlandia, ditambah lebih dari €1 miliar (Rp17 triliun) bunga.

Jumlah ini setara dengan 4,8% dari pendapatan nasional tahunan Irlandia. Keputusan ini membuat banyak pemerintah lain yang kekurangan dana merasa bingung, terutama karena otoritas Irlandia justru mendukung Apple dalam perjuangannya melawan pengadilan Eropa, dengan alasan bahwa perusahaan tersebut tidak bersalah.

Ekonomi Irlandia menunjukkan kinerja yang sangat baik. Pendapatan nasional bruto diperkirakan akan meningkat sebesar 4,9% tahun ini dan 2,7% pada tahun depan, dengan tingkat pengangguran hanya 4,3%.

Inflasi di Irlandia telah turun di bawah 2%, sementara posisi fiskal pemerintah tetap sangat kuat. Negara ini mengalami surplus pada 2022-2023 dan diperkirakan akan surplus lagi tahun ini. Menteri-menteri Irlandia memprediksi surplus sebesar 7,5% dari produk nasional bruto tahun ini dan 2,9% pada 2025, meskip ada peningkatan pengeluaran dan pemotongan pajak.

Seorang ekonom terkemuka Irlandia David McWilliams menjelaskan, situasi ini merupakan hasil dari kebijakan yang diterapkan selama 20 hingga 30 tahun. “Ini menjadikan Irlandia sebagai daya tarik bagi perusahaan multinasional, terutama dari Amerika Serikat (AS)."

Dengan tarif pajak yang lebih rendah, banyak perusahaan besar seperti Apple, Google, dan Meta memilih Irlandia sebagai pusat operasi mereka di Eropa. Namun, kebijakan ini juga menciptakan ketergantungan pada beberapa perusahaan besar, yang mengakibatkan basis pajak Irlandia menjadi sempit.

Sejak tahun 1950-an, Irlandia telah menawarkan tarif pajak perusahaan yang kompetitif untuk menarik investasi asing. Meski tunjangan kesejahteraan dipangkas tajam dan pajak lainnya dinaikkan selama krisis euro pada awal 2010-an, tarif pajak perusahaan tetap 12,5%.

Strategi ini telah menuai hasil yang besar dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2015, penerimaan pajak perusahaan mencapai €7 miliar (Rp119,6 triliun), menjadi €24 miliar (Rp 410,1 triliun) pada tahun lalu. Diperkirakan, angka ini akan mencapai €30 miliar (Rp512,6 triliun) per tahun pada akhir dekade 2020-an. 

Namun, kenaikannya tidak terlalu besar, dengan tarif baru sebesar 15% untuk perusahaan besar yang mulai berlaku tahun ini. Ada juga ruang untuk memberikan insentif. Menjelang pemilihan umum yang akan diadakan awal tahun depan, anggaran baru-baru ini mencakup insentif.

Strategi Irlandia Hadapi Surplus Besar

Untuk mengatasi kerentanannya, Pemerintah Irlandia berencana mengelola “bonus” dari Apple dengan cara membentuk dana kekayaan negara. Pendekatan ini mirip dengan yang diterapkan Norwegia dalam mengelola pendapatan dari minyak Laut Utara.

Dua dana terpisah sedang dibentuk, dengan harapan nilai gabungannya dapat mencapai €100 miliar (Rp1.700 triliun) pada 2040. Di sisi lain, Pemerintah Irlandia juga memberikan insentif terkait pemilihan umum yang akan diadakan pada 2025.

Sementara sebagian besar kementerian keuangan Eropa mengurangi dukungan yang diberikan selama lonjakan harga energi pada 2021-2023, rumah tangga di Irlandia akan menerima kredit energi sebesar €250 pada musim dingin ini.

Tunjangan anak juga dihapus dan ambang batas pajak penghasilan dinaikkan. Investasi publik dalam infrastruktur meningkat sebesar €3 miliar. Tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan Irlandia adalah kurangnya kelonggaran dalam perekonomian.

Bank Sentral Eropa akan terus menurunkan suku bunga, merespons kondisi yang kurang baik di wilayah lain di Eropa. Pasar kerja Irlandia sangat ketat, dan para menteri di negara ini sudah dihadapkan pada tekanan untuk membelanjakan lebih banyak uang.

Para pembuat kebijakan Irlandia sadar basis pajaknya sempit dan juga berlimpah. Pada 2022, hanya 10 perusahaan yang menyumbang tiga perlima dari penerimaan pajak perusahaan. Selain itu, pajak perusahaan berkontribusi sebesar 27% dari total penerimaan tahun itu, lebih dari dua kali lipat rata-rata OECD.