Keberuntungan Memalukan, Fregat Jerman Tembak MQ-9 Amerika
- Di satu sisi ada keberuntungan karena Reaper Amerika selamat. Tetapi di sisi lain ini juga menunjukkan SM-2 tidak bekerja dengan baik.
Dunia
JAKARTA- Fregat kelas Sachsen Tipe 124 Angkatan Laut Jerman FGS Hessen secara salah menembak drone MQ-9 Reaper Amerika. Kejadian ini juga diwarnai keberuntungan yang memalukan.
Penembakan tersebut terjadi saat kapal beroperasi di Laut Merah. Hessen telah dikirim ke wilayah tersebut untuk menjaga jalur laut penting di tengah serangan Houthi yang belum berhenti.
Surat kabar Jerman Spiegel Rabu 28 Februari 2024 melaporkan insiden tersebut terjadi pada 26 Februari 2024 malam. Awak kapal mendeteksi drone tidak dikenal. Upaya untuk mengklarifikasi drone tersebut dengan pasukan Amerika tidak berhasil.
Dua pencegat Standard Missile 2 ( SM-2 ) kemudian ditembakkan ke sasaran. Beruntung itu tidak berhasil. Belakangan diketahui bahwa target drone tak dikenal yang dimaksud adalah MQ-9 Reaper AS yang tidak mengaktifkan transponder untuk identifikasi teman-musuh.
- Berambisi Kalahkan Pesawat, Kereta Maglev China Cetak Rekor Kecepatan 623 Km/Jam
- IHSG Sesi I Datar, Saham MBMA hingga MDKA Top Losers LQ45
- Sukuk Ritel SR020 Hadir Besok, Simak Proyeksi dan Peluang di Pasar Obligasi
Di satu sisi ada keberuntungan karena Reaper Amerika selamat. Tetapi di sisi lain ini juga menunjukkan SM-2 tidak bekerja dengan baik. Kedua rudal tersebut gagal karena masalah teknis selama insiden tersebut.
MQ-9 Reaper sangat aktif di wilayah tersebut. Bahkan merupakan komponen kunci dari upaya untuk mengenali potensi serangan Houthi sebelum tindakan tersebut dilakukan. Persiapan Houthi itu termasuk menyiapkan drone, rudal jelajah dan balistik untuk diluncurkan. Juga pergerakan kapal-kapal kecil, termasuk kapal-kapal tak berawak yang sarat dengan bahan peledak. Houthi juga telah berhasil menembak jatuh dua MQ-9 sejak krisis saat ini dimulai.
Kesalahan serang terhadap MQ-9 menunjukkan rumitnya ruang pertempuran pesisir di Laut Merah Selatan dan Teluk Aden. Jangka waktu untuk bereaksi terhadap potensi ancaman lebih singkat jika dibandingkan dengan operasi 'blue water'. Dan ada banyak jenis ancaman yang dilontarkan pada kapal yang sering kali secara bersamaan.
Secara resmi, Hessen saat ini beroperasi di bawah naungan Operasi Aspides yang baru dibentuk. Sebuah gugus tugas perlindungan yang dibentuk Uni Eropa untuk membantu menangani ancaman berkelanjutan yang ditimbulkan oleh Houthi terhadap pelayaran komersial di Laut Merah. Selain Jerman, Yunani, Perancis, dan Italia telah setuju untuk berpartisipasi dalam Aspides. Hessen meninggalkan Jerman pada 8 Februari 2024 lalu.
Aspides adalah satuan tugas internasional kedua yang dikerahkan ke wilayah tersebut akhir-akhir ini. Yang pertama adalah Operation Prosperity Guardian (OPG) yang dipimpin Amerika dan diluncurkan pada bulan Desember. Angkatan Laut Amerika dilaporkan telah menembakkan sekitar 100 rudal permukaan-ke-udara keluarga Standard Missile ke rudal dan drone Houthi.
Tembak Drone Houthi
Terlepas dari kesalahan tembak terhadap Reaper, kapal Jerman juga telah menjatuhkan dua drone Houthi dari jarak dekat.
Akun resmi Komando Operasi Pasukan Gabungan Jerman mengonfirmasi di X, Hessen berhasil menembak jatuh dua drone pada Selasa 26 Februari 2024 malam. Kedua drone itu ditembak jatuh dalam waktu 20 menit.
“Penembakan ini menjadi pengerahan Angkatan Laut Jerman paling berbahaya selama bertahun-tahun,” kata juru bicara kementerian pertahanan Jerman Michael Stempfle.
- The Heritage Palace Ditutup Permanen Mulai Besok, Begini Sejarah Bangunannya
- 5 Rekomendasi Film Bioskop yang Tayang Bulan Maret 2024
- Cara dan Tips Menabung di Bank Supaya Cuan
Hessen mencegat drone pertama menggunakan senjata dek 76mm. Sementara drone kedua ditembak jatuh menggunakan Rudal RIM-116. Kedua drone tersebut diduga dideteksi oleh sistem radar dan memiliki jangkauan yang berbeda. Itu sebabnya dua senjata berbeda digunakan.
Penggunaan kedua sistem ini menunjukkan bahwa UAV berada sangat dekat dengan Hessen. Sebelumnya drone Houhti juga berhasil mendekati sejumlah kapal perang yang beroperasi di wilayah tersebut. Termasuk satu serangan oleh kapal perusak Amerika yang menggunakan Mk15 Phalanx Close-In Weapon System (CIWS).
Satu hal lain yang menarik adalah apakah Jerman dapat berkontribusi pada upaya memerangi ancaman Houthi. Ini mengingat adanya kekhawatiran di Jerman mengenai pasokan rudal Hessen. Ada laporan bahwa beberapa amunisi milik Hessen tidak dapat lagi diperoleh. Ini karena tidak ada lagi kapasitas industri yang sesuai. Sehinga ketika stoknya habis, Angkatan Laut Jerman tidak bisa lagi mengisinya . Dan harus menarik mundur fregat tersebut.