Ilustrasi kredit perbankan. (Pixabay)
Nasional

Kebutuhan Pembiayaan Juni 2022 Meningkat, Bank Masih Primadona untuk Kredit Rumah Tangga

  • "Pada rencana pengajuan pembiayaan ke depan, bank umum diperkirakan masih menjadi sumber pembiayaan utama untuk memenuhi kebutuhan kredit," tulis pihak BI.
Nasional
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melalui survei permintaan dan penawaran pembiayaan perbankan, mencatat peningkatan kebutuhan pembiayaan korporasi dan rumah tanggal pada Juni 2022.

Kebutuhan pembiayaan korporasi pada Juni 2022 terindikasi meningkat secara month-to-month (mtm), hal itu terlihat dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 16,4% atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya di level 12,1%.

Perkembangan itu didorong oleh naiknya permintaan pembiayaan dari sektor industri pengolahan, perdagangan, serta penyediaan makanan dan minuman.

Dari hasil survei, 85,8% responden menyatakan bahwa tambahan biaya dibutuhkan mereka untuk mendukung aktivitas operasional, 27,6% untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo, 26% untuk mendukung pemulihan domestik, 12,6% untuk mendukung aktivitas investasi, dan lain-lain sebanyak 3,1%.

56,7% responden juga mengemukakan bahwa kebutuhan pembiayaan pada Juni 2022 masih dipenuhi dari dana sendiri, meningkat dari bulan sebelumnya sebanyak 55,3%.

Kemudian, penambahan kredit baru dari perbankan tercatat sebesar 9,4%, meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 4,5%.

Di sisi lain, terjadi penurunan pada persentase responden yang memanfaatkan fasilitas kelonggaran tarik dan pinjaman utang dari perusahaan induk sebagai sumber utama yang masing-masing mencetak angka 7,9% dan 4,7% (bulan sebelumnya 9,1% dan 11,4%).

Pemilihan sumber biaya, menurut 81,1% responden, dipengaruhi oleh aspek kemudahan dan kecepatan perolahan dana.

Sementara itu, kebutuhan pembiayaan rumah tangga pun mengalami peningkatan, terindikasi dari pangsa responden rumah tangga yang melakukan penambahan pembiayaan melalui kredit pada Juni 2022 sebesar 8,9% dari total responden, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya di level 8,3%.

Sumber utama pemenuhan pembiayaan rumah tanggal pada Juni 2022 berasal dari pinjaman bank umum dengan persentase sebesar 37,9%, meningkat dari 36,1% pada bulan sebelumnya.

Sumber pembiayaan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga di antaranya koperasi sebesar 18,5%, leasing 16,3%, dan fintech 7,4%.

Mayoritas pembiayaan yang diajukan oleh responden rumah tangga pada survei BI Juni 2022 adalah kredit multiguna (KMG) dengan pangsa 42,7% dari total pengajuan pembiayaan baru.

Jenis pembiayaan lain yang diajukan responden di antaranya kredit kendaraan bermotor (KKB) dengan persentase 23,4%, kredit kepemilikan rumah (KPR) 11,6%, kredit peralatan rumah tangga 9,2%, dan kartu kredit 5,2%.

Ditinjau berdasarkan tingkat pengeluaran responden, mayoritas pengajuan penambahan pembiayaan pada Juni 2022 dilakukan oleh rumah tangga dengan kisaran pengeluaran Rp1-3 juta perbulan dengan persentase sebesar 42,4% dari total pengajuan, menurun dari bulan sebelumnya di level 52,3%.

Sementara itu, permintaan pembiayaan rumah tangga dengan kisaran pengeluaran Rp3-5 juta ke atas terpantau meningkat drastis, dari 18,6% menjadi 39%.  

"Pada rencana pengajuan pembiayaan ke depan, bank umum diperkirakan masih menjadi sumber pembiayaan utama untuk memenuhi kebutuhan kredit," tulis pihak BI dalam laporan survei, dikutip Senin, 18 Juli 2022.

Hasil survei kepada perbankan menunjukkan bahwa SBT penyaluran kredit baru pada Juni 2022 tercatat sebesar 86,7%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya di level 43%.

Peningkatan penyaluran kredit baru pada Juni 2022 terindikasi terjadi pada seluruh kategori bank. Penyaluran kredit pada Juni 2022 pun meningkat untuk seluruh jenis kredit, yang tertinggi adalah kredit modal kerja (KMK) dengan persentase 73,6%.

"Untuk keseluruhan periode triwulan II-2022, penyaluran kredit baru diperkirakan tumbuh lebih tinggi. Hal tersebut terindikasi dari SBT perkiraan penyaluran kredit baru triwulan II-2022 hasil survei periode Juni 2022 sebesar 91,4%, lebih tinggi dibandingkan 52,9% pada triwulan I-2022," tulis BI.