Ilustrasi kredit perbankan. (Pixabay)
Perbankan

Kebutuhan Pembiayaan Korporasi di Bulan Pemilu Meningkat Tajam

  • Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi yang mencapai 11,1%, menunjukkan kenaikan yang cukup tajam dari angka sebelumnya yang hanya sebesar 6,5%.
Perbankan
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA – Melalui survei, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa pada bulan Februari 2024, terjadi peningkatan signifikan dalam kebutuhan pembiayaan oleh korporasi. 

Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi yang mencapai 11,1%, menunjukkan kenaikan yang cukup tajam dari angka sebelumnya yang hanya sebesar 6,5%.

Peningkatan kebutuhan pembiayaan korporasi tersebut didorong oleh permintaan yang lebih tinggi dari sektor-sektor seperti Pertanian, Informasi dan Komunikasi, serta Real Estate. 

Kebutuhan pembiayaan tersebut utamanya digunakan untuk mendukung berbagai aktivitas operasional perusahaan serta untuk memenuhi kewajiban pembayaran yang jatuh tempo.

Responden menyatakan bahwa kebutuhan pembiayaan masih bisa dipenuhi, terutama melalui dana internal perusahaan sebesar 67,7%. 

Meskipun demikian, pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik juga tetap cukup signifikan, meskipun mengalami sedikit penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, yakni hanya sebesar 9,7%.

Selain itu, terdapat indikasi peningkatan dalam pembiayaan yang diperoleh dari perbankan domestik dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 

Responden menyatakan bahwa pemilihan sumber pembiayaan masih dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kemudahan dan kecepatan dalam mendapatkan dana, serta biaya suku bunga yang lebih rendah.

BI juga merilis hasil survei yang menunjukkan adanya peningkatan dalam penyaluran kredit baru oleh sektor perbankan. SBT penyaluran kredit baru pada bulan Februari mencapai 54,1%, yang merupakan angka yang signifikan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya sebesar 24,5%.

Kredit Perbankan Tumbuh Signifikan

BI telah mencatat adanya peningkatan yang signifikan dalam kredit perbankan. Data yang dirilis menunjukkan bahwa pada bulan Februari 2024, terjadi pertumbuhan kredit sebesar 11,28% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Sektor-sektor yang menjadi pendorong utama dari pertumbuhan ini antara lain adalah sektor pertanian, pertambangan, konstruksi, perdagangan, jasa sosial, dan jasa dunia usaha.

Menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam Konferensi Pers yang digelar pada Rabu, 20 Maret 2024, pertumbuhan kredit yang tinggi ini didorong oleh berbagai faktor. 

“Tingginya pertumbuhan kredit ditopang terjaganya appetite perbankan yang didukung dengan permodalan dan ketersediaan likuiditas,” ujar Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang ditayangkan secara virtual, Rabu, 20 Maret 2024. 

Perry juga menekankan bahwa tingginya likuiditas perbankan tercermin dalam rasio AL/DPK yang mencapai 27,4%, yang didukung oleh Kebijakan Likuiditas Moneter (KLM) yang diterapkan oleh Bank Indonesia.

Untuk mencapai target pertumbuhan kredit tahun 2024, yang berada di tengah-tengah pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 5,66% yoy pada bulan Februari 2024, sektor perbankan akan melanjutkan strategi realokasi aset dan optimalisasi penentuan harga pendanaan.

Selain itu, Perry juga menjelaskan bahwa sektor perbankan akan mengoptimalkan sumber-sumber pendanaan lainnya, seperti pinjaman, penerbitan surat utang jangka panjang, dan penawaran saham baru.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didorong oleh kinerja baik dari rumah tangga maupun korporasi yang diperkirakan akan terus meningkat pasca Pemilihan Umum 2024. 

Berdasarkan penggunaannya, pertumbuhan kredit didukung oleh kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi masing-masing sebesar 11,82% yoy, 12,04% yoy, dan 9,70% yoy.

Pembiayaan syariah juga terus menunjukkan pertumbuhan yang tinggi, mencapai 15,89% yoy pada bulan Februari 2024, sementara kredit untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,85% yoy.

Kedepannya, pertumbuhan kredit tahun 2024 diproyeksikan akan meningkat dan berada dalam kisaran 10-12%. 

Bank Indonesia akan terus memperkuat efektivitas implementasi kebijakan makroprudensial yang bersifat mendukung, serta meningkatkan kerja sama dengan pemerintah, otoritas keuangan, kementerian/lembaga terkait, perbankan, dan pelaku usaha.

Perry juga menegaskan bahwa untuk memperkuat penyaluran kredit, BI akan segera memperkuat implementasi KLM dengan mengoptimalkan insentif likuiditas yang tersedia serta memperluas cakupan sektor-sektor prioritas yang memberikan kontribusi besar pada pembiayaan pertumbuhan ekonomi nasional.