Kedalaman Bintik Merah Jupiter 40 Kali dari Palung Mariana
- Di Jupiter, badai telah terjadi selama lebih dari 300 tahun. Dikenal sebagai Bintik Merah Besar, wilayah bertekanan tinggi yang berputar ini terlihat jelas dari luar angkasa.
Tekno
WASHINGTON-Di Jupiter, badai telah terjadi selama lebih dari 300 tahun. Dikenal sebagai Bintik Merah Besar, wilayah bertekanan tinggi yang berputar ini terlihat jelas dari luar angkasa. Wilayah tersebut membentang di wilayah atmosfer Jupiter dengan lebar lebih dari 16.000 kilometer atau sekitar seperempat kali diameter Bumi.
Tetapi ada lebih banyak badai yang bergolak daripada yang terlihat. Menurut dua studi baru yang diterbitkan 28 Oktober di jurnal Science, Bintik Merah Besar Jupiter juga luar biasa dalam dan membentang sejauh 480 km ke atmosfer planet. Ini sekitar 40 kali lebih dalam dari Palung Mariana, tempat terdalam yang ada di Bumi.
Bintik ini jauh lebih dalam dari yang diperkirakan para peneliti, dengan dasar badai memanjang jauh di bawah tingkat atmosfer di mana air dan amonia diperkirakan akan mengembun menjadi awan. Akar badai yang dalam menunjukkan bahwa beberapa proses yang belum diketahui menghubungkan interior dan atmosfer dalam Jupiter, mendorong peristiwa meteorologis yang intens dalam skala yang jauh lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya.
- Perhatikan, Kemenhub Terbitkan Surat Edaran Baru Perjalanan Transportasi Darat
- Puji Jokowi, Presiden Prancis Gunakan Bahasa Indonesia pada Unggahan Facebook
- Makin Diminati, Ini 5 Keahlian yang Harus Dimiliki Game Developer Berserta Pelatihannya
"Kami mendapatkan pemahaman nyata pertama kami tentang bagaimana atmosfer Jupiter yang indah dan penuh kekerasan bekerja," kata Scott Bolton, peneliti utama dari Misi Juno NASA dan penulis utama salah satu makalah baru tersebut.
Kedua studi baru tersebut mengandalkan pengamatan dari wahana Juno NASA, yang memasuki orbit Jupiter pada 2016 dan sejak itu telah menyelesaikan 36 lintasan raksasa gas dengan lebar hampir 140.000 km. Dalam satu penelitian, para ilmuwan memeriksa Bintik Merah Besar menggunakan probe gelombang radiometer mikro - alat yang mendeteksi gelombang mikro yang dipancarkan dari dalam planet. Menurut NASA, tidak seperti radiasi radio dan infra merah yang dipancarkan oleh raksasa gas tersebut, gelombang mikro dapat menembus lapisan awan tebal planet ini.
Dengan mempelajari emisi gelombang mikro yang berhasil melewati Bintik Merah Besar, penulis studi pertama menentukan bahwa badai sedalam sekitar 350 km.
Studi kedua menemukan tempat itu mungkin lebih besar dari itu. Penulis makalah itu memeriksa Bintik Merah Besar menggunakan alat pendeteksi gravitasi Juno. Mensintesis data dari 12 penerbangan yang melewati tempat itu para peneliti menghitung kedalaman maksimum sekitar 500 kilometer di bawah puncak awan.