Ilustrasi sepeda motor listrik Electrum yang digunakan mitra driver Gojek dari PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk.
Tekno

Kekuatan Gojek dalam Mengelola Manajemen SDM Melalui Konsep Bisnis Crowdsourcing

  • Crowdsourcing terdiri dari dua kata, yaitu "crowd" yang berarti keramaian atau khalayak ramai, dan "sourcing" yang berarti sumber. Jadi, crowdsourcing bisa diartikan sebagai upaya memperoleh suatu tujuan dengan memanfaatkan sumber dari partisipasi banyak orang melalui internet.

Tekno

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Era digital telah membawa lahirnya banyak konsep bisnis baru. Salah satu konsep bisnis yang muncul dari perkembangan bisnis elektronik (e-business) adalah crowdsourcing.

Istilah ini mungkin masih asing bagi sebagian orang, namun nama-nama seperti Gojek, Uber, dan Grab sudah sangat familiar di telinga kita. 

Ketiga perusahaan start up ini memanfaatkan konsep bisnis crowdsourcing untuk berkembang pesat. Ide crowdsourcing pertama kali muncul pada tahun 2006 melalui artikel di majalah WIRED yang ditulis oleh Jeff Howe berjudul "The Rise of Crowdsourcing."

Yani, Dosen Prodi Sistem Informasi Universitas Dinamika mengatakan, secara sederhana, crowdsourcing adalah proses memperoleh layanan, ide, pekerjaan, peringkat, maupun konten dengan meminta bantuan dari orang lain secara massal melalui internet. 

Crowdsourcing terdiri dari dua kata, yaitu "crowd" yang berarti keramaian atau khalayak ramai, dan "sourcing" yang berarti sumber. Jadi, crowdsourcing bisa diartikan sebagai upaya memperoleh suatu tujuan dengan memanfaatkan sumber dari partisipasi banyak orang melalui internet.

“Metode crowdsourcing bisa diartikan dengan  upaya memperoleh suatu tujuan dengan memanfaatkan sumber dari keikutsertaan banyak orang melalui internet,” ujar Yani dikutip dari risetnya, Minggu, 9 Juni 2024.

Crowdsourcing dalam Pengelolaan SDM di Gojek

Yani mengatakan, dalam manajemen bisnis perusahaan, ada beberapa unsur yang bisa disebut 6M yaitu Man (Manusia), Money (Uang), Material (Bahan), Machines (Mesin), Methods (Metode), dan Market (Pasar) bisa diperoleh dari masyarakat. 

Gojek, sebagai perusahaan transportasi online, dapat memangkas biaya operasional yang biasanya ditanggung oleh perusahaan transportasi konvensional seperti Bluebird dan Orenz Taxi dengan melibatkan partisipasi masyarakat internet untuk menanggung 6 unsur manajemen perusahaan.

Mari kita ulas bagaimana konsep bisnis crowdsourcing menjadi kekuatan bisnis layanan pesan ojek online di Indonesia, terutama dalam mengelola manajemen SDM.

Salah satu unsur yang menjadi kekuatan bisnis transportasi online adalah menghimpun SDM dari internet sebagai driver. Pengelolaan SDM perusahaan secara garis besar terdiri dari tahapan rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan, penilaian kinerja, penggajian dan bonus, serta kesehatan dan keselamatan kerja. 

“Gojek sukses mengelola SDM perusahaan dengan melibatkan partisipasi masyarakat internet,” tutur Yani.

Rekrutmen dan Seleksi Online

Salah satu tahapan dalam pengelolaan SDM adalah proses rekrutmen dan seleksi karyawan. Gojek melakukan proses rekrutmen driver dengan memanfaatkan sumber dari netizen atau masyarakat internet. 

Proses rekrutmen dan seleksi dijalankan secara online sehingga tidak memakan banyak waktu, tenaga, dan biaya. Prosesnya juga simpel tanpa perlu tes wawancara, tes psikologi, dan lain-lain. 

“Bayangkan jika PT Gojek Indonesia harus melakukan proses rekruitmen, test adminsistrasi, test psikologi dan test wawancara terhadap ratusan ribu driver-nya. Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan?” kata Yani.

Baca Juga: Bantah Beri THR Rp1,8 Juta, Gojek: Hubungan dengan Pengemudi Adalah Mitra!

Penilaian Kinerja oleh Konsumen

Selanjutnya adalah penghematan biaya dalam proses pelatihan dan pengembangan karyawan. Pada perusahaan konvensional, untuk menjaga kualitas SDM, perusahaan melakukan pelatihan dan pengembangan sehingga karyawan bisa bekerja dengan baik dan memperlakukan konsumen seperti raja. 

Proses ini biasanya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Namun, Gojek memangkas biaya ini dengan menyerahkan penilaian kinerja driver kepada konsumen. 

Yani mengatakan, caranya adalah dengan meminta pengguna memberikan rating mengenai kinerja driver dalam memberikan layanan jasa transportasi. 

Rating ini menjadi salah satu cara penilaian kinerja yang sangat efektif. Dampaknya, meskipun tidak melakukan pelatihan dan pengembangan, para driver tetap termotivasi untuk memberikan kinerja terbaik karena rating dan imbalan uang menjadi pendorong utama. 

Mereka bahkan tidak segan membuka pintu mobil untuk konsumen, memastikan kenyamanan mesin pendingin, musik, dan kebersihan mobil. Impian perusahaan untuk menjadikan konsumen sebagai raja bisa dengan mudah diraih Gojek.

Penggajian dan Bonus

Penggajian dan bonus juga menjadi isu krusial di perusahaan, namun Gojek mampu mengelolanya dengan baik. Meskipun biaya dibebankan kepada konsumen, Gojek mampu mengelola bonus dengan cara yang menarik dan memotivasi driver untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. 

“Gojek mampu mengelola Bonus dengan cara yang cukup cantik dan mampu memotivasi Driver untuk melakukan pekerjaan sesuai tujuan perusahaan antara lain Komisi tambahan bagi driver yang bersedia pick up penumpang diatas pukul 23,00 hingga pukul 05.00, pemberian tambahan poin untuk pengantaran diluar area, maupun di jam jam tertentu,” tukas Yani. 

Kesimpulan

Dengan memanfaatkan crowdsourcing, Gojek mampu mengelola berbagai aspek manajemen SDM secara efektif dan efisien. 

Proses rekrutmen dan seleksi yang dilakukan secara online, penilaian kinerja oleh konsumen, penggajian dan bonus yang dikelola dengan baik, serta program kesehatan dan keselamatan kerja yang memadai, semuanya menunjukkan bagaimana Gojek berhasil mengintegrasikan partisipasi masyarakat internet dalam bisnisnya. 

Hal ini tidak hanya mengurangi biaya operasional tetapi juga meningkatkan kualitas layanan yang diberikan kepada konsumen. Konsep bisnis crowdsourcing yang diterapkan oleh Gojek merupakan salah satu inovasi yang patut dicontoh oleh perusahaan lain, terutama di era digital saat ini.

Apa yang dilakukan Gojek menunjukkan bahwa dengan melibatkan partisipasi masyarakat internet, perusahaan dapat mencapai efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan SDM serta meningkatkan kepuasan konsumen.