pemberontak suriah.jpg
Dunia

Kembali Bergolak, Apa yang Terjadi di Suriah?

  • Dengan pemberontak menguasai Aleppo, termasuk lokasi militer utama dan bandara, serangan balik apa pun akan sulit dilakukan oleh tentara Suriah.

Dunia

Amirudin Zuhri

JAKARTA- Perang saudara Suriah kembali menjadi sorotan. Ini setelah koalisi pemberontak baru melancarkan serangan mendadak  melanda kota terbesar kedua di negara itu Aleppo. 

Serangan ini merupakan kali pertama pasukan oposisi merebut wilayah di Aleppo sejak tahun 2016. menghancurkan kebuntuan perang yang tidak pernah berakhir secara resmi. Konflik juga memiliki konsekuensi luas di seluruh wilayah dan sekitarnya.

Dihimpun dari berbagai sumber inilah sejarah konflik Suriah dan kondisi terkini

Apa yang Terjadi dalam Perang Saudara Suriah?

Pada puncak Arab Spring atau Musim Semi Arab tahun 2011, demonstran pro-demokrasi turun ke jalan di Suriah. Mereka menyerukan penggulingan Presiden Bashar al-Assad yang dianggap otoriter.

Para pengunjuk rasa ditanggapi dengan kekerasan yang mematikan. Ketika pasukan Assad menghancurkan gerakan pro-demokrasi, oposisi bersenjata mulai terbentuk. Mereka terdiri dari milisi organik kecil dan beberapa pembelot dari militer Suriah.

Pasukan oposisi  yang terdesentralisasi, terdiri dari berbagai ideologi. Tetapi mereka memiliki tujuan bersama untuk menggulingkan Assad. Juga didukung dengan berbagai cara oleh kekuatan asing termasuk negara tetangga Turki, raksasa regional Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, serta Amerika Serikat.

Seiring dengan meningkatnya kekuatan antipemerintah, sekutu Suriah, Iran dan Rusia, meningkatkan dukungan mereka. Di darat, Garda Revolusi Iran dan proksi Lebanonnya Hizbullah, membantu memerangi kelompok pemberontak bersenjata. Di udara, Angkatan Udara Suriah didukung oleh pesawat tempur Rusia.

Kelompok garis keras  termasuk al Qaeda menaruh minat pada Suriah. Mereka juga tujuan yang sama dengan oposisi moderat Suriah yang tidak menyambut keterlibatan kelompok garis keras.

Namun pada tahun 2014 para garis keras mendominasi dan ISIS mulai menyebar ke seluruh negeri. Karena khawatir Suriah akan menjadi sarang teroris permanen, sebuah koalisi internasional yang dipimpin oleh Amerika turun tangan. Fokus mereka untuk melenyapkan kelompok tersebut tetapi tanpa menghadapi rezim Suriah.

Pasukan Demokratik Suriah (SDF)  mitra AS yang terdiri dari pejuang Kurdi  berperang melawan ISIS. Mereka secara efektif mengakhiri keberadaan teritorial kelompok tersebut.

Pada tahun 2020 Rusia dan Turki menyepakati gencatan senjata di provinsi terakhir yang dikuasai oposisi, Idlib. Dan sepakat untuk membangun koridor keamanan dengan patroli bersama.

Tidak ada lagi pertikaian besar sejak saat itu. Tetapi pemerintah Suriah tidak pernah merebut kembali seluruh wilayahnya. Dan seperti yang ditunjukkan oleh kejadian di Aleppo, perlawanan bersenjata tidak pernah berakhir.

Mengapa Muncul Kembali sekarang?

Serangan dimulai pada hari Rabu 27 November 2024. Ini setelah pemberontak membentuk koalisi baru yang disebut Komando Operasi Militer.

Mereka dengan cepat menyapu desa-desa di luar Aleppo. Dan banyak laporan mengatakan mereka telah menguasai sebagian besar kota tanpa menemui banyak perlawanan dalam perjalanan.

Para pejuang mengatakan mereka berusaha membebaskan wilayah yang diduduki, dan menanggapi serangan gencar dari pasukan pemerintah dan kelompok milisi pro-Iran.

Para pemberontak mungkin ingin mengambil keuntungan dari pemerintah Suriah yang melemah. Ini karena sekutu utamanya sangat sibuk dengan konflik lain.

Rusia menginvasi Ukraina pada tahun 2022 dan telah mengerahkan tenaga dan sumber daya untuk perang tersebut. Rusia adalah mitra utama Assad di udara.

Sementara itu, Iran telah mengalami serangkaian serangan dari Israel, khususnya yang menghantam Hizbullah. Para analis mengatakan pemberontak Suriah memanfaatkan kekosongan yang ditinggalkan kelompok itu untuk maju di Suriah.

Kehilangan Aleppo menandai kemunduran yang signifikan bagi pasukan Assad. Dahulu kota terbesar di Suriah berdasarkan jumlah penduduk dan ibu kota ekonominya. Aleppo juga merupakan salah satu kota tertua yang dihuni di dunia.

Aleppo juga merupakan benteng utama pemberontak hingga Assad mengambil alih pada tahun 2016. Dengan pemberontak kembali mendapatkan pijakan di sana, mereka tidak lagi terpojok di Idlib, yang berpotensi memicu efek domino.

Siapa Saja Kelompok Oposisi Ini?

Pengelompokan baru ini terdiri dari spektrum kekuatan oposisi yang luas. Dari faksi kelompok islam hingga moderat.

Yang memimpin mereka adalah Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Sebuah organisasi bekas afiliasi al Qaeda di Suriah yang dulu dikenal dengan nama Front Al-Nusra.

Kelompok ini secara resmi memutuskan hubungan dengan al Qaeda dan telah menjadi penguasa de facto di Idlib.  Seperti dilaporkan Al Jazeera, mereka bergabung dengan kelompok-kelompok yang didukung oleh Turki dan kelompok-kelompok lain yang sebelumnya didukung oleh Amerika. 

Faksi lain adalah Tentara Pembebasan Suriah yang didukung Turki. Ini merupakan bagian dari koalisi pemberontak yang menguasai sebagian besar kota Aleppo. Pada hari Minggu bahwa mereka telah menguasai kota Tal Rifaat dan kota-kota Ain Daqna dan Sheikh Issa di bagian utara provinsi Aleppo. Mereka juga mengklaim telah merebut desa-desa Shaaleh dan Nairabiyyeh di pedesaan utara Aleppo. Wilayah-wilayah tersebut sebelumnya tidak dikuasai oleh pemerintah Bashar al-Assad. Tetapi oleh Pasukan Demokratik Suriah.

Pasukan Demokratik Suriah sebagian besar terdiri dari pejuang Kurdi dari kelompok yang dikenal sebagai Unit Perlindungan Rakyat (YPG). Mereka dianggap sebagai organisasi teroris oleh negara tetangga Turki. Yang memperumit situasi adalah beberapa kelompok pemberontak juga memerangi Pasukan Demokratik Suriah.

Bagaimana Suriah akan Menanggapinya?

Jet tempur Suriah dan Rusia telah menyerang pemberontak di Aleppo dan Idlib. Sebuah taktik krusial dalam merebut kembali wilayah selama perang saudara.

Assad telah berjanji bahwa Suriah akan terus mempertahankan stabilitas dan integritas teritorialnya dalam menghadapi semua teroris dan pendukungnya.  Dan Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa pihaknya sedang bersiap untuk melancarkan serangan balasan. Untuk diketahui Suriah menyebut semua musuhnya dengan istilah teroris.

Namun sejauh mana kemampuan atau kemauan pemerintah untuk menanggapi belum jelas pada tahap ini. Dan banyak hal akan bergantung pada dukungan yang dapat diberikan oleh pendukung utamanya.

Ada tanda-tanda sekutu Suriah bersatu mendukung pemerintah. Ini ditunjukkan dengan diplomat tertinggi Iran Abbas Araghchi yang melakukan perjalanan ke Damaskus dari Teheran pada hari Minggu.

Dengan pemberontak menguasai Aleppo, termasuk lokasi militer utama dan bandara, serangan balik apa pun akan sulit dilakukan oleh tentara Suriah. Kota itu bertahan selama hampir dua tahun di bawah pengepungan terus-menerus dari pasukan pemerintah sebelum direbut pada tahun 2016.