<p>Ilustrasi baterai listrik kendaraan mobil / Pixabay</p>
Industri

Kembangkan EV di Indonesia, Sejumlah Perusahaan Otomotif Investasi hingga Rp45,9 Triliun

  • JAKARTA – Pemerintah terus mengakselerasi pengembangan electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik di tanah air. Targetnya, produksi EV pada 2030 dapat mencapai 600.000 unit untuk roda empat atau lebih, sedangkan roda dua 2,45 juta unit. Tujuan pengembangan EV diharapkan mampu menurunkan emisi CO2 sebesar 2,7 juta ton untuk roda empat atau lebih, dan sebesar 1,1 juta ton untuk roda dua. Pemerintah […]

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Pemerintah terus mengakselerasi pengembangan electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik di tanah air. Targetnya, produksi EV pada 2030 dapat mencapai 600.000 unit untuk roda empat atau lebih, sedangkan roda dua 2,45 juta unit.

Tujuan pengembangan EV diharapkan mampu menurunkan emisi CO2 sebesar 2,7 juta ton untuk roda empat atau lebih, dan sebesar 1,1 juta ton untuk roda dua.

Pemerintah menggandeng investor sebagai upaya mewujudkan target tersebut. Di Jepang, pada Maret lalu, telah tercapai kesepakatan investasi dengan sejumlah industri otomotif.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut, pihaknya berhasil mendapat investasi baru dari beberapa perusahaan hingga 2024.

Total investasi mencapai sekitar Rp45,9 triliun. Rinciannya, Toyota Motor Corporation sebesar Rp28,3 triliun, Honda Motor Company sebesar Rp5,2 triliun, Suzuki Motor Corporation sebesar Rp1,2 triliun, dan Mitsubishi Motor Corporation sebesar Rp11,2 triliun.

“Hal ini menunjukan Indonesia masih menjadi negara tujuan utama investor dalam pengembangan industri kendaraan bermotor,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Kamis, 15 Juli 2021.

Menurutnya, baterai akan menjadi komponen paling penting dalam EV yang mewakili 35% dari biaya pembuatannya.

Sektor manufaktur Indonesia, katanya, memiliki keunggulan untuk memproduksi baterai dari Baterai Lithium Ion berbasis nikel. Sumber daya berupa cadangan nikel Indonesia diklaim merupakan yang terbesar secara global.

Selain itu, Agus bilang saat ini ada sembilan perusahaan yang mendukung industri baterai. Kendati tak disebutkan secara detail, lima di antaranya akan menyediakan bahan baku baterai dari nikel murni, kobalt murni, ferro nikel, endapan hidroksida campuran, dan lain-lain. Kemudian, empat perusahaan sisanya adalah produsen baterai.

Diharapkan, kerja sama ini bisa mendukung rantai pasokan baterai untuk kendaraan listrik mulai dari bahan baku, kilang, manufaktur sel baterai dan perakitan baterai, manufaktur EV, hingga daur ulang EV.

Roadmap Pengembangan EV

Pemerintah telah menetapkan industri alat transportasi menjadi prioritas dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035. Roadmap atau peta jalan pengembangan EV ditetapkan melalui Peraturan Menteri Perindustrian No.27/ 2020 tentang Spesifikasi Teknis, Roadmap EV, dan Perhitungan Tingkat Kandungan Lokal.

Agus menambahkan, upaya mendorong Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam industri EV dilakukan dengan melibatkan para pemangku kepentingan. Mulai dari produsen baterai, pilot project, konsumen, dan infrastruktur seperti charging station, dan pilot project.

Ke depan, pemerintah juga bakal menerapkan peraturan tentang roadmap pembelian EV di instansi pemerintahan. Berbagai insentif fiskal dan nonfiskal didorong seperti, pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah PPnBM sebesar 0% dan pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor (BBN-KB) sebesar 0% untuk Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KBL-BB).

Selain itu, BBN-KB sebesar 10% untuk mobil listrik dan 2,5% untuk sepeda motor listrik di  Jawa Barat. Terakhir, uang muka minimum sebesar 0% dan suku bunga rendah untuk kendaraan listrik, serta diskon penyambungan dan penambahan daya listrik, dan lainnya.