Ilustrasi lokasi pertambangan emas, tembaga, nikel, batu bara, dan mineral lain / Dok. Archi Indonesia
Energi

Kembangkan Industri Nikel Nasional, UGM Gandeng Manufaktur China

  • Pembangunan pusat R&D ini diharapkan dapat dimulai dalam waktu dekat dan akan melibatkan para peneliti dan akademisi dari UGM serta ahli teknologi dari CNGR Co. Ltd.

Energi

Muhammad Imam Hatami

JOGJA – Universitas Gadjah Mada (UGM) dan CNGR Co. Ltd., perusahaan teknologi pengolahan nikel asal China, akan menjalin kerja sama strategis untuk membangun pusat penelitian dan pengembangan (R&D Center) di Morowali, Sulawesi Tenggara. 

Kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat sektor industri pengolahan nikel Indonesia serta mendukung inovasi dan pengembangan teknologi di bidang ini.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa CNGR Co. Ltd., yang berbasis di Guangxi, China, dikenal memiliki teknologi mutakhir dalam pengolahan nikel.

“Perusahaan ini telah melakukan investasi dalam pengolahan dan produksi nikel di Morowali, Sulawesi Tenggara,”  ungkap Airlangga di Jakarta.

Pembangunan pusat R&D ini diharapkan dapat dimulai dalam waktu dekat dan akan melibatkan para peneliti dan akademisi dari UGM serta ahli teknologi dari CNGR Co. Ltd. 

Pusat ini akan fokus pada inovasi proses pengolahan nikel, efisiensi energi, serta pengembangan produk-produk turunan nikel yang memiliki nilai tambah tinggi.

Kolaborasi ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi industri pengolahan nikel di Indonesia, tetapi juga membuka peluang besar bagi mahasiswa dan peneliti UGM untuk terlibat dalam proyek-proyek penelitian berstandar internasional. 

Kerja sama ini juga didorong oleh hubungan ekonomi yang semakin erat antara Indonesia dan China. 

Pada tahun 2023, total nilai perdagangan antara kedua negara mencapai US$127,8 miliar atau sekitar Rp2.053 triliun (kurs Rp16.070)

Dengan neraca perdagangan yang menunjukkan surplus untuk Indonesia pertama kalinya. 

Selain itu, China telah menjadi investor terbesar kedua di Indonesia setelah Singapura, dengan total investasi sebesar US$7,4 miliar atau sekitar Rp118,9 triliun meskipun mengalami penurunan sekitar 9,7 persen dari tahun sebelumnya.

Duta Besar China untuk Indonesia, Lu Kang, turut menyampaikan apresiasinya terhadap dukungan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam mempererat kerja sama bilateral ini.