<p>Layar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu, 14 Oktober 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di atas 5.000 dan parkir di zona hijau dengan menguat 0,85 persen ke level 5.176,099 pada akhir sesi. Sebanyak 213 saham menguat, 217 terkoreksi, dan 161 stagnan, IHSG mengalami penguatan seiring dengan sentimen Omnibus Law dan langkah Bank Indonesia untuk pemulihan ekonomi. Selain itu, rencana merger bank BUMN syariah turut mendorong saham-saham perbankan lainnya, dan mengisi jajaran top gainers hari ini. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Kemenangan Joe Biden dan Peluang Lonjakan IHSG &#038; Rupiah

  • Kemenangan Joe Biden-Kamala Harris dalam Pemilu Presiden-Wapres Amerika Serikat (AS) diproyeksi dapat membuat rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kompak melejit.

Industri

Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Kemenangan Joe Biden-Kamala Harris dalam Pemilu Presiden-Wapres Amerika Serikat (AS) diproyeksi dapat membuat rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kompak melejit.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee memprediksi pasar saham dunia termasuk Indonesia pada awal pekan akan menyambut gembira kemenangan Biden atas Donald Trump. Namun, dia juga mengingatkan setelah terjadi euforia itu, sangat rawan terjadi aksi ambil untung alias profit taking usai terjadi lonjakan tajam pekan lalu.

“Potensi sengekta politik di AS membawa peluang pelaku pasar melakukan aksi ambil untung. Resistance IHSG di level 5.381 sampai 5.500 dan support di level 5.246 sampai 5.161,” kata dia dalam riset yang diterima TrenAsia.com, Minggu, 8 November 2020.

Tidak hanya IHSG, Hans juga memprediksi hasil pemilu AS membuat mata uang paling rapuh terhadap dolar AS di dunia mengalami penguatan tajam. Misalnya, rupiah, yen Jepang, dan won Korea Selatan.

Kekalahan Trump juga diperkirakan membawa angin segar bagi obligasi pemerintah Indonesia. Terlebih, nilai tukar rupiah yang terbilang undervalue, biaya lindung nilai yang relatif rendah, serta yield US Treasury masih akan tetap rendah.

Presiden AS Donald Trump dan Presiden AS terpilih Joe Biden / Reuters
Sengketa Pilpres AS

Dia bilang, pelaku pasar sangat memperhatikan Pemilu AS lantaran bakal mempengaruhi kebijakan Negeri Paman Sam ke depan. Namun, dia mengingatkan adanya kemungkinan sengketa pemilu lantaran Donald Trump masih belum menerima kekalahan.

“Di beberapa negara bagian penting yang menentukan perhitungan suara, Trump telah mengajukan gugatan hukum sehingga menaikan ketidakpastian pasar. Pemilu yang berakhir di pengadilan dikhawatirkan akan membuat pelaku pasar melakukan aksi ambil untung,” tuturnya.

Menurut dia, kemenangan Biden membawa potensi perang dagang antara China dan AS tidak menjadi lebih buruk. Ada harapan perang dagang AS dengan China, Eropa dan Meksiko akan berhenti.

Dia menjelaskan, hal ini cenderung membuat risiko pasar turun dan menurunkan votalitas pasar. Kondisi demikian cenderung membuat mata uang dunia menguat terhadap dolar AS termasuk yuan, euro, dan lainnya.

Rupiah, kata dia, tidak tertinggal dan dalam beberapa hari mengalami penguatan signifikan. Hal ini juga mendorong dana masuk ke aset berisiko di emerging market.

Harapan stimulus fiskal AS yang besar nampaknya sedikit berkurang menyusul potensi gagalnya gelombang biru Demokrat. Partai Republik diperkirakan masih akan mengontrol Senat dan Partai Demokrat di DPR AS.

Hal ini berpotensi menyulitkan Biden dan Demokrat meloloskan kebijkan stimulus fiskal dalam jumlah besar. Tertundanya kebijakan fiskal sangat mungkin mendorong Federal Reserve (the Fed) mengeluarkan kebijkan moneter yang lebih akomodatif.

Tambahan stimulus moneter, ujarnya, suku bunga rendah dalam jangka panjang karena terbatasnya stimulus fiskal untuk membuat ekonomi AS sulit cepat pulih. Hal ini menjadi keuntungan bagi pasar keuangan di negara-negara berkembang.

Presiden Joko Widodo dan Presiden AS terpilih Joe Biden / Facebook @Jokowi
Investor Asing Borong Saham

Terpisah, Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya memprediksi IHSG pada awal pekan akan bergerak pada rentang 5.236-5.378. Menurut dia, potensi kenaikan jangka pendek masih terlihat dalam pola gerak IHSG.

“Hal ini ditunjang oleh sentimen positif dari pergerakan market global dan regional serta kuatnya fundamental perekonomian yang terlihat dari data perekonomian yang telah terlansir. Hari ini IHSG masih berpotensi berpotensi bergerak pada zona hijau,” kata dia.

Sepanjang pekan lalu, 2-6 November 2020, IHSG ditutup melejit 4,04% ke level 5.335,53. Penguatan didorong oleh Indeks LQ45 yang melesat 5,62% dalam sepekan.

Delapan dari 10 sektor dalam sepekan berakhir di zona hijau dengan dimotori aneka industri yang naik 5,88%. Namun, penguatan IHSG diganjal dua sektor yang memerah yakni agrobisnis turun 0,08% dan properti terpeleset 0,05%.

Sepanjang pekan, investor asing akhirnya mencatatkan aksi beli bersih alias net buy senilai Rp771 miliar. Sehingga, total net sell investor asing sejak awal tahun menipis menjadi Rp46,52 triliun. (SKO)