Aktivitas petani sawit di perkebunan kawasan Pangkalan Bun Kalimantan Selatan. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Nasional

Kemendag: Ekspor CPO Lambat, Kenaikan Harga Sawit Masih Tersendat

  • Menurut Oke, kenaikan harga sawit belum optimal karena stok Crude Palm Oil (CPO) masih banyak menumpuk dan belum diekspor

Nasional

Debrinata Rizky

JAKARTA -  Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Ekspor dan Perluasan Pasar Luar Negeri, Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengungkapkan, harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit saat ini masih tertekan.

Menurut Oke, kenaikan harga sawit belum optimal karena stok Crude Palm Oil (CPO) masih banyak menumpuk dan belum diekspor. Lubernya pasokan CPO di dalam negeri merupakan imbas dari kebijakan pelarangan ekspor yang sempat diberlakukan beberapa waktu lalu.

"Harga CPO masih tertekan karena ada tumpukan stok. Realisasi ekspor masih masih lebih rendah dari sebelumnya dan kebijakan pembebasan pungutan belum banyak berpengaruh," ujar Oke  dalam dialog terkait percepatan eskpor CPO pada Senin 25 Juli 2022.

Meskipun ada peningkatan harga tipis, namun nyatanya beban petani sawit dinilai Oke masih cukup besar. Data Asosiasi Petani Sawit Indonesia (Apkasindo) menunjukkan, harga rata-rata CPO sejak 14 Juli hingga 16 Juli terpantau naik tipis.

Rinciannya, harga CPO naik menjadi Rp1.027 per kg pada 15 Juli dari semula Rp916 per kg di petani swadaya. Lalu kembali naik jadi Rp1.084 di 16 Juli 2022 dan pada 18 Juli 2022 harga CPO di petani swadaya sudah menyentuh angka Rp1.236 per kg.

Hingga saat ini Menteri Perdagangan dan jajaran masih fokus terkait cara meningkatkan TBS sawit. Salah satu cara yang dilakukan dengan meningkatkan angka pengalih ekspor menjadi hampir 1:9 dan menghapus sementara pungutan ekspor.

Oke membenarkan jika memang harga sawit masih belum sesuai dengan yang diharapkan yakni di atas Rp 2000 per kg. Namun sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) Kemendag diminta untuk memprioritaskan distribusi minyak goreng dengan harga terjangkau.