Kemenkes: Orang Indonesia Lebih Pilih Rokok daripada Beli Makanan Berprotein
- Kementerian kesehatan RI atau Kemenkes melaporkan jumlah perokok di Indonesia terus mengalami kenaikan setiap tahunnya, Saat ini ada 70,2 juta orang dewasa yang menjadi perokok. Bahkan belanja rumah tangga lebih banyak digunakan untuk membeli rokok daripada protein.
Nasional
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan jumlah perokok di Indonesia terus mengalami kenaikan setiap tahunnya, Saat ini ada 70,2 juta orang dewasa yang menjadi perokok. Bahkan belanja rumah tangga lebih banyak digunakan untuk membeli rokok daripada protein.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan, berdasarkan data dari GATS, rokok menjadi persentase pengeluaran keluarga terbesar kedua sebanyak 11,9% baik di perkotaan maupun di pedesaan. Hal ini lebih tinggi dibandingkan untuk mengkonsumsi makanan bergizi seperti telur, daging, dan ayam.
"Uang di rumah tangga yang dipakai untuk belanja rokok berkisar rata-rata Rp382 ribu per bulan," katanya saat ditemui di Kemenkes pada Senin, 29 Mei 2023.
- Ekspektasi Suku Bunga The Fed Berbalik, Nilai Kurs Rupiah Masih Berpeluang Melemah
- Fenomena BPR Berguguran Tiap Tahun, Konsolidasi dan Digitalisasi Kuncinya?
- Bring Me The Horizon Kirim Sinyal Konser di Jakarta November
Konsumsi rokok yang meningkat menyebabkan risiko stunting di Indonesia lebih tinggi. Dalam kesempatan yang sama Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Endang Sumiwi, anak atau balita yang tinggal dengan orang tua perokok bisa tumbuh satu setengah kilo lebih rendah dari anak-anak yang tinggal dengan orang tua bukan perokok.
“Kita tahu bahwa angka stunting kita masih tergolong tinggi menurut kategori WHO yaitu di atas 20%, sementara Indonesia masih 21%. Kalau balita berpotensi terpapar rokok di rumahnya maka ini menjadi salah satu hambatan kita dalam menurunkan stunting,” ujar Endang.
Berdasarkan pusat kajian jaminan sosial UI pada 2018 menyebutkan bahwa 5,5% balita yang tinggal dengan orang tua perokok punya risiko lebih tinggi menjadi stunting.
Endang berharap keluarga-keluarga Indonesia mengalihkan belanjanya dan melakukan prioritas ulang pengeluarannya bukan untuk rokok. Hal itu bisa dialihkan untuk beli protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak untuk tumbuh supaya tidak stunting.