Kemenko Marves Kampanyekan Industri Menggunakan Bahan Non Timbal, Ini Bahayanya
- Kemenko Marves mengkampanyekan bahaya penggunaan timbal (Pb) dalam industri yang bersentuhan langsung dengan manusia.
Energi
JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengkampanyekan bahaya penggunaan timbal (Pb) dalam industri yang bersentuhan langsung dengan manusia.
Kampanye tersebut dibahas dalam seminar nasional bertemakan "Menuju Masa Depan Lebih Hijau: Mengenal dan Mendukung Produk Nontimbal untuk Keberlanjutan Kesehatan dan Lingkungan" di Bali, Kamis, 19 Oktober 2023.
Seminar industri bahan non timbal diinisiasi oleh PT Timah Industri yang merupakan bagian dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) bersama Asean Vinyl Council (AVC) yang disambut baik oleh Kemenko Marves.
- Krakatau Steel dan BUMN China Kerja Sama Reaktivasi Fasilitas Iron and Steel Making
- Dirjen Migas Ungkap Penyebab 50 WK Migas Kembali ke Negara
- Kolaborasi Artistik Tanpa Batas Inggris dan Indonesia
Ketua Panitia Seminar Nasional Dirgahayu Maharestu mengatakan, seminar ini bertujuan untuk mengkampanyekan industri non timbal dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya produk nontimbal dalam menjaga kesehatan dan lingkungan.
"Semoga seminar nasional ini dapat menjadi langkah yang signifikan dalam mewujudkan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi semua, kolaborasi industri dan pemerintah juga menjadi faktor pendukung yang penting untuk mewujudkan tujuan kita bersama," kata Dirgahayu dalam keterangannya Rabu, 18 September 2023.
Diketahui timbal merupakan logam berat yang dapat memiliki efek negatif pada tubuh manusia. Meluasnya penggunaan timbal oleh manusia telah memperburuk paparan dan bahaya yang ditimbulkan.
Asal tahu saja, timbal telah terbukti memiliki efek buruk pada kesehatan manusia dan lingkungan, terutama dalam air, tanah, dan udara. Seminar ini penting untuk mendorong penggunaan produk nontimbal sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan.
Sementara itu, penggunaan timbal di Indonesia masih banyak ditemui di berberapa produk dan industri, salah satunya aki, cat besi, dan cat dinding. Produk pipa berbahan PolyCinyl Chloride (PVC) yang mengandung campuran timbal memiliki kemungkinan lepas dalam air.
Bahkan, kasus keracunan timbal secara global diperkirakan berdampak terhadap satu dari tiga anak. Untuk di Indonesia sendiri diperkirakan lebih dari 8 juta anak memiliki kadar timbal dalam darah di atas 5 mikogram per desiliter (μg/dL).
Selain berbahaya bagi kesehatan, berdasarkan data yang diterbitkan Divisi Pediatri Lingkungan di New York University menyebutkan paparan timbal di Indonesia menyebabkan kerugian sekitar USD37,9 miliar.
Dengan demikian, kesadaran masyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan atas paparan timbal dan dampak ke lingkungan hidup serta kesehatan untuk mencegah kontaminasi timbal.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Inaplas Fajar Budiyono menyambut baik kampanye yang dilakukan Kemenko Marves untuk penggunaan nontimbal pada industri.
"Semoga hasil dari seminar kami mendapatkan hasil yang baik untuk keberlanjutan kesehatan dan lingkungan dengan mengadaptasi nontimbal pada industri yang menghasilkan produk bagi masyarakat," kata Fajar
Sebagai tambahan, seminar ini dihadiri oleh berbagai pihak terkait, Kemenko Marves, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Inaplas, AVC, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Mahasiswa.