logo
<p>Baja produksi Gunung Raja Paksi. / Gunungrajapaksi.com</p>
Nasional

Kemenperin Catat Industri Logam dan Baja Tumbuh Positif Tahun 2021

  • Kementerian Perindustrian mencatat indikasi rata-rata puchasing manager index (PMI) selama 2021 menunjukkan angka 50 atau dalam tahap ekspansif.

Nasional

Adinda Purnama Rachmani

JAKARTA - Kementerian Perindustrian mencatat indikasi rata-rata puchasing manager index (PMI) selama 2021 menunjukkan angka 50 atau dalam tahap ekspansif. Hal tersebut ditunjukkan oleh kinerja sektor industri logam dan baja, yang mengalami pertumbuhan positif selama 2021.

Direktur Industri logam, Direktorat Jenderal industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronika Kementerian Perindustrian Budi Susanto mengatakan, pertumbuhan positif sektor baja akibat upaya pengendalian yang dilakukan pemerintah dengan konsep smart supply demand yang diterapkan dengan berpihak pada industri baja nasional, mulai dari sektor hulu, hingga hilir.

"Peningkatan kebutuhan baja ini didukung kebijakan PPnBM otomotif, yang juga tumbuh hngga 27% di kuartal III 2021," ucap Budi Santoso di Jakarta, Sabtu, 22 Januari 2022.

Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat di kuartal III 2021 sektor industri logam dengan HS 72-73 mampu tumbuh di atas 9,82%. Kinerja tersebut didukung ekspor produk baja hingga November 2021 yang mencapai US$19,6 miliar setara dengan Rp280,8 triliun (Kurs dollar Rp14.329 JISDOR) dan mengalami surplus sebesar US$6,1 miliar setara dengan Rp87,4 triliun.

Selanjutnya, Direktur Utama PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) Handjaja Susanto mengatakan salah satu keberhasilan perusahaan memperoleh laba bersih hingga Rp100 miliar, berkat kontrol dari pemerintah terhadap impor baja. Sehingga pasar impor banyak beralih ke pasar lokal.

Hingga triwilan III 2021, investasi di sektor logam menunjukkan kinerja yang cukup positif mencapai Rp87,73 triliun. Serta utilisasi di sektor tersebut di atas 60%.

"Optimisme industri baja nasional terus dijaga dengan upaya hilirasi dan subtitusi impor yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Contohnya di industri baja lapis yang kinerjanya meningkat sangat baik," ucap Handjaja Susanto.

Dengan adanya program pemerintah mengenai pengendalian impor, program substitusi impor, termasuk penurunan nilai impor untuk beberapa produk baja bisa menjadi pendorong kinerja industri baja pada periode selanjutnya.