Kemenperin Catatkan 179 Jenis Hilirisasi Industri Kelapa Sawit
- “Saat ini kami mencatat terdapat 179 ragam jenis hilirisasi sawit, dan sekitar 90% volume berupa produk hilirisasi, " ujar Direktur Jenderal Industri Agro.
Nasional
SURABAYA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika menyebutkan hingga kini tercatat ada 179 jenis produk hilirisasi dalam program hilirisasi industri kelapa sawit.
“Saat ini kami mencatat terdapat 179 ragam jenis hilirisasi sawit, dan sekitar 90% volume berupa produk hilirisasi, serta hanya sekitar 10% produk ekspor berupa bahan baku Crude Palm Oil (CPO) maupun Crude Palm Kernel Oil (CPKO,” ujar Putu dalam Pekan Riset Sawit Indonesia (PERISAI) 2023 yang diadakan pada Kamis, 26 Oktober 2023 di Surabaya.
Pada kesempatan yang sama, Putu juga menyebutkan industri kelapa sawit menjadi salah satu industri di Indonesia yang cukup stabil. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan industri kelapa sawit yang tercatat sebesar 3,57% pada kuartal III 2023.
- Honda dan GM Batal Kerja Sama Bangun Kendaraan Listrik Murah
- Hingga September 2023, Penerimaan Pajak di Indonesia Capai Rp1.387 Triliun
- Genjot Produksi, Pertamina Hulu Rokan Lakukan Transformasi Digital
Kontribusi industri kelapa sawit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terbilang besar yakni tercatat mencapai 50,87%.
Putu menjelaskan hingga September 2023 industri kelapa sawit Indonesia masih menunjukkan tren ekspansi yang terus meningkat. Hal tersebut tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang tercatat pada level 52,51%, turun tipis sebesar 0,71% dibandingkan bulan Agustus yang sebesar 53,22%.
Peringkat Pertama
Saat ini, Indonesia masih menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan industri kelapa sawit terbesar di dunia. Oleh karena itu, pemerintah menurut Putu telah menempatkan industri ini menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional.
Oleh karena itu, Putu mewakili Kemenperin mengungkapkan apresiasinya terhadap berbagai upaya penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti dari berbagai lembaga. Menurutnya, penelitian dan inovasi untuk pengembangan program hilirisasi kelapa sawit merupakan hal yang sangat penting dalam rangka meningkatkan nilai produk dari kelapa sawit serta membangun industri yang berkelanjutan.
"Dari hasil pencapaian itu, tidak lepas dari peran kontribusi riset atau inovasi pengembangan teknologi untuk produksi hilir kelapa sawit. Oleh karena itu, kami mengapresiasikan para pihak seperti, akademisi, lembaga riset dan perusahaan industri yang telah meningkatkan sektor kelapa sawit ini," ujar Putu.
- 8 Rekomendasi Wisata di Trenggalek
- WIKA Sepakati 8 Jurus Restrukturisasi Keuangan dalam RUPSLB
- Siapa Javier Milei? Kandidat 'Gila' yang Kejutkan Pemilihan Argentina
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono memproyeksikan produksi CPO Indonesia akan mengalami penurunan karena adanya hambatan dari pasar global, salah satunya adalah implementasi European Union Deforestation Regulation (EUDR). Hal tersebut diperkirakan membuat penurunan produksi yakni hanya mampu memproduksi sekitar 50 juta ton pada 2028.
"Produksi CPO tahun 2028 diperkirakan 50 juta ton, dan dikhawatirkan masih pada 51 juta ton di 2035," ujar Eddy.
Produksi minyak kelapa sawit atau CPO sendiri hingga akhir 2022 mencapai 51,2 juta ton dengan total nilai ekspor sebesar US$29,7 miliar atau sekitar Rp472,95 triliun (kurs Rp15.924).