Nampak sejumlah pekerja tengah melakukan bongkar muat semen di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Selasa 6 Juni 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Nasional

Kemenperin Sebut Industri Semen Tidak Sebabkan Polusi Udara, Benarkah?

  • Di sisi lain sejumlah industri semen dilaporkan telah memanfaatkan energi baru dan terbarukan dalam usaha menggantikan batu bara.

Nasional

Bintang Surya Laksana

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pastikan aktivitas operasional industri semen di kawasan Jabodetabek tidak menjadi salah satu penyebab polusi udara di Jakarta yang sempat ramai beberapa waktu lalu. 

Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Ditjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Wiwik Pudjiastuti, dapat memastikan hal tersebut karena seluruh industri semen yang beroperasi di kawasan Jabodetabek mayoritas telah menerapkan Continuous Emission Monitoring System (CEMS).

Wiwik dilansir dari Antara Senin 28 Agustus 2023 menyebutkan, CEMS sudah terhubung langsung dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). 

“Jadi dari waktu ke waktu sebenarnya KLHK sudah bisa mengontrol posisi emisi yang dikeluarkan industri semen,” tambah Wiwik pada 28 Agustus 2023. 

Lewat CEMS, pemerintah sudah bisa mengawasi dan melakukan pengendalian emisi yang dikeluarkan industri. Oleh karena itu, Wiwik dapat membantah bahwa industri semen bukan menjadi salah satu sumber polusi udara di Jabodetabek.

“Kalau semen jadi penyebab, dari awal-awal KLHK sudah tahu duluan karena sudah terhubung langsung di KLHK,” sebut Wiwik. 

Sebelumnya, Wiwik menyebut bahwa timnya telah melakukan analisis pada tiga pabrik semen di wilayah Jabodetabek, yaitu PT Solusi Bangun Indonesia Tbk, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dan PT Jui Shin Indonesia. Wiwik mengungkapkan bahwa pengawasan yang telah dilakukan dan menunjukkan tingkat emisi yang dihasilkan tidak melebihi batas yang telah ditetapkan.

Berdasarkan situs World Emission Clock, sektor industri di Indonesia menjadi yang terbesar ketiga dalam sumbangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di bawah sektor agrikultur dan sektor energi. Sektor ini menyumbang emisi GRK pada CO2eq 2023 sebesar 283,9 Metrik Ton (MT) dengan emisi per detik diperkirakan sebesar 9 ton/detik. 

Sub sektor pada sektor ini dengan sumbangan emisi karbon terbesar adalah limbah dengan sumbangan 137,1 MT. Selanjutnya ada sub sektor industri lainnya yang menyumbang emisi karbon sebesar 84,2 MT, dan sub sektor semen menjadi penyumbang emisi karbon terbesar ketiga dengan besar senilai 24,9 MT. 1 MT sama dengan 1 ton.  

Artinya walau bukan menjadi yang terbesar, namun industri semen disebutkan masih masuk dalam jajaran sebagai penyumbang emisi terbesar di Indonesia. Di sisi lain sejumlah industri semen dilaporkan telah memanfaatkan energi baru dan terbarukan dalam usaha menggantikan batu bara. 

Wiwik tidak mejelaskan berapa besaran sebenarnya emisi yang dikeluarkan oleh industri semen di Jakarta.