Kementerian BUMN Siap jadi Pembeli Siaga Bahan Kebutuhan Pokok
- Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan, bahwa Kementerian BUMN siap menjadi pembeli siaga (off taker) untuk urusan bahan-bahan pokok.
Nasional
JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan, bahwa Kementerian BUMN siap menjadi pembeli siaga (off taker) untuk urusan bahan-bahan pokok.
Hal itu tercermin dari kondisi rantai pasok dunia yang diperkirakan masih akan terganggu pada tahun depan.
Maka dari itu, salah satu kunci agar bisa bertahan, Indonesia harus mampu menjaga kondisi supply change atau rantai pasok pangan nasional.
"BUMN siap untuk menjadi pembeli siaga (off taker) bahan-bahan kebutuhan pokok pada tahun depan. Namun, syaratnya adalah perlu disertai dengan penugasan yang jelas dari pemerintah terhadap BUMN pelaksana fungsi off taker itu," katanya dalam keterangan resmi, Selasa, 6 Desember 2022.
- Pangkas Impor, Menteri ESDM Dorong SKK Migas Percepat Target 1 Juta Barel
- Pengamat Ungkap Dampak Kepemimpinan Erick Thohir untuk Transformasi Energi dalam Negeri
- Ekonomi 2023 Bakal Positif, DPK Perbankan Diproyeksi Menggemuk hingga 9 Persen
Erick menambahkan penugasan tersebut diperlukan agar para pemimpin di BUMN pelaksana off taker tidak ragu dan khawatir atas dugaan pelanggaran yang dituduhkan kepada mereka.
"Bulog bisa menjadi stabilisator (harga), dimana ketika dia mengambil barang (bahan makanan pokok), ternyata ketika harus dikeluarkan, malah tidak bisa keluar, karena harga pada saat pembelian lebih tinggi dibandingkan pada saat akan dikeluarkan. Sehingga dikhawatirkan menjadi kerugian negara. Padahal konsepnya berbeda," tambahnya.
Erick juga menekankan, bahwa mekanisme pelaksanaan fungsi off taker harus diatur agar terdapat dana besar. Dana itu lanjutnya, iisa disimpan di Himbara dengan bunga yang murah.
Maka dengan dana itulah, BUMN pelaksana fungsi off taker menyerap bahan pangan pokok dari petani, kapan pun, baik pada saat harga naik maupun turun.
Lebih lanjut, Erick menyampaikan peran BUMN terhadap ketahanan pangan merupakan bentuk antisipasi untuk menekan harga pangan.
Tingginya potensi inflasi pada tahun depan dapat disebabkan oleh dua sumber, yaitu tingginya harga bahan bakar minyak (BBM) dan melonjaknya harga pangan.
"Karena itu, BUMN harus membantu kementerian lain, bagaimana mengintervensi kebutuhan pangan yang naik turun. Tetapi tetap dengan penugasan yang jelas, mana orientasi pasar dan mana penugasan yang memang bukan pasar. Salah satu mekanisme yang didorong adalah bagaimana ada dana besar ditaruh di Himbara dengan bunga rendah, lalu ID Food dapat ditugaskan sebagai market, dan Bulog sebagai stabilisator" kata Erick.