<p>Ilustrasi baterai listrik kendaraan dalam mobil Toyota / Pixabay</p>

Kementerian ESDM Kembangkan Anoda Baterai Berbahan Dasar Batu Bara

  • JAKARTA – Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batu Bara  (Tekmira), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menginisiasi penelitian anoda baterai berbahan batu bara dengan mengkonversinya menjadi bahan baku pitch bernilai tinggi. Penelitian ini bertujuan mendukung program hilirisasi batu bara  menjadi bahan baku grafit sintetik yang bernilai tinggi. Kegiatan difokuskan pada pembuatan prekursor […]

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batu Bara  (Tekmira), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menginisiasi penelitian anoda baterai berbahan batu bara dengan mengkonversinya menjadi bahan baku pitch bernilai tinggi.

Penelitian ini bertujuan mendukung program hilirisasi batu bara  menjadi bahan baku grafit sintetik yang bernilai tinggi. Kegiatan difokuskan pada pembuatan prekursor karbon dari residu distilasi ter batu bara  sebagai material penyimpanan energi.

“Grafit merupakan bahan baku utama anoda baterai yang umum digunakan pada baterai peralatan elektronik seperti baterai telepon genggam, laptop dan kendaraan listrik. Material ini berkinerja tinggi dan memiliki kapasitas pengisian cepat dan umur yang panjang,” kata Koordinator KP3 Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batu Bara, Slamet Handoko dalam siaran pers, Senin, 11 Januari 2021.

Saat ini, sekitar 83% pasokan grafit alam dunia berasal dari Tiongkok dan Brasil. Namun tidak semua grafit alam dapat digunakan sebagai anoda baterai, karena alasan kemurnian dan kualitas ukuran kristalnya.

Grafit sintetik memiliki kemurnian dan ukuran kristal yang homogen. Sayangnya biaya proses pembuatan grafit sintetik secara konvensional dari minyak bumi masih mahal, mencapai 10 kali biaya pengolahan grafit alam.

Walaupun harga grafit sintetik melangit, proporsi pemakaian grafit sintetik sebagai anoda baterai tidak berkurang. Untuk menekan biaya produksi, biasanya grafit sintetik dicampur dengan grafit alam olahan (spherical graphite).

“Per 2014, proporsi grafit sintetik mencapai 33-40 persen dan diprediksi terus meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan baterai mobil listrik,” ujar Slamet.

Tren Kendaraan Listrik

Berdasarkan data yang produsen mobil listrik Tesla, permintaan grafit alam diperkirakan meningkat setiap tahunnya sebesar 154%. Ini menempatkan grafit sebagai bahan galian paling diburu ke depannya.

Oleh karena itu penelitian grafit sintetik perlu dilakukan untuk mengantisipasi ledakan permintaan, apalagi Indonesia tidak memiliki tambang grafit alam yang ekonomis.

Di samping itu, batu bara  peringkat rendah di Indonesia sangat berlimpah dan potensinya cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai prekursor karbon dalam pembuatan anoda baterai.

“Kunci keberhasilan dipengaruhi dua aspek yaitu efektivitas pembuatan mesophase dan pemilihan jenis katalis. Saat ini tim peneliti masih berfokus pada pembuatan mesophase dan ke depan akan mengembangkan katalis yang cocok dan ekonomis,” sambung Ketua Tim Penelitian, Phiciato.