Nampak pelanggan tengah melakukan pengisian BBM jenis Pertamax di sebuah SPBU kawasan Kebun Jeruk Jakarta Barat. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Energi

Kementerian ESDM Pastikan Penggunaan BBM Rendah Sulfur Bisa Tekan Emisi

  • Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, sektor transportasi memegang kunci penting dalam upaya penurunan emisi. Namun penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan sulfur tinggi menjadi salah satu penyumbang emisi, maka mengganti dengan BBM yang rendah sulfur menjadi sebuah keharusan agar kualitas udara tidak bertambah buruk.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, sektor transportasi memegang kunci penting dalam upaya penurunan emisi. 

Namun penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan sulfur tinggi menjadi salah satu penyumbang emisi, maka mengganti dengan BBM yang rendah sulfur menjadi sebuah keharusan agar kualitas udara tidak bertambah buruk.

Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (Biro Klik) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agus Cahyono Adi mengatakan, BBM rendah sulfur adalah sebuah kebutuhan. Karena kita semua tahu kualitas udara kita saat ini kurang bagus dan salah satu penyebabnya adalah BBM kita yang mengandung sulfur yang tinggi

Agus menambahkan, untuk pelaksanaannya sendiri, Pemerintah telah membuat peta jalan (road map) pelaksanaan pendistribusian BBM rendah sulfur tersebut dan tentunya menjadi rujukan dalam pelaksanaanya. "Road map pemanfaatan BBM rendah sulfur sudah tersedia, tentunya pelaksanannya akan mengikuti road map tersebut," katanya di Kantor Kementerian ESDM Jakarta dilansir Senin, 7 Oktober 2024.

Indonesia juga berkomitmen untuk mengurangi emisi untuk menjaga kenaikan suhu global dengan menaikkan Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC) dari target pengurangan emisi karbon menjadi 32% (912 juta ton CO2) pada tahun 2030 dari sebelumnya 29% atau setara 835 juta ton CO2.

Penggunaan BBM bersulfur rendah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi emisi yang menjadi pemicu naiknya suhu pemanasan global tersebut.

Berdasarkan peta jalan yang ada, pendistribusian BBM bersulfur rendah jenis minyak solar bersulfur rendah pada tahap awal akan mulai didistribusikan di Jakarta, Cikampek dan Balongan, dilanjutkan kemudian pada periode berikutnya di Nusa Tenggara dan Kalimantan dan dilanjutkan kemudian ke Sulawesi, Papua dan Maluku.

Sementara pendistribusian jenis bensin bersih bersulfur rendah tahap awal akan mulai didistribusikan di daerah Sumatera bagian utara (Sumbagut) dilanjutkan ke Sumatera bagian selatan sebagian, kemudian Banten dan Jawa Tengah bagian utara dilanjutkan kemudian pendistribusian di Kalimantan Barat.

Urgensi BBM Rendah Sulfur

Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, memprediksi harga BBM rendah sulfur itu akan lebih mahal. Namun hal ini dinilai belum terlalu penting untuk dirilis Agustus mendatang.

“Harganya pasti lebih mahal, kita juga belum tahu apakah itu Green Pertamax atau campuran etanol tapi itu rendah sulfur. Pasti harganya lebih mahal,” ujar Fahmy kepada TrenAsia.com.

Namun uji coba BBM rendah sulfur ini tidak masalah selama tidak menggantikan BBM subsidi yang ada saat ini. Meski ada BBM rendah sulfur ia pesimistis jika konsumsi masyarakat akan bergeser ke BBM rendah sulfur tersebut akibat harga yang diperkirakan lebih mahal, kecuali untuk masyarakat segmen atas.

Bahkan Ia mencontohkan, bahan bakar B40 mengandung 40% biodiesel ditambah 60% solar. Karena solar masih mengandung 60%, kontribusi terhadap lingkungan dinilai tidak signifikan.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa Indonesia akan memiliki bahan bakar minyak (BBM) jenis baru. BBM anyar ini diklaim memiliki kandungan sulfur yang lebih rendah.

BBM baru yang rendah sulfur dan emisi diujicobakan mulai 17 Agustus 2024.  Menurutnya, kehadiran BBM baru ini merupakan solusi atas permasalahan polusi udara di perkotaan. Persoalan polusi udara sendiri disebabkan oleh penggunaan BBM dengan kandungan sulfur tinggi.