Industri

Kementerian Investasi dan AP II Tawarkan 3 Proyek di Kualanamu ke Swasta

  • Kementerian Investasi/BKPM dan Angkasa Pura II menawarkan tiga proyek di Bandara Kualanamu, Sumatra Utara.
Industri
Laila Ramdhini

Laila Ramdhini

Author

JAKARTA - Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II (Persero) dan PT Angkasa Pura Aviasi menawarkan tiga proyek investasi di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatra Utara.

Ketiga proyek yang ditawarkan dalam kegiatan market sounding yang digelar secara daring, Kamis, 16 September 2021, itu adalah Airport City yang terdiri dari hotel, convention hall, lapangan golf & driving range, theme park, retail, dan rumah sakit; E–Commerce Center Warehouse; dan Integrated Commercial Area- Factory Outlet and MICE.

"Pelayanan infrastruktur bandara yang dapat meningkatkan iklim investasi sangat dibutuhkan, terutama pada kondisi bisnis bandara yang sedang turun," kata Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi Nurul Ichwan dalam keterangan tertulis, Jumat, 17 September 2021.

Menurut Nurul, pengelolaan infrastruktur transportasi udara dituntut untuk mampu berinovasi dalam pengembangan bisnis agar dapat terus memberikan pelayanan yang baik.

"Dengan ketiga proyek yang ditawarkan ini, kami yakin dapat mendukung pengelolaan bandara sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatra Utara maupun Indonesia," imbuhnya.

Nurul berharap pengelolaan bandara itu tidak hanya dapat meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, melainkan juga dapat mewujudkan konsep bandara masa depan sebagai infrastruktur multimoda dan multifungsi yang dapat mendorong pengembangan kawasan di sekitarnya.

Mitra Strategis

Direktur PT Angkasa Pura Aviasi Haris menyampaikan pihaknya saat ini dalam tahap mencari mitra strategis untuk menjadi rekan dalam mengelola dan mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu.

Mitra strategis akan menjadi pemegang saham maksimal 49% di PT Angkasa Pura Aviasi, sementara sebesar 51% saham akan dikuasai Angkasa Pura II.

Haris meyakinkan model pengembangan bandara ini akan menguntungkan dan mengakselerasi peningkatan bisnis kebandarudaraan Indonesia.

Keuntungan dari strategic partnership ini adalah masuknya Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia yang terdiri dari Capex Commitment dan Upfront Payment, serta pengembangan aset di Kualanamu guna mewujudkan 3E yaitu Expansion The Traffic, Expertise Sharing, dan Equity Partnership dengan tujuan menjadikan Bandara Kualanamu sebagai International Airport Hub di kawasan wilayah barat Indonesia.

"Pengembangan kawasan airport city dapat bersinergi dengan mitra-mitra potensial. Dengan adanya kolaborasi antara pemangku kepentingan dengan mitra usaha ini, diharapkan dapat menjadi salah satu motor penggerak ekonomi (economic driver) di kawasan barat Indonesia, khususnya di wilayah Sumatra Utara," jelas Haris.

Ke depan, kapasitas terminal penumpang Bandara Internasional Kualanamu akan ditingkatkan hingga mencapai 40 juta penumpang per tahun.

Pada masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 sekarang, bandara ini melayani penumpang sekitar 2.000 - 3.000 penumpang per hari. Sedangkan di masa normal dapat melayani penumpang berkisar 9 juta - 11 juta penumpang per tahun.

Menurut Haris, pertumbuhan angkutan kargo juga cukup besar. Hal ini didukung dengan data angkutan kargo di Bandara Internasional Kualanamu dalam tiga tahun terakhir yang mencapai rata-rata 50.000 ton dalam setahun.

Bandara Kualanamu saat ini memiliki kapasitas terminal penumpang 9 juta orang per tahun dan menyandang status Bintang 4 dari Skytrax. Akses menuju Bandara Kualanamu didukung dengan berbagai alternatif, mulai dari Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi hingga akses dengan Kereta Bandara Railink dengan waktu tempuh dari bandara ke pusat kota Medan sekitar 30 menit.