<p>Bakrie Tower di Kawasan Rasuna Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, milik PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) / Dok. Perseroan</p>
Korporasi

Kemesraan Duo Konglomerat Anthoni Salim dan Bakrie

  • Anthoni Salim akan menempatkan salah satu orang kepercayaannya di jajaran dewan komisaris Darma Henwa
Korporasi
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Dua konglomerasi Tanah Air, Grup Bakrie dan Grup Salim terpantau kian lengket. Usai masuknya Grup Salim ke dua entitas milik Grup Bakrie yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT PT Bumi Resources Minerals Tbk (BMRS), kini konglomerat terkaya nomor lima di Indonesia versi majalah Forbes, Anthoni Salim, kembali membeli saham perusahaan pertambangan dan energi Grup Bakrie milik eks Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, yakni PT Darma Henwa Tbk (DEWA).

Anthoni Salim, pemilik Grup Indofood dengan kekayaan US$7,5 miliar setara Rp111,5 triliun (asumsi kurs Rp14.876 per dolar AS) ini memang tengah getol masuk ke bisnis sektor pertambangan dan energi. Getolnya pemilik Indomie ini masuk sektor pertambangan dan energi dengan cara mengakuisisi sejumlah saham-saham perusahaan terafiliasi Grup Bakrie.

Berdasarkan sumber TrenAsia.com yang kredibel, masuknya Anthoni Salim ke saham emiten jasa kontraktor pertambangan Darma Henwa, akan terjadi saat rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang dijadwalkan pada Rabu, 14 Juni 2023.

Teguh Boentoro

Anthoni Salim akan menempatkan salah satu orang kepercayaannya di jajaran dewan komisaris Darma Henwa. "Betul (Anthoni Salim masuk Darma Henwa). Teguh Boentoro (Yang akan masuk ke Darma Henwa)," ujar sumber internal Grup Bakrie tersebut, Selasa, 13 Juni 2023.

Teguh Boentoro merupakan Komisaris Independen PT Amman Mineral International Tbk (AMAN). Dia juga menjabat sebagai Komisaris PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).

Masuknya Teguh ke Grup Bakrie bukan kali ini saja terjadi. Teguh didaulat sebagai Komisaris BRMS sejak Anthoni Salim menampung aset-aset tambang milik Bakrie lewat usaha patungan dengan mendiang Konglomerat Arifin Panigoro.

Jika ditelusuri, pemegang saham DEWA memang telah memberikan restu untuk penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. DEWA akan menerbitkan saham baru seri A sebanyak 21,85 miliar saham dengan nominal Rp100 per lembar dan seri B dengan nominal Rp50 sebanyak 30 miliar lembar. Rencana itu diputuskan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada pertengahan tahun 2022 silam.

BUMI

Tahun lalu, kedekatan Grup Salim terekam dari akuisisi BUMI. Masuknya perusahaan milik Anthoni Salim ke BUMI diketahui lewat dua perusahaan cangkang luar negeri, yakni Mach Energy Limited (MEL) dan Treasure Global Investment (TGIL).

Keduanya menyerap saham BUMI lewat aksi penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) alias private placement. Ceritanya, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Selasa, 11 Oktober 2022 merestui private placement yang bertujuan untuk memperkuat struktur modal perseroan, meningkatkan profit, menurunkan rasio utang, dan meningkatkan nilai perusahaan dan nilai investasi.

Nilai transaksi private placement mencapai US$1,6 miliar atau setara Rp24 triliun. Hasilnya, MEL menyerap 85% dari private placements, sementara TGIL mengambil 15% sisanya. Saat ini, MEL mengempit 45,78% saham BUMI dan TGIL 8,08%.

Presiden Direktur BUMI Adika Nuraga Bakrie menjelaskan, masuknya Grup Salim akan dimanfaatkan perseroan untuk ekspansi ke sektor non-batu bara. Salah satu sektor yang dibidik adalah industri amonia, sejalan dengan rencana pemerintah dalam program Beyond Coal 2030.

BRMS

Pada entitas Bakrie yang lain, Grup Salim dikabarkan masuk ke BRMS melalui Emirates Tarian Global Ventures (ETGV) secara bertahap. Kini, genggaman Grup Salim di BRMS mencapai porsi 25,1%.

Selain lewat ETGV, Grup Salim juga menempatkan Agus Projosasmito sebagai Direktur Utama BRMS menggantikan Suseno Kramadibrata yang kini menjabat sebagai Wakil Direktur Utama. Sebelumnya, Agus merupakan petinggi di PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).

Rupanya, penempatan Agus di BRMS merupakan strategi bisnis mengamankan bahan baku ke Amman Mineral. Selain Agus, orang-orang Amman yang ditarik ke BRMS adalah Adrian Wicaksono sebagai direktur dan Teguh Boentoro sebagai komisaris.