visuals-vnfyiXo0BR8-unsplash.jpg
Dunia

Kemunduran Biden Potensi Ubah Peta Pilpres AS, Swing States Kunci Kemenangan

  • Dalam sistem pemilihan presiden AS, presiden tidak dipilih langsung oleh suara rakyat, melainkan melalui Electoral College, di mana jumlah suara elektoral bervariasi antar negara bagian.

Dunia

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden  mengumumkan pengunduran diri dari pencalonan Pilpres AS 2024. Langkah ini menjadikan siapa yang menjadi calon yang akan maju menjadi memanas.

“Merupakan kehormatan terbesar dalam hidup saya untuk menjabat sebagai Presiden Anda. Dan meskipun saya sudah berniat untuk mencalonkan diri kembali, saya yakin demi kepentingan terbaik partai saya dan negara saya, jika saya mundur dan hanya fokus pada dalam memenuhi tugas saya sebagai Presiden selama sisa masa jabatan saya," terang Biden di akun X resminya @JoeBiden.

Konvensi Partai Demokrat

Siapa yang akan maju sebagai calon presiden Partai Demokrat akan ditenukan dalam konvensi Nasional Partai Demokrat akan digelar 19-22 Agustus di Chicago, konvensi ini diprediksi menjadi ajang krusial bagi partai tersebut. 

Meski umumnya calon presiden dikukuhkan saat konvensi, kali ini pengumuman calon bisa dilakukan lebih awal untuk mengantisipasi potensi gugatan hukum, apalagi partai Demokrat diketahui dalam kondisi genting, semenjak Biden tiba tiba mengundurkan diri.

Analis politik Keith Preston memperkirakan Partai Demokrat akan bersatu mendukung Wakil Presiden Kamala Harris sebagai capres. 

"Mungkin ada tantangan terhadap pencalonannya di konvensi, tetapi saat ini, tampaknya Partai Demokrat ingin menyatukan barisan dan menghindari konvensi yang berpotensi kontroversial," terang Preston, dilansir Antara, Senin, 22 Juli 2024.

Namun, Preston tidak menampik kemungkinan adanya konflik internal terhadap pencalonan Harris. Meski demikian, partai tampaknya berupaya membranding dili dalam kondisi bersatu guna menghindari kontroversi yang dapat merusak potensi suara yang diperoleh partai demokrat.

"Bisa jadi ada pihak yang berbeda di dalam partai yang berpotensi menantang pencalonannya di konvensi, dengan kemungkinan dukungan dari faksi penolak di partai," tambah Preston.

Hingga juli 2024, survei menunjukkan elektabilitas Harris sejajar dengan Presiden Joe Biden, meski masih tertinggal tipis dari rivalnya dari partai Republik Donald Trump. Menurut preston hasil jajak pendapat saat ini belum tentu mencerminkan hasil pemilu mendatang secara akurat.

Faktor kunci dalam pemilu diprediksi akan bergantung pada swing voters di beberapa negara bagian penting. Selain itu, tingginya partisipasi pemilih diperkirakan akan menguntungkan partai penantang, yang berpotensi mengubah dinamika pemilihan secara signifikan.

Pertarungan Sengit di Beberapa Negara Bagian

Dalam sistem pemilihan presiden AS, presiden tidak dipilih langsung oleh suara rakyat, melainkan melalui Electoral College, di mana jumlah suara elektoral bervariasi antar negara bagian. 

Untuk memenangkan kursi kepresidenan, kandidat harus mendapatkan setidaknya 270 suara elektoral. Negara-negara kunci, di mana kedua partai utama memiliki peluang seimbang untuk menang, sangat penting dalam menentukan hasil pemilihan. Berikut adalah beberapa negara-negara kunci untuk pemilihan memenangkan pilpres AS 2024

Arizona (11 suara elektoral)

Masyarakat Arizona biasanya mendukung Republik, Pada tahun 2020 Arizona beralih ke Biden dengan margin tipis 0,3%. Perdebatan seputar imigrasi dan populasi Latino yang besar menjadikannya sebagai arena penting. Trump berusaha mendapatkan dukungan Latino dengan menarik nilai-nilai tradisional Amerika Latin.

Georgia (16 suara elektoral)

Georgia dulunya merupakan arena kuat untuk partau Republik, Georgia beralih ke Biden pada 2020 dengan margin 0,25%. Inflasi dan kenaikan biaya hidup menjadi perhatian utama pemilih. Populasi Afrika-Amerika di negara bagian ini mendukung Biden pada 2020.

Michigan (15 suara elektoral)

Michigan dulunya merupakan basis Demokrat, Michigan beralih ke Trump pada tahun 2016 namun kembali ke Biden pada 2020. Komunitas Arab-Amerika yang besar, dan sensitif terhadap sikap Biden terhadap Israel, akan mempengaruhi perolehan suara partai.

Nevada (6 suara elektoral)

Nevada secara historis merupakan basis Demokrat, Nevada mengalami berbagai masalah ekonomi seperti pengangguran tinggi dan pemulihan ekonomi yang lambat pasca-pandemi.

Pennsylvania (19 suara elektoral)

Trump berhasil memenangkan Pennsylvania dengan margin tipis pada tahun 2016, tetapi Biden merebutnya pada pilpres 2020. Lanskap sosio-ekonomi yang beragam, termasuk basis Demokrat di kota-kota dan basis Republik di pedesaan, menjadikan kontestasi kedua partai menjadi semakin menarik.

Wisconsin (10 suara elektoral)

Negara bagian ini dulunya mendukung Demokrat, Wisconsin beralih ke Trump pada pilpres 2016 namun kembali ke Biden pada tahun 2020. 

North Carolina (16 suara elektoral)

North Carolina memiliki sejarah politik yang fluktuatif, North Carolina juga menghadapi isu ekonomi dan biaya perumahan yang mahal. Populasi kulit putih non-Hispanik dan Afrika-Amerika yang besar membuatnya tetap menjadi swing state yang sangat penting.