Kenaikan Harga Minyak Tambah Tekanan untuk Rupiah di Paruh Kedua 2023
- Harga minyak mengalami lonjakan seiring dengan prospek pasokan yang lebih ketat dan optimisme dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) terhadap ketahanan permintaan energi di negara-negara maju.
Finansial
JAKARTA - Kenaikan harga minyak mentah yang mencapai rekor tertinggi sepanjang tahun ini menjadi tekanan baru untuk nilai kurs rupiah di paruh kedua 2023.
Pada perdagangan kemarin, Selasa, 12 September 2023, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menyentuh harga tertinggi di posisi US$89,37 (Rp1,37 juta dalam asumsi kurs Rp15.344 per-dolar Amerika Serikat/AS) perbarel. Sementara itu, harga minyak mentah Brent mencapai harga tertingginya di level US$92,4 (Rp1,42 juta) perbarel.
Setelah perdagangan kemarin ditutup dengan harga minyak mentah yang menembus rekor tertinggi sepanjang tahun ini, kurs rupiah pun tertekan sepanjang perdagangan hari ini.
- Laba Meningkat Hingga 158 Persen, Berikut Perjalanan Transformatif SEA Bank
- Link Live Streaming Rilis iPhone 15 dan Gawai Baru Apple di Youtube
- 11 Rekomendasi Tempat Wisata di Wonosobo yang Wajib Dikunjungi
Menurut data perdagangan Bloomberg, Rabu, 13 September 2023, rupiah ditutup melemah hingga 28 poin di posisi Rp15.371 per-dolar AS.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa harga minyak mentah yang terus merangkak naik menjadi faktor yang menekan rupiah.
Harga minyak mengalami lonjakan seiring dengan prospek pasokan yang lebih ketat dan optimisme dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) terhadap ketahanan permintaan energi di negara-negara maju.
OPEC sendiri memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak global akan tetap kuat pada tahun 2023 dan 2024, yang mana pada tahun depan OPEC memperkirakan permintaan minyak dunia akan naik hingga 2,25 juta barel perhari.
"Harga minyak mentah yang terus naik membebani rupiah karena Indonesia adalah importir sehingga kebutuhan dolar AS meningkat," kata Ariston kepada TrenAsia, Rabu, 13 September 2023.
Senior Economist PT Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan, peningkatan harga komoditas dan minyak dunia dapat menjadi faktor yang menekan rupiah.
Rully menyoroti bagaimana harga minyak dunia yang merangkak naik ini dapat berdampak kepada arh kebijakan moneter di negara-negara maju yang masih berkutat dengan inflasi.
"Masih tingginya inflasi di masing-masing negara saat ini, yang dapat diperburuk oleh kenaikan harga komoditas dan minyak dunia, dapat berdampak kepada arah kebijakan moneter di negara-negara tersebut," kata Rully dalam acara Media Day by Mirae Asset, Selasa, 12 September 2023.
- Komitmen Link Net pada Bisnis Berkelanjutan Sukses Membuahkan Penghargaan TrenAsia ESG Award
- Misteri Materi Gelap: Memahami Komponen Tersembunyi Alam Semesta
- TrenAsia ESG 2023: Matahari jadi Teladan Bisnis Berkelanjutan
Dengan naiknya harga komoditas seiring dengan inflasi AS yang diproyeksikan masih akan menanjak naik, bank sentral alias The Federal Reserve (The Fed) pun semakin memiliki ruang untuk melakukan pengerekan suku bunga.
Inflasi dan harga komoditas serta minyak yang naik ini pun dikatakan Rully dapat memicu volatilitas pasar global yang akan berdampak kepada pasar finansial Indonesia sehingga tekanan terhadap rupiah pun masih akan tinggi, belum lagi dengan memburuknya ekonomi China yang merupakan mitra dagang utama Indonesia.
Mengacu data perdagangan Bloomberg, rupiah sudah melemah hingga 304 poin dari Rp15.066 per-dolar AS yang tercatat pada penutupan 30 Juni 2023.
Seiring dengan sikap The Fed yang masih hawkish, ditambah dengan ekonomi China yang masih digempur dengan sejumlah permasalahan seperti krisis properti dan aktivitas manufaktur yang terus melemah, rupiah terus mengalami pelemahan pada paruh kedua tahun ini.