<p>Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika dan Rupiah di salah satu teller bank, di Jakarta, Rabu, 3 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Kenaikan Inflasi dan Ketegangan Cina-AS Tekan Nilai Kurs Rupiah

  • Selain itu, ketegangan yang tumbuh di antara China dan AS pun telah menguatkan indeks dolar yang diikuti oleh pelemahan mata uang garuda.

Pasar Modal

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Kenaikan inflasi Republik Indonesia (RI) yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Juli 2022 berdampak kepada tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Selain itu, ketegangan yang tumbuh di antara China dan AS pun telah menguatkan indeks dolar yang diikuti oleh pelemahan mata uang garuda. 

Menurut data perdagangan via Bloomberg, Rabu, 3 Agustus 2022, nilai kurs rupiah dibuka melemah 8 poin di level Rp14.897 perdolar AS dari penutupan di hari sebelumnya. Sementara itu, berdasarkan pantauan pukul 11.24 WIB, nilai rupiah masih bergerak melemah di level Rp14.911 perdolar AS.

Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, kenaikan inflasi yang pada umumnya menjadi landasan kebijakan suku bunga acuan telah memicu pelemahan mata uang rupiah.

Inflasi indeks harga konsumen (IHK) bulan Juli tercatat di level 4,94% year-on-year (yoy), lebih tinggi sedikit dari proyeksi Bank Indonesia (BI) di level 4,89%. Namun, inflasi inti berada di level 2,86%, masih lebih rendah dari proyeksi BI sebesar 2,99%.  

"Kebijakan suku bunga didasarkan pada proyeksi inflasi inti dan pertumbuhan ekonomi karena inflasi inti mencerminkan permintaan dan penawaran. Dengan demikian, tidak secara otomatis jika suku bunga negara lain naik, maka suku bunga Indonesia juga ikut naik. Semuanya bergantung pada kondisi ekonomi di dalam negeri," ujar Ibrahim dikutip dari riset harian, Rabu, 3 Agustus 2022.

Berhubung inflasi inti Indonesia masih terjaga di bawah proyeksi, kemungkinan besar BI tidak akan mengerek suku bunga acuannya pada bulan Agustus ini.

Sementara inflasi inti Indonesia masih terbilang aman, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) baru saja menaikkan suku bunganya pada pekan lalu dalam upaya meredam inflasi.

Lambatnya pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya dapat berdampak pada resesi pun memicu The Fed untuk memberikan sinyal bahwa mereka akan mengurangi agresivitas kebijakan moneternya di bulan Agustus mengingat suku bunga yang tinggi dapat menjadi penghambat pemulihan aktivitas produksi.

Walau demikian, indeks dolar AS tetap menguat karena investor mewaspadai adanya ketegangan antara China dan AS setelah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi berkunjung ke Taiwan pada hari Selasa, 2 Agustus 2022.

"Para pejabat AS memperingatkan bahwa Beijing dapat menanggapi dengan tindakan militer terhadap pertemuan itu, sebuah langkah yang kemungkinan besar akan memperburuk hubungan Tiongkok-AS secara substansial. hubungan antara Washington dan Beijing sudah berada pada titik terendah karena hubungan yang terakhir dengan Rusia," ungkap Ibrahim.

Kekhawatiran akan meningkatnya konflik antara China dan AS pun mendorong penguatan terhadap dolar AS yang disoroti sebagai instrumen safe-haven sementara investor juga mengurangi diversifikasi mereka di aset-aset yang berisiko. Dampaknya, nilai rupiah pun semakin tertekan.