Ilustrasi surat utang (obligasi) korporasi dan global bonds / Shutterstock
Pasar Modal

Kenaikan Suku Bunga Global Hambat Kinerja Pasar Obligasi

  • Kenaikan suku bunga global akibat kebijakan agresif Bank Sentral Amerika Serikat (the Fed) menghambat laju kinerja pasar obligasi yang menyebabkan tingginya tingkat bunga atau cost of fund penerbitan surat utang.

Pasar Modal

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Kenaikan suku bunga global akibat kebijakan agresif Bank Sentral Amerika Serikat (the Fed) menghambat laju kinerja pasar obligasi yang menyebabkan tingginya tingkat bunga atau cost of fund penerbitan surat utang.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan kondisi ini menjadi dilema bagi sejumlah korporasi yang akan merilis obligasi. Padahal, di tengah recovery perekonomian saat ini banyak perusahaan yang membutuhkan modal kerja maupun untuk refinancing.

“Mereka berharap meraup pendaaan salah satunya dari surat utang karena karena setelah pandemi banyak industri dan perusahaan mulai ekspansif,” ujarnya kepada TrenAsia.com, Selasa, 2 Mei 2023.

Kendati begitu, dia memproyeksikan penyerapan surat utang tahun ini akan lebih atraktif dibandingkan dengan tahun sebelumnya. “Cuma memang kalau dilihat dari suku bunganya sedikit menghambat terutama soal cost of fund,” tambahnya.

Ramdhan turut berharap adanya kebijakan untuk mendorong perbankan kembali masuk pasar surat utang secara agresif. Mengingat saat ini aliran dana asing masuk (capital inflow) belum terlalu signifikan. 

Sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksi penerbitan surat utang hanya akan mencapai hingga Rp158 triliun pada 2023. Jumlah tersebut lebih rendah dari tahun lalu dengan nilai Rp163,2 triliun.

Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pefindo Niken Indriarsih menyebut sejumlah sentimen negatif yang akan menghambat penerbitan surat utang, di antaranya ketidakpastian perekonomian global seiring masih terjadinya konflik Rusia-Ukraina. 

“Ini akan memicu ketegangan geopolitik pada beberapa negara lainnya,” imbuhnya dalam sebuah konferensi pers yang digelar akhir April 2023.

Selain itu, terjadinya krisis keuangan pada sektor perbankan seperti kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) dan juga Credit Suisse turut memengaruhi kepercayaan investor karena adanya kekhawatiran akan terjadinya resesi pada AS maupun Eropa.

Di dalam negeri, lanjut Niken, situasi politik menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 cenderung membuat investor domestik bersikap wait and see. Kondisi-kondisi itu diduga akan menekan total penerbitan surat utang pada tahun ini.

“Minimnya penerbitan obligasi nasional tampak dari catatan per kuartal I-2023 yang hanya Rp28,12 triliun atau 41,4 persen dari periode yang sama tahun lalu,” pungkasnya.